Selasa, 02 Desember 2014

Kelompok 6 (Hipospadia)

BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang

                         Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang.
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi yang mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah Hipospadia.
Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 kelahiran bayi laki-laki hidup.
Hipospadia adalah salah satu kelainan bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya, hanya pengelolaanya harus dilakukan oleh mereka yang betul-betul ahli supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hipospadia dapat dikaitkan dengan kelainan kongenital lain seperti anomali ginjal, undesensus testikulorum dan genetik seperti sindroma klinefelter. Hipospadia tidak terjadi pada bayi perempuan, jika ada itu hanya sedikit sekali dibanding bayi laki-laki.













B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir, maka dapat dirumuskan masalah pada makalah ini adalah :
1.      Apakah yang dimaksud dengan hipospadia ?
2.      Bagaimana patofisiologi hipospadia ?
3.      Apakah penyebab terjadinya hipospadia ?
4.      Bagaimana pemeriksaan pasien dengan hipospadia ?
5.      Bagaimana penatalaksanaan terhadap pasien yang mengalami hipospadia ?
6.      Bagaimana tindakan seorang bidan bila menemukan kasus hipospadia ?
7.      Bagaimana pencegahan yang dilakukan terhadap hipospadia ?

C.     Tujuan penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui, memahami dan mempelajari serta dapat menjelaskan tentang :
1.      Definisi hipospadia
2.      Patofisiologi hipospadia
3.      Penyebab terjadinya hipospadia
4.      Diagnosis hipospadia
5.      Penatalaksanaan hipospadia
6.      Peran bidan terhadap hipospadia
7.      Pencegahan hipospadia

D.     Manfaat penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1.         Menambah dan memperluas pengetahuan tentang penyakit Hipospadia, bagi penulis dan pembaca.
2.         Memberikan informasi tentang Hipospadia bagi pembaca.


BAB II
TINJAUAN TEORI

Tinjauan Teori Menurut Beberapa Referensi Buku
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan yang letak meatus uretra eksterna (dibagian permukaan muara atau saluran uretra) terletak lebih keproksimal yaiu lebih dekat dengan pangkal dipermukaan ventral penis. Pada keadaan normal meatus uretra ekstrena ini terletak pada ujung glans penis (bagian paling distal atau lebih jauh dari pangkal). (Hermana, Asep. 2000. Teknik Khitan Panduan Lengkap Sistematis dan Praktis. Jakarta : Widya Media).
Hipospadia adalah kelainan bawahaan berupa lubang uretra yang terletak di bagian bawah dekat pangkal penis.(Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit : Jakarta : EGC)
Hipospadia adalah muara uretra yang terletak di bawah permukaan buah zakar. (Kamus Kedokteran. 2003. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC).
Sebuah teori mengungkapkan kelainan ini disebabkan oleh penghentian prematur perkembangan sel-sel penghasil androgen di dalam testis, sehingga produksi androgen terhenti dan mengakibatkan maskulinisasi inkomplit dari alat kelamin luar. Proses ini menyebabkan gangguan pembentukan saluran kencing (uretra), sehingga saluran ini dapat berujung di mana saja sepanjang garis tengah penis tergantung saat terjadinya gangguan hormonal. Semakin dini terjadinya gangguan hormonal, maka lubang kencing abnormal akan bermuara semakin mendekat ke pangkal. 














BAB III
PEMBAHASAN


A.     DEFINISI


a.       Hipospadia berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang.( Sastrasupena, 1995)

b.      Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung penis. Hipospadia merupakan kelainan kelamin bawaan sejak lahir.( Sastrasupena, 1995)
c.       Hipospadia adalah suatu keadaan dimana terjadi hambatan penutupan uretra penis pada kehamilan minggu ke 10 sampai ke 14 yang mengakibatkan orifisium uretra tertinggal disuatu tempat dibagian ventral penis antara skrotum dan glans penis. (A.H Markum, 1991 : 257).
d.      Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu padaglans penis.
e.       Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.


B.     PATOFISIOLOGI

Hipospadia terjadi karena tidak lengkapnya perkembangan uretra dalam utero. Hipospadia dimana lubang uretra terletak pada perbatasan penis dan skrotum.
Hipospadia adalah lubang uretra bermuara pada lubang frenum, sedang lubang frenumnya tidak terbentuk, tempat normalnya meatus urinarius ditandai pada glans penis sebagai celah buntu.(Anderson, 1995)
           Penyebab dari Hypospadia belum diketahui secara jelas dan dapat dihubungkan dengan faktor genetik dan pengaruh Hormonal. Pada usia gestasi Minggu ke VI kehamilan terjadi pembentukan genital, pada Minggu ke VII terjadi agenesis pada moderm sehingga genital tubercel tidak terbentuk, bila genital fold gagal bersatu diatas sinus urogenital maka akan timbul Hypospadia.
           Perkembangan urethra dalam utero dimulai sekitar usia 8 minggu dan selesai dalam 15 minggu, urethra terbentuk dari penyatuan lipatan urethra sepanjang permukaan ventral penis. Glandula Urethra terbentuk dari kanalisasi furikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands untuk menyatu dengan lipatan urethra yang menyatu. Hypospadia terjadi bila penyatuan digaris tengah lipatan urethra tidak lengkap sehingga meatus urethra terbuka pada sisi ventral penis. Derajat kelainan letak ini antara lain seperti pada glandular (letak meatus yang salah pada glans), Korona (pada Sulkus Korona), penis (disepanjang batang penis), penuskrotal (pada pertemuan ventral penis dan skrotum) dan perineal (pada perinium) prepusium tidak ada pada sisi ventral dan menyerupai topi yang menutupi sisi darsal gland. Pita jaringan fibrosa yang dikenal sebagai Chordee, pada sisi ventral menyebabkan kuruatura (lingkungan) ventral dari penis. Pada orang dewasa, chordec tersebut akan menghalangi hubungan seksual, infertilisasi (Hypospadia penoskrotal) atau (perineal) menyebabkan stenosis meatus sehingga mengalami kesulitan dalam mengatur aliran urine dan sering terjadi kriotorkidisme.
         Klasifikasi Hypospadia adalah tipe glandulan (balantik) yaitu meatus terletak pada pangkal penis, tipe distal penil yaitu meatus terletak pada distal penis, tipe penil yaitu meatus terletak antara perineal dan scrotum, tipe scrotal yaitu meatus terletak di scratum, tipe perineal yaitu meatus terletak di perineal.
         Komplikasi pada Hypospadia adalah infertilisasi risiko hernia inguinalm gangguan psikososial.


C.      ETIOLOGI

Penyebabnya sebenarnya sangat multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
  1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
  1. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
  1. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.(Hassan, Rusepno.(ed). 1985)









D.     DIAGNOSIS

a)      Diagnosis hipospadia biasanya jelas pada pemeriksaan inspeksi.
Kadang-kadang hipospadia dapat didiagnosis pada pemeriksaan ultrasound prenatal. Jika tidak teridentifikasi sebelum kelahiran, maka biasanya dapat teridentifikasi pada pemeriksaan setelah bayi lahir.3 Pada orang dewasa yang menderita hipospadia dapat mengeluhkan kesulitan untuk mengarahkan pancaran urine.Chordee dapat menyebabkan batang penis melengkung ke ventral yang dapat mengganggu hubungan seksual. Hipospadia tipe perineal dan penoscrotal menyebabkan penderita harus miksi dalam posisi duduk, dan hipospadia jenis ini dapat menyebabkan infertilitas. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu urethtroscopy dan cystoscopy untuk memastikan organ-organ seks internal terbentuk secara normal. Excretory urography dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas kongenital pada ginjal dan ureter.
b)      Diagnosis biasa juga ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. 
Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya.Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.( Anderson, 1995)

E.     PENATALAKSANAAN
Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Operasi ini bertujuan untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada tempat yang normal atau diusahakan untuk senormal mungkin. Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu “spesial”, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok agar urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Anak yang menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.
Tahapan operasi rekonstruksi antara lain :
  1. Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda yang merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis penderita bengkok.
Langkah selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis untuk menutup sulcus uretra.

  1. Uretroplasty
Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru pada glans penis yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama.
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya. Urin untuk sementara dikeluarkan melalui sonde yang dimasukkan pada vesica urinaria (kandung kemih) melalui lubang lain yang dibuat oleh dokter bedah sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.


F.      PERAN BIDAN

Peran bidan adalah menjelaskan hasil pemeriksaan fisik pada ibu, dan memberitahu secara jelas tentang keadaan bayinya yang memiliki kelainan pada lubang saluran kencing.
Bidan juga menjelaskan tentang penanganan kelainan saluran kencing yang disebut Hipospadia. Penanganan Hipospadia bisa diatasi dengan pemeriksaan fisik kepada bayi yang baru lahir dan apabila bayi tersebut mengalami hipospadia bidan sebaiknya melakukan rujukan kepada dokter agar bayi tersebut mendapat penanganan medis dengan lebih lanjut dan bisa dilakuakan operasi yang bertujuan untuk menjadikan penis menjadi lurus dan menjadikan saluran kencing tepat pada tempatnya.

Operasi sebaiknya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan sampai usia prasekolah Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu “spesial”, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok agar urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Apabila waktu atau usia telah mencukupi segera rujuk dan dibawa ke Rumah Sakit

G.    PENCEGAHAN

Sampai saat ini belum ada metode khusus untuk mencegah hipospadia. Namun perlu diperhatikan penggunaan obat-obatan yang mengandung estrogen (misalnya pil KB) selama kehamilan.
Jadi jelas bukan bahwa hipospadia adalah suatu kelainan bawaan, bawalah anak ke dokter agar tidak terjadi komplikasi hipospadia di masa depannya.











H.    RUJUKAN

a.       Hubungi dokter bedah untuk dilakukan tindakan pembedahan pada hipospadia. Tujuan operasi pada hipospadia adalah agar pasien dapat berkemih dengan normal, bentuk penis normal dan memungkinkan fungsi seksual yang normal. Hasil pembedahan yang diharapkan adalah penis yang lurus, simetris, dan memiliki lubang kencing yang seharusnya yaitu di ujung penis.
b.      Operasi dilakukan dengan 2 tahap. Tahap pertama dilakukan pada usia 1,5 sampai 2tahun, hasil yang diharapkan pada operasi pertama adalah penis lurus, walaupun lubang kencing belum berada pada tempat yang normal.
c.       Operasi tahap kedua dilakukan pada 6 bulan setelah operasi tahap pertama, dibentuk muara kencing di tempat yang normal.
d.     Operasi juga bisa dilakukan satu tahap sekaligus pada anak lebih besar dengan penis yang sudah cukup besar.


I.  MANIFESTASI KLINIS
1.      Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian bawah penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
2.      Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
3.      Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
4.      Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
5.      Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
6.      Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
7.      Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
8.      Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
9.      Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal.
(Anderson, 1995)

J.  GEJALA HIPOSPADIA
1.      Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada di bawah penis
2.      Penis melengkung ke bawah
3.      Penis seperti berkerudung karena kelainan pada kulit depan penis
4.      Jika berkemih, anak harus duduk.
(Anderson, 1995)









      K.  KLASIFIKASI HIPOSPADIA

a)    Tipe hipospadia yang lubang uretranya didepan atau di anterior
Hipospadia Glandular 
/ Hipospadia Subcoronal
Terletak di anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal. Pada tipe ini, meatus terletak pada pangkal glands penis. Secara klinis, kelainan ini bersifat asimtomatik dan tidak memerlukan suatu tindakan. Bila meatus agak sempit dapat dilakukan dilatasi atau meatotomi.

b)      Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di tengah
Hipospadia Mediopenean / Hipospadia Peneescrotal
Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan pene-escrotal. Pada tipe ini, meatus terletak antara glands penis dan skrotum. Biasanya disertai dengan kelainan penyerta, yaitu tidak adanya kulit prepusium bagian ventral, sehingga penis terlihat melengkung ke bawah atau glands penis menjadi pipih. Pada kelainan tipe ini, diperlukan intervensi tindakan bedah secara bertahap, mengingat kulit di bagian ventral prepusium tidak ada maka sebaiknya pada bayi tidak dilakukan sirkumsisi karena sisa kulit yang ada dapat berguna untuk tindakan bedah selanjutnya.
c)    Tipe hipospadia yang lubang uretranya berada di belakang atau posterior
Hipospadia Perineal
Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal. Pada tipe ini, umumnya pertumbuhan penis akan terganggu, kadang disertai dengan skrotum bifida, meatus uretra terbuka lebar dan umumnya testis tidak turun.

L.  KOMPLIKASI

a.       Komplikasi awal yang terjadi adalah perdarahan, infeksi, jahitan yang terlepas, nekrosis flap, dan edema.
b.      Komplikasi lanjut, adapun komplikasi lanjutnya adalah sebagai berikut :

*         Stenosis sementara karena edema atau hipertropi scar pada tempat anastomosis.
*         Kebocoran traktus urinaria karena penyembuhan yang lama.
*         Fistula uretrocutaneus
*         Striktur uretra
*         Adanya rambut dalam uretra




CONTOH KASUS
Hipospadia yang tidak diatasi bisa menyebabkan anak mengalami trauma psikologis karena ejekan dan hinaan dari teman-temannya.
1.      Hal tersebut juga dialami James Newman (49) seorang eksekutif sukses di London.
karena kelainan yang dialaminya ia pun tidak bisa memiliki anak. Sejak usia 9 bulan ia sudah menjalani 19 operasi untuk mengoreksi kelainannya.
“Mereka melakukan banyak operasiuntuk membuat saya bisa kencing dengan normal tapi tak ada yang berhasil.”katanya
James juga mengalami rasa rendah diri selama bersekolah sehingga ia menderita gangguan stress pasca trauma . Ia harus melakukan sesi konseling untuk memulihkan kondisi psikologisnya.
2.      Sementara itu Steve Brookes (42) seorang composer professional, mengaku lebih terpengaruh dengan gangguan hipospadia yang dialaminya karena ia juga menderita micropenis atau ukuran penis yang sangat kecil.
Seperti keluarga James, orangtua Steve terlalu malu untuk membahas kondisi tersebut, dan ia juga merasa teganggu selama disekolah.
“Saya merasa bahwa harus membicarakannya dengan seseorang jadi ketika saya berumur delapan tahun saya membritahu teman terbaik saya di sekolah. Dalam waktu setengah jam seluruh sekolah tahu, itu mengerikan. Saya menjadi lelucon di sekolah.”katanya.












BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

            Hipospadia merupakan kelainan kongenital pada genitalia eksterna yang relatif sering terjadi, kira-kira pada 3 diantara 1000 kelahiran anak laki-laki. Hipospadia dapat terjadi sebagai kelainan yang terbatas pada genitalia externa saja atau sebagai bagian dari kelainan yang lebih kompleks seperti intersex. Berbagai teknik dan modifikasi untuk rekonstruksi terhadap hipospadia telah banyak dilakukan. Karena dalam dan banyaknya pengetahuan mengenai hipospadia, Dr. John W Duckett Jr., mendefinisikan hipospadiology sebagai suatu ilmu yang meliputi seni dan pengetahuan mengenai koreksi pembedahan terhadap hipospadia































DAFTAR PUSTAKA


Hermana, Asep. 2000. Teknik Khitan Panduan Lengkap Sistematis dan Praktis. Jakarta : Widya Media
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Sastrasupena H., Hipospadia, Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara. Jakarta, 1995: 428-435
Sjamsuhidajat R., Hipospadia, Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. EGC, Jakarta: 1997: 1010
Purnomo B.B., Uretra dan Hipospadia, Dalam Dasar-dasar Urologi, Malang, 2000 : 6,137-138


Tidak ada komentar:

Posting Komentar