Rabu, 17 Desember 2014

Kelompok 12 (Sibling Rivalry)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Kecemburuan atau persaingan antar saudarakandung yang baru dilahirkan merupakan momok bagi orang tua dan tak jarang orang tuapun cemburu dengan kehadiran anak barunya. Kenyataannya semua anak akan merasa terancam oleh kedatangan seorang bayi baru meskipun dengan derajat yang berbeda-beda, baik selama kehamilan maupun setelah kelahiran. Anak-anak yang lebih tua yang mungkin sudah membentuk suatu independensi dan ikatan batin yang kuat biasanya tidak begitu merasa terancam oleh kedatangan bayi baru daripada anak-anak yang belum mencapai ikatan batin yang sama.
            Anak-anak usia >3 tahun cenderung lebih menunggu-nunggu kelahiran adiknya sedangkan anak yang berusia <3 tahun biasanya akan menjadi khawatir dan cemas akan kehadiran adik barunya yang nantinya akan mendapat perhatian lebih dari ayah dan ibunya.

B.     Rumusan Masalah
1. Apa itu sibling rivalry?
2. Apa saja yang harus dipersiapkan untuk mencegah sibling rivalry?
3. Mengapa sibling rivalry bisa terjadi?
4. Apakah semua anak akan merasakan sibling rivalry?
5. Bagaimana mengatasi sibling rivalry?

C.    Tujuan
                  1. Agar mahasiswi mengetahui dan memahami apa itu sibling rivalry.
                  2. Untuk mengetahui persiapan apa saja yang harus dilakukan orang tua baru.
                  3. Mengetahui apa penyebab sibling rivalry.
                  4. Menguasai cara menangani sibling rivalry.





BAB II
PEMBAHASAN

Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
Sibling rivalryadalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih.
Sibling rivalryatau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.


B.     Penyebab Sibling Rivalry

Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
a.       Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
b.      Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua mereka.
c.       Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
d.      Tahap perkembangananak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
e.       Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
f.       Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka.
g.      Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
h.      Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
i.        Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
j.        Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
k.      Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
l.        Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.







C.    Segi Positif Sibling Rivalry
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi positifnya, antara lain:
·         Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapaketerampilan penting.
·         Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
·         Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.

D.    Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
1.      Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
2.      Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
3.      Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
4.      Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.
5.      Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
6.      Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
7.      Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8.      Merencanakan kegiatankeluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
9.      Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.
10.  Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
11.  Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.
12.  Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.

13.  Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14.  Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilakuorang tua sehari-hari adalah cara pendidikananak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.

E.     Persiapan Menjadi Orang Tua
Menjadi orangtua bukanlah hal yang mudah, tetapi tidak juga sesulit yang dibayangkan.Salah satu kunci sukses menjadi orangtua sukses adalah mempersiapkan diri dari kedua belah pihak.
Menjadi orangtua merupakan dambaan bagi mereka yang sudah membina rumah tangga. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika sudah mempersiapkan hal ini sejak awal. Dimulai dari persiapan kehamilan sampai kelahiran. Namun ini bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami.

1.Persiapan Fisik
a)      Hentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol. Himbauan ini berlaku bagi calon ayah dan ibu.Perokok aktif dan pasif dapat membuat janin mengalami gangguan pertumbuhan.Asap rokok yang terhirup oleh calon ibu dapat mengahmbat suplai oksigen, sehingga resiko janin lahir prematur menjadi lebih tinggi. Minuman berakohol membuat calon ibu menghadapi resiko keguguran karena kandungan menjadi melemah. Sedangkan para pria, kadar alkohol yang tinggi membuat jumlah sel sperma sedikit jumlahnya sehingga tidak cukup untuk pembuahan.
b)      Calon orangtua harus mulai mengonsumsi makanan dengan gizi tinggi. Membatasi asupan makanan bergula dan berlemak tinggi sangat dianjurkan.Usahakanlah dalam kondisi berat badan yang ideal agar pembuahan berlangsung sempurna.
c)      Lakukanlah tes kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan calon ibu. Jika dalam pemeriksaan calon ibu dinyatakan mengalami gangguan kesehatan tertentu, biasanya dokter akan menyarankan agar pasangan menunda dulu kehamilan sampai calon ibu dinyatakan sehat.
d)     Melakukan vaksinasi yang perlu dilakukan oleh ibu untuk melindungi janinnya selama kehamilan dan menjalani proses persalinan.


2. Persiapan Psikologis.
Bagi calon ayah dan ibu, proses kehamilan hingga melahirkan akan menjadi pengalaman istimewa. Namun, pengalaman yang luar biasa akan dirasakan ketika pasangan suami-istri menjadi orangtua. Jadi sebelum memiliki anak sebaiknya diskusikan perubahan dan tantangan hidup yang akan dialami sehingga calon orangtua telah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

3. Persiapan Finansial
Persiapan finansial bisa dikatakan sama pentingnya dengan persiapan fisik maupun psikologi. Persiapan yang dimaksud adalah perencanaan keuangan untuk mencukupi keperluan anak sejak masih berada dalam kandungan hingga lahir. Kehadiran seorang bayi berarti pertambahan biaya tetap bagi sebuah keluarga, yang secara tetap akan meningkat seiring kebutuhan pertumbuhan anak. Orangtua adalah penentu kehidupan anak selanjutnya dan orang tualah yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar baik dalam hal kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan pengendalian diri, kemampuan berpikir dan lain hal yang kelak akan menentukan keberhasilan dan kemandirian anak yang juga menentukan keberhasilan anak saat menjadi orangtua.
Dalam kaitannya dengan kehadiran bayi sebagai anggota keluarga baru, maka diperlukan adaptasi yang baik oleh suami sebagai seorang ayah dan adaptasi anggota keluarga lainnya yaitu saudara dari bayi tersebut karena terjadi perubahan pola interaksi sehingga tercipta keserasian dalam kehidupan keluarga.
Dengan kehadiran bayi maka sistem dalam keluarga akan berubah dan pola interaksi dalam keluarga harus dikembangkan (May, 1994).








F.     Mengenal Peran Orang Tua
Selama masa kehamilan dan melahirkan, tanggung jawab utama pria yaitu memberikan dukungan penuh kepada istrinya.Mereka terkadang kecewa karena hanya dianggap sebagai pendukung dan penolong, bukan sebagai bagian dari calon ornag tua.Maka dari itu, diadakan grup pendukung atau kelas bagi calon ayah mengenal perannya lebih jauh. Dalam forum ini pria lain yang sudah berpengalaman berbagi pengalamannya dalam menghadapi kehamilan, melahirkan, dan bahkan mengasuh anak.
Ketika seorang ibu melahirkan anak, suatu hal yang ingin diketahui ialah: seperti apakah atau seperti siapakah anak saya? Ini suatu keingintahuan yang biasa dan wajar. Namun sebenarnya ada satu hal yang lebih penting lagi yaitu akan seperti apakah kelak anak saya ini? Suatu pertanyaan dengan rentangan panjang, memakan waktu lama untuk bisa menjawabnya, dan sulit untuk bisa diramalkan antara apa yang ada dan apa yang akan terjadi, serta antara yang terlihat dan apa yang akan diperlihatkan.
Anak yang baru lahir berada dalam keadaan lemah, tidak berdaya, tidak bisa apa-apa, tidak bisa mengurus diri sendiri, tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi ia tergantung sepenuhnya pada lingkungannya, lingkungan hidupnya, terutama orang tua dan lebih khusus lagi ialah ibunya. Mengenai lingkungan hidup yang menjadi tokoh pusat ialah orang tua.Merekalah yang berperan besar, langsung atau kadang-kadang tidak langsung, berhubungan terus-menerus dengan anak, memberikan perangsang (stimulasi) melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua (terutama ibu) dengan anak.
Berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas, orang tua jelas berperan besar dalam perkembangan dan memperkembangkan kepribadian anak.Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seorang setelah dewasa.Jadi, gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seseorang setelah dewasa banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya.







Dalam usaha atau tindakan aktif orang tua untuk mengembangakan kepribadian anak, perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan sebagai berikut :

a)      Dalam kaitan dengan pertumbuhan fisik anak
Perlakuan dan pengasuhan yang baik disertai dengan lingkungan sehat memungkinkan anak hidup sehat, jauh dari keadaan yang mempermudah timbulnya sakit dan penyakit perlu sekali di perhatikan. Pengetahuan praktis mengenai kadar gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan anak perlu diketahui orang tua. Juga diperlukan pengetahuan- pengetahuan praktis mengenai kebutuhan- kebutuhan anak, kebutuhan dasar dan mineral, untuk memungkinkan anak berkembang sebaik-baiknya.

b)      Dalam kaitannya dengan perkembangan sosial anak
Pergaulan adalah juga merupakan suatu kebutuhan untuk memperkembangkan aspek sosial anak. Seorang anak membutuhkan anak lain atau kelompok yang kira-kira sebaya. Melalui hubungan dengan lingkungan sosialnya, anak sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung terpengaruh pribadinya. Peniruan menjadi salah satu faktor yang sering terjadi dalam proses pembentukan pribadi anak. Maka penting diperhatikan siapa atau dengan kelompok mana anak boleh berinteraksi, dianjurkan atau sebaliknya menghindari atau sesedikit mungkin bergaul.

c)      Dalam kaitannya dengan perkembangan mental anak
Komunikasi verbal antara orang tua dengan anak, khususnya pada tahun-tahun pertama kehidupan anak, besar pengaruhnya untuk perkembangan mentalnya.Anak memahami arti sesuatu mulai dari yang kongkrit sampai yang abstrak.Kecuali dari usaha anak sendiri yang bereksplorsi didalam lingkungannya, mendengar, mengamati dan mengolah menjadi pengetahuan-pengetahuan, juga berasal dari perangsangan- perangsangan yang diberikan oleh orang-orang yang ada di sekeliling hidup anak.Mengajak anak berbicara sambil membimbing lebih lanjut mempunyai dampak positif bagi perkembangan aspek mentalnya.





d)      Dalam kaitannya dengan perkembangan rohani anak
Pengetahuan anak mengenai perbuatan baik atau tidak batik, boleh atau tidak boleh dilakukan, diperoleh dari usaha anak sendiri yang secara aktif memperhatikan, meniru dan mengolah dalam alam pikirannya dan lebih lanjut menjadi sikap dan perilakunya.Namun dalam banyak hal peranan dari orang tua juga cukup besar dalam mempengaruhi perkembangan aspek moral dan rohani anak.
Orang tua sedikit demi sedikit membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai dengan patokan atau ukuran orang tua, sesuai dengan kitab suci dan ajaran- ajaran agama.

G.    Adaptasi Paternal
Jordan (1990) mendeskripsikan 3 proses perkembangan yang dialami oleh calon ayah,yaitu mengaitkan dengan realitas akan kehamilan dan anak, mengenal peran orang tua dari keluarga dan lingkungan masyarakat, serta berusaha melihat relevansi akan childbearing.

1.      AdaptasiKakak Sesuai TahapanPerkembangan
Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan perasaan takut kehilangan kasih sayangorang tua. Tingkah laku negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini
Tingkah laku ini antara lain berupa:
·         Masalah tidur.
·         Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota keluarga lain.
·         Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan menghisap jempol.







2.      Batita (Bawah Tiga Tahun)
Pada tahapanperkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini adalah usia 1-2 tahun. Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:
·         Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu sebelum kelahiran.
·         Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
·         Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang ditunjukkan oleh anaknya.
·         Memperkuat kasih sayang terhadap anaknnya.

3.      Anak yang Lebih Tua
         Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12 tahun.
Pada anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-perubahantubuh ibunya dan mungkin
menyadari akan kelahiranbayi. Anak akan memberikan perhatian terhadap perkembangan
adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga
dapat mengasuh adiknya.

4.      Remaja
       Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka. Ada remaja
yang merasa senang dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang larut dalam
perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para remaja yang menghadapi
kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:
·         Berkurangnya ikatan kepada orang tua.
·         Remaja menghadapi perkembanganseks mereka sendiri.
·         Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu kegiatan mereka sendiri.
·         Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Membina rumah tangga dan akhirnya memiliki anak bukanlah sebuah realita yang begitu saja terjadi, namun memiliki alur dan interaksi yang unik bahkan pelik jika dipandang sebelah mata.Oleh karena itu, perlu dilakukan persiapan diri. Persiapan menjadi orang tua bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami .
Hubungan antara anak dengan orangtuanya atau dengan saudaranyaakan menjadi dekat ketika adanya komunikasi yang baik. Anak akan merasa nyaman dengan dukungan dan nasihat dari orangtuanya atas kebingungan dan kekhawatiran yang ia alami di awal.
Dalam realitanya, sibling rivalry tentu terjadi pada keluarga dengan jumlah anak lebih dari satu. Peran bidan untuk mengatasi sibling rivalry yaitu :
1.      Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran.
2.      Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
3.      Memberikan penjelasan kepada orang tua agar sedini mungkin mengenalkan calon bayi pada kakaknya.
B.     Saran
Menjadi orangtua merupakan dambaan bagi mereka yang sudah membina rumah tangga. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika sudah mempersiapkan hal ini sejak awal. Dimulai dari persiapan kehamilan sampai kelahiran. Namun ini bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami yang harus mengerti apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjadi orangtua.



DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen.(2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4.
          Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
          Murray, Sharon Smith & Emily Slone McKinney. (2007). Foundations of Maternal-Newborn
                   Nursing 4th Edition. Singapore: Saunders
          Ambarwati, 2008. Asuhan KebidananNifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 71-72).
          Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan KebidananNifasNormal. Jakarta: EGC. (hlm: 56- 57).
          Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi Kebidanan
                   Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
          Kyla,B.2009. Sibling Rivalry. Diunduh 29 Januari 2009, 06: 49 PM.  med.umich.edu/yourchild/topics/sibriv.htm
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 67-76).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar