Rabu, 17 Desember 2014

Kelompok 10 (Masalah dalam Pemberian Asi)


MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA NIFAS
MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI


DisusunOleh :
1.      Resy Nira Sovia
2.      Risti Azita
3.      Sella Putri Utami

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
JAKARTA
2014


KATA PENGANTAR


       Puji syukur  kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha esa,  karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Masalah Pemberian ASI” yang  selalu dialami oleh seluruh manusia terutama pada bayi,balita dan anak-anak.
       Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam  pemahaman masalah transplantasi  yang sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan keamanan dalam membantu  kita untuk selalu memantaukeadaan anak balita dan pemberi imunisasi campak untuk menghindari terjadinya penyakit campak di dalam masyarakat dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas  mahasiswa  yang mengikuti mata kuliah ini.
Dalam  proses pendalaman materi  ini,  tentunya kami akan berharap  mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu kamimengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya yang dapat kami sampaikan.


                                                                                                            Bekasi, November 2014

                                                                       
                                   
                                                                        Penyusun












DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I  PENDAHULUAN
..... 1.1    Latar belakang............................................................................................. 1
            1.2    Rumusan masalah........................................................................................ 1
..... 1.3 Tujuan............................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN TEORI
 2.1   Pengertian ASI............................................................................................ 2
2.2    Manfaat ASI............................................................................................... 2
 2.3    Masalah Menyusui Pada Ibu........................................................................
2.1.1      Payudara Bengkak (Engorgement)Kelainan Puting Susu....................... 3
2.1.2      Kelainan Puting....................................................................................... 4
2.1.3      Putting Susu Nyeri (Sore Nipple)........................................................... 5
2.1.4      Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)........................................... 6
2.1.5      Radang Payudara (Mastitis).................................................................... 6
2.1.6      Abses Payudara....................................................................................... 7
2.1.7      Air Susu Kurang..................................................................................... 7
2.2  Masalah Menyusui Pada Bayi.......................................................................... 8
2.2.1        Bayi Sering Menangis............................................................................ 8
2.2.2        Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion).............................................. 9
2.2.3        Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur................................................ 9
2.2.4        Bayi dengan Ikterus............................................................................... 10
2.2.5        Bayi dengan Bibir Sumbing................................................................... 10
2.2.6        Bayi Kembar.......................................................................................... 10
2.2.7        Bayi Sakit............................................................................................... 11
2.2.8        Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum).................................... 11
2.2.9        Bayi yang Memerlukan Perawatan........................................................ 11
2.3  Ibu Menyusui dengan Penyakit....................................................................... 11
2.3.1        Ibu dengan Penyakit HIV...................................................................... 12
2.3.2        Ibu dengan Penyakit Hepatitis B........................................................... 12
2.3.3        Ibu dengan Penyakit TBC..................................................................... 13
BAB III PENUTUP
3.1Kesimpulan........................................................................................................... 14
3.2 Saran... 14
DAFTAR PUSTAKA






BAB 1
PENDAHULUAN

      1.1     Latar Belakang
Pada pemberian ASI sering terdapat masalah, baik pada teknik pemberian ibu dan anatomi payudara ibu, serta kemampuan anak untuk menghisap dan anatomi orofaringeal anak. Seringkali ketidakcukupan jumlah susu sering dinilai sebagai suatu masalah, sehingga terjadi pemberhentian pemberian ASI. Seringkali juga wanita mengeluh karena luka pada puting susu, dimana hal ini terjadi karena posisi dan perlekatan anak yang salah ketika menyusui. Dalam keadaan normal, wanita secara fisiologis mampu untuk memproduksi susu yang cukup.Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu formula). Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan hidupnya akan lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun demikian, terkadang ada hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Masalah-masalah yang sering dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana mengatasinya akan dipaparkan pada pembahasan kali ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah masalah-masalah yang terjadi pada ibu saat pembererian ASI?
2.      Apakah masalah yang terjadi pada bayi saat pemberian ASI?

1.3 TUJUAN
1.      Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada ibu.
2.      Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada bayi.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1     Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.

2.2     Manfaat Asi Untuk Bayi
Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi.



      2.3   Masalah Menyusui Pada Ibu

      2.3.1    Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut :
a.         menyusui bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan.
b.         Menyusui  bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi).
c.          Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
d.        Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.
e.         Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudar

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara bengkakadalah sebagai berikut :
a.       Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudarah dengan lap bersih atu dengan daun pepaya basah
b.      Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi.
c.       Bila bayi belum dapat menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan berikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
d.      Tetap mengeluarkan asi sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.
e.       Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, dankompres hangat untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu.
f.       Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
g.      Lakukan pemijatan pada daerah payudarah yang bengkak, bermanfaat untuk membantu memperlancar pengeluaran asi.
h.      Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks
i.        Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbanyak minum.
j.        Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti : pilek, usahakan tetap memberikan asi dengan meutup mulut dn hidung dengan masker.

      2.3.2    Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
a.       Puting Susu Datar
Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi.

b.      Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.

      2.3.3    Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut:
a.               Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
b.              Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi puting susu
c.               Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
d.              Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan bawah.
 Untuk menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.               Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat yang dapat mengiritasi.
b.               Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
c.               Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting  tetap nyeri, sebaiknya dicari sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
2.3.4        Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct)
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain.
a. Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak terjadi stasis dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis).
b. Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
c. Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang payudara (mastitis). Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.

      2.3.5    Radang Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara lain kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol (merongkol).
      Keadaan ini disebabkan kurangnya asi diisap/dikeluarkan atau dikeluarkan penghisapan yang tidak efektif, dapat juga karena kebiasaan menekan payudarah dengan jari atau karena tekanan baju atau bra, serta pengeluaran asi yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.
      Ada 2 jenis mastitis, yaitu yang terinfeksi milk statis disebut non infective mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri : infective mastitis. Lecet pada kulit yang mengundang infeksi bakteri.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat menyebabkan terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam). Bila mana mungkin, ibu dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama. Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya abses payudara.

2.3.6        Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan analgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali. Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi).

2.3.7 Air Susu Kurang
Masih banyak ibu mengira bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat besar.
Dugaan makin kuat apabila bayi sering menangis/bayi menolak menyusu, tinja bayi keras kering atau berwarna hijau, payudara tidak membesar selama kehamilan atau asi tidak keluar pasca kelahiran, berat bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram perbulan, berat badan bayi dalam waktu 2 minggu belum kembali, mengompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam cairan urine pekat bau berwarna kuning. pada ibunya dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik, cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi.  Hal ini dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan usianya biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.

Masalah pada bayi dapat berupa bayi sering menangis, bingung puting, bayi dengan kondisi tertentu seperti BBLR, ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek(lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
2.4.1          Bayi Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
Beberapa penyebab bayi menangis antara lain sebagai berikut :
  • Bayi merasa tidak aman
  • Bayi merasa sakit
  • Bayi basah (seperti mengompol)
  • Bayi kurang gizi
Tindakan yang dapat dilakukan oleh ibu antara lain : ibu tidak boleh cemas karen akanmengganggu proses laktasi, perbaiki posisimenyusui, periksa pakai bayi( apakah basah, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama).


2.4.2        Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting(Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula dalam botol yang berganti-ganti. Hal ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar lubang dan ketebalan karet dot.
Tanda bayibingung puting antara lain:
  1. Bayi menolak menyusu.
  2. Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.
  3. Bayi mengisap puting seperti mengisap dot.

2.4.3        Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit, harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang dan bila memungkinkan disusui.
Pada bayi prematur susui dengan sering walau pendek-pendek, rangsang dengan sentuh langit-langit bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat menghisap berikan dengan pipa nasogastrik, tangan dan sendok.
Uraian sesuai dengan umur bayi adalah sebagai berikut :
1.               bayi umur kehamilan <30 minggu : BBL <1250 gr. Biasanya diberi cairan infus selama 24-28 jam lalu diberikan asi menggunakan pipa nasogastrik.
2.               Usia 30-32 minggu : BBL 1250-1500 gr. Dapat menerima asi dari sendok 2 kali sehari, namun masih menerima makanan lewat pipa, namu lama kelamaan makanan pipa makin berkurang dan asi ditingkatkan.
3.               Usia 32-34 minggu : BBL 1500-1800 gr bayi mulai menyusui langsung dari payudara namun perlu kesabaran.
4.               Usia kurang >34 minggu : BBL > 1800 gr mendapatkan semua kebutuhn dari payudara.

2.4.4        Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik dini terjadi pada bayi usia 2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin dalam darah tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
a. Segeralah menyusuibayi setelah lahir.
b. Menyusuibayi, sesering mungkin tanpa jadwal dan on demand.
Oleh karena itu, menyusui dini sangat penting karena bayi akan mendapat kolustrum. Kolustrum membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui feses sehingga mencegah bayi tidak kuning.

2.4.5 Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi dengan bibir sumbingpallatum molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan, ibu harus tetap menyusui karena dengan menyusui dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah. Memperbaiki perkembangan bicara mengurangi resiko terjadinya otitis media.

Anjuran menyusuiuntuk bayi palatoskisis pada keadaan ini dengan cara:
  1. Posisi bayiduduk
  2. Saat menyusui, puting dan areola dipegang.
  3. Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
  4. Asi perah diberikan pada bayi dengan labiopalatoskisis (sumbing pada bibir dan langit-langit).
Sedangkan bayi yang mengalami labiopalatoskisis diberikan asi dengan sendok, pipet, dan dot panjang.


2.4.6 Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusuibayi kembar adalah dengan posisi memegang bola (football position). Susuilah bayi sesering mungkin Pada saat menyusui secara bersamaan, bayi menyusu secara bergantian dan kemampuan mengisap mungkin berbeda. Yakin kan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi semua makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit, berikanlah ASI peras dan susuilah bayi yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan pada anggota keluarga atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.

2.4.7      Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan mendapatkan makanan per oral, tetapi pada saat kondisi bayi sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui bukan kontraindikasi pada bayi sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah, antara lain dengan posisi duduk. Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap atau miring kanan untuk mengurangi bayi tersedak karena regurgitasi.

2.4.8      Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan lidah pendek atau lingual frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis, sehingga membatasi gerak lidah dan bayi tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat “menangkap” putting dan areola dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak berubah-ubah.

2.4.9      Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit dan memerlukan perawatan, padahal bayi masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.

2.5      Ibu Menyusui dengan Penyakit
      2.5.1    Ibu dengan Penyakit HIV
      Padatahun 2001, PersatuanKesehatanDunia (the World Health Assembly) mengeluarkanrekomendasibahwabayiharusdiberikan ASI secaraeksklusifselama 6 bulanpertamadalamkehidupannyauntukmendapatkantingkatpertumbuhan, perkembangansertakesehatan yang optimal. Setelahitu, bayijugaharusmendapatkanmakananpendamping yang bergizidanjugaamanselain ASI yang diberikansampaiusia 24 bulan (WHO, 2007).
pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan bayi dikaitkan dengan risiko penularan HIV yang justru tiga hingga empat kali lipat lebih rendah dibandingkan bayi yang mendapat ASI namun juga mengasup susu lain atau makanan lain.
Ibudengan HIV positifdihadapkanpadaduapilihansulit, menyusuibelummengertitehnikmenyusuinyasehinggaternjadi MTCT (Mother-to-Child Transmission), tidakmenyusuidantidak AFASS sehinggabayimenjadikuranggizi, diare, atau pneumonia.Konselingpemberianmakanbayipadaibu HIV dapatmembantuibu HIV menentukanpilihan yang terbaikuntukbayinya.                              

Tabel Perkiraan angka mutlak MTCT HIV dengan waktu transmisi, tanpa intervensi

Tingkat penularan HIV (%)
waktu penularan HIV      
TidakMenyusui
Menyusui  6 bulan  
menyusui 18-24 bln
Selama kehamilan 
50 – 10
5 – 10
5 - 10
Selama persalinan
10 – 15
10 – 15
10 - 15
Selama menyusui            
0
5 – 10
15 – 20
Keseluruhan
15 – 25
20 – 35
30 – 45

      2.5.2 Ibu dengan Penyakit Hepatitis B
      Bayi dengan ibu hepatitis B boleh diberikan ASI. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan membagi dua kelompok yaitu kelompok pertama ibu pembawa virus hepatitis B memberikan ASI sedangkan kelompok kedua  memberikan susu formula. Hasilnya adalah ASI tidak terbukti dalam meningkatkan resiko penularan hepatitis B.
Mencegah penularan dari ibu yang mengidap hepatitis B ke bayi dan juga penularan  disarankan untuk memberikan vaksinasi yaitu vaksin hepatitis B yang pertama kalinya setelah lahir setelah itu dilanjutkan dengan pemberian yang ke dua dan yang ke tiga sesuai dengan jadwal.
Ibu penderita hepatitis B tetap memberikan ASI kepada bayinya dengan ketentuan mengikuti program Nasional yaitu memberikan vaksinasi hepatitis B kepada bayinya segera setelah lahir sebelum berusia 24 jam.
2.5.3    Bayi dengan Ibu Penyakit Tuberculosis (TBC)
Menurut WHO, TBC tidak termasuk dalam penghalang ibu untuk menyusui. Ibu justru disarankan melanjutkan pengobatan hingga sembuh, sehingga tidak menulari bayinya,” kata konselor ASI, Danar Kusumawardhani dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) pada seminar tentang persiapan menyusui bersama New Parent Academy, Minggu (23/3/2014).
Pengobatan secara teratur bisa menekan terjadinya infeksi bakteri penyebab TBC. Pengobatan dengan rifampisin dan isoniazid selama dua minggu akan menyebabkan pasien noninfeksius sehingga tidak menularkan bakteri pada lingkungan sekitar, termasuk anaknya yang masih menyusu.
Ibu dengan TBC tidak perlu khawatir pada kualitas ASI yang dihasilkan. Pasalnya, konsentrasi obat TBC yang masuk ke dalam ASI sangat sedikit sehingga tidak menimbulkan efek keracunan pada bayi. Ibu yang menyusui biasanya mendapat pengobatan isoniazid dan suplementasi pyridoxine (vitamin B6), sebanyak 10-25 miligram per hari.

“Bakteri penyebab TBC tidak menular melalui ASI, sama halnya dengan obat untuk pemulihannya. Dengan ini maka ibu dengan TBC tidak perlu khawatir melanjutkan pemberian ASI eksklusif maupun hingga dua tahun.






BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
PemberianAsi merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak.Dalampelaksanaannya proses menyusuitidakselalulancarkarenaterdapatmasalah-masalahdalampemberian ASI baikdariibumaupunbayi.
Masalah Menyusui Pada Ibu yaitu Payudara Bengkak (Engorgement), Kelainan Puting Susu, Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple), Saluran Susu Tersumbat (Obstructive Duct), Radang Payudara (Mastitis), Abses Payudara, Air Susu Kurang.
Masalah Menyusui Pada Bayi yaitu Bayi Sering Menangis, Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion),Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur, Bayi dengan Ikterus, Bayi dengan Bibir Sumbing, Bayi Kembar, Bayi Sakit, Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum), Bayi yang Memerlukan Perawatan.

3.2  SARAN   
Bagi kita tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi. Karena dengan demikian  kita dapat memberikan asuhan yang tepat pada ibu agar ibu dapat mengatasi masalahnya lebih dini dan dapat dilakukannya sendiri maupun dengan bantuan dari keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Danuatmaja,Bonny dan mila miliasari.2003.40 Hari Pasca  Persalinan.Jakarta:Puspa Swara
Chapman,Vicky.2006.Asuhan Kebidanan:Persalinan dan Kelahiran.Jakarta:EGC.
http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/menyusui-pada-ibu-penderita-hepatitis-b.html




Tidak ada komentar:

Posting Komentar