Rabu, 17 Desember 2014

Kelompok 14 (Deteksi Dini Komplikasi Masa Niifas)

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN III
DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS





DISUSUN OLEH :
1.      ALFI MADIHAH (NIM: 130407061)
2.      PATMASARI (NIM : 130407089)
3.      TIKA DESTI NATALIA (NIM : 130407104)


STIKes ABDI NUSANTARA JAKARTA
PRODI DIII KEBIDANAN IIB
T.a 2014/2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Alhamdulillaahirabbil’alaamiin,
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat  Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat, karunia dan hidayah Nya-lah kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Kebidanan III  Deteksi Dini Kompikasi Masa Nifas Dan Penanganannya“  ini.
Selain bertujuan untuk memenuhi  tugas mata kuliah asuhan kebidanan III , makalah ini juga disusun dengan maksud agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semua . Amin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb









DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.
2  Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
 2.1 Pembengkakan Di Wajah Atau Ekstremitas Pada Masa Nifas
2.2 Demam,Muntah,Rasa Sakit Waktu Berkemih Pada Masa Nifas
2.3 Perubahan Payudara Pada Masa Nifas
2.4 Kehilangan Nafsu Makan Pada Waktu Yang Lama Pada Masa Nifas
2.5 Perubahan Pada Ekstremitas Pada Masa Nifas

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PEMBAHASAN
1.1  Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas  dini, dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.


1.2  Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a.       Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Asuhan Kebidanan Nifas”.
b.      Untuk memahami gejala, penyebab, dan penatalaksanaan pembengkakan pada wajah dan ekstermitas pada ibu.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PEMBENGKAKAN PADA WAJAH DAN EKSTREMITAS
                  A. PENGERTIAN
                  Pembengkakan pada wajah dan ekremitas merupakan salah satu gejala dari adanya preeklampsi walaupun gejala utamanya adalah protein urine. Hal ini biasanya terjadi pada akhir-akhir kehamilan dan terkadang masih berlanjut sampai ibu postpartum. Oedem dapat terjadi karena peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh hormonal dan tekanan dari pembesaran uterus pada vena cava inferior ketika berbaring.
                  Oedema (oedema) atau sembab merupakan meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jarinagn ikat longgar dan rongga badan). Oedema dapat bersifat setempat (local) dan umum (general). Oedema yang bersifat local seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada (hydrothorax), dibawah kulit (oedema subkubitis atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (oedema pulmonum). Sedangkan oedema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan oedema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan oedema di banyaktempat dinamakan edema umum (general oedema).
                  Cairan oedema diberi istilah transundat, memiliki berat jenis dan kadar protein rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma. Jika mengalami edema biasanya akan mudah merasa lelah setelah melakukan aktivitas fisik harian atau ketika berjalan dalam jarak yang dekat. Jika edema ini belum parah maka masih dapat diobati dengan diet dan perubahan gaya hidup.
Keadaan pembengkakan wajah dan ekstremitas, sering menyertai kelainan-kelainan pada masa nifas, sebagai berikut :
1.      EKLAMPSIA POSTPARTUM
Gejala-gejala yang sering menyertai eklampsia postpartum adalah :
1.      Peningkatan tekanan darah, diastolic >90 mmHg
2.      Oliguria
3.      Peningkatan jumlah proteinuria (karena vasospasme akut)
4.      Sakit kepala berat dan persisten
5.      Rasa mengantuk
6.      Penglihatan kabur
7.      Mual muntah
8.      Nyeri epigastrik
9.      Hiperefleksi

Faktor resiko :
1.      Primigravida
2.      Wanita dengan hipertensi esensial
3.      Wanita dengan kehamilan kembar
4.      Wanita dengan diabetes, molahidatidosa, polihidramnion
5.      Wanita dengan riwayat eklampsia atau preeklampsia pada kehamilan sebelumnya



Peran Bidan :
1.      Mendeteksi terjadinya eklampsia
2.      Mencegah terjadinya eklampsia
3.      Mengetahui kapan waktu berkolaborasi dengan dokter
4.      Memberikan penanganan awal sebelum merujuk pada kasus eklampsia.

2.      SYNDROM NEFROTIK
Syndrom nefrotik adalah suatu spektrum penyakit ginjal yang penyebabnya beragam. Pada gambaran mikroskopis ginjal, terdapat kelainan pada sawar dinding kapiler glomerulus, yang menyebabkan filtrasi protein plasma yang berlebihan.
Gejala yang menyertai syndrom nefrotik ini selain dari pembengkakan wajah dan ekstremitas antara lain :
1.      Proteinuria >3 gr/hari
2.      Hipoalbuminemia
3.      Hiperlipidemia
Deteksi dini pembengkakan di wajah atau ekstremitas dapat dilakukan melalui :
a)      Data Subjektif
·       Ibu mengatakan wajah dan kakinya membengkak
·       Ibu mengatakan sesak nafas dan mudah capek
·       Ibu mengatakan badan terasa lemas
b)      Data Objektif
·         Keadaan umum ibu kelihatan menurun (lemah)
·         Vital sign : nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu normal, dan pernapasan meningkat.
·         Terdapat oedem pada wajah sampai berwarna biru
·         Pasien kelihatan pucat
·         Ujung jari pucat sampai berwarna biru.
·         Berkeringat.
·         Aktivitas berkurang.
c)      Pemeriksaan Penunjang
·         Pemeriksaan EKG
Pada wanita yang terlihat ada pembengkakan pada wajah dan ektremitas pasca persalinan, sebaiknya dilakukan tindakan :
·         Periksa adanya varises
·         Periksa kemerahan pada betis
·         Periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema
Cara meringankannya :
·         Hindari posisi berbaring terlentang.
·         Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirahat dengan berbaring miring ke kiri dengan kaki agak ditinggikan.
·         Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau berdiri.
·         Angkat kaki ketika duduk atau beristirahat.
·         Lakukan senam secara teratur.
Penanganan :
·         Perbanyak istirahat
·         Diet TKTP rendah garam
·         Pemantauan melekat vital sign (tanda-tanda vital)
·         Rujuk ke ahli penyakit dalam (bagi seorang bidan) jika dalam RS lakukan kolaborasi dengan ahli lain (ahli penyakit dalam, ahli gizi)


                                                          
      B.    Penyebab Terjadinya Pembengkakan Pada Wajah Dan Ektermitas Pada Ibu Nifas
                  Penyebab (causa) edema adalah adanya kongesti, obstruksi limfatik, permeabilitaskapiler yang bertambah, hipoproteinemia, tekanan osmotic koloid dan retensi natrium dan air. Diantaranya:
1.      Adanya kongesti pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan 
2.       Obstruksi limfatik apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki gajah/elephantiasis).
3.      Permeabilitas kapiler yang bertambah Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe.
Daya permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
4.      Hipoproteinemia, menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum.
5.      Tekanan osmotic koloid, tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan dapat menyebabkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.
6.      Retensi natrium dan air, retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema.
Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal (penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau estrogen).
     
 C.    Penatalaksanaan Pembengkakan Pada Wajah Dan Ekstremitas Pada Ibu Nifas
Cara meringankannya :
·         Hindari posisi berbaring terlentang
·         Hindari posisi berdiri untuk waktu yang lama, istirahat dengan berbaring miring kekiri dengan kaki agak ditinggikan
·         Jika perlu sering melatih kaki untuk ditekuk ketika duduk atau berdiri
·         Angkat kaki ketika duduk atau beristirahat
·         Hindari kaos kaki yang ketat
·         Lakukan senam secara teratur

2. 2  DEMAM, MUNTAH, DAN RASA SAKIT WAKTU BERKEMIH PADA MASA NIFAS
A. DEMAM
            Demam adalah naiknya temperature tubuh diatas normal. Temperature tubuh yang normal adalah sekitar 970F sampai 990F (36-370C). kenaikan suhu badan sampai 1060F (410c) atau lebih biasanya akan mengalami muntah-muntah dan bila demam mencapai 1080F (420C) seringkali menyebabkan kejang dan kerusakan otot yang tidak dapat disembuhkan. Demam merupakan mekanisme tubuh untuk melawan infeksi.
            Demam nifas dikenal sebagai febris puerperalis atau morbiditas puerperalis adalah keadaan peningkatan suhu badan yang terjadi dalam jangka waktu antara mulai dilahirkannya hasil konsepsi yang mungkin dapat hidup sampai dengan 42 hari atau 6 minggu setelah persalinan, yang disebabkan oleh apapun. Demam nifas merupakan manisfestasi dari infeksi nifas, jika tidak diobati secara tepat dan cepat dapat berlanjut menjadi sepsis nifas dan kematian maternalDemam nifas Morbiditas Puerperalis meliputi demam pada masa nifas oleh sebab apa pun. Menurut Joint Committee on Maternal Welfare, Amerika Serikat morbiditas puerperalis ialah kenaikan °C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum suhu sampai 38°C dengan mengecualikan hari pertama. Suhu diukur dari mulut sedikit-dikitnya 4 kali sehari.
Ibu yang pada masa nifas (selama 42 hari sesudah melahirkan ) mengalami demam tinggi lebih dari 2 hari, dan disertai keluarnya cairan (dari lubang rahim) yang berbau, mungkin mengalami infeksi jalan lahir. Pada keadaan ini cairan liang rahim tetap berdarah. Keadaan ini mengancam jiwa ibu.
            Gejala Klinis Demam
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada fase demam, meliputi fase awal, proses, dan fase pemulihan (defesvescence). Tanda-tanda ini muncul sebagai hasil perubahan pada titik tetap dalam mekanisme pengaturan suhu tubuh. Fase-fase Terjadinya Demam :
Fase I: Awal (awitan dingin atau menggigil)
Peningkatan denyut jantung, Peningkatan laju dan kedalaman pernafasan, Menggigil akibat tegangan dan kontraksi otot, Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi, Merasakan sensasi dingin, Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi, Rambut kulit berdiri, Pengeluaran keringat berlebihan, Peningkatan suhu tubuh.
Fase II: Proses demam
Proses menggigil lenyap, Kulit terasa hangat / panas, Merasa tidak panas atau dingin, Peningkatan nadi dan laju pernafasan, Peningkatan rasa haus, Dehidrasi ringan hingga berat, Mengantuk, delirium, atau kejang akibat iritasi sel saraf, Lesi mulut herpetik, Kehilangan nafsu makan ( jika demam memanjang ), Kelemahan, keletihan, dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein.
Fase III: Pemulihan
Kulit tampak merah dan hangat, Berkeringat, Menggigil ringan, Kemungkinan mengalami dehidrasi.
            Penyebab Demam
Penyebab umum demam antara lain :
• Adanya infeksi seperti infeksi saluran kemih (sering buang air kecil atau buang air kecil disertai rasa pedih), infeksi streptokokus pada tenggorokan (sering kali disertai dengan radang tenggorokan), infeksi sinus (rasa sakit di atas atau di bawah kedua mata), dan abses gigi (bengkak di bagian mulut).
• Infeksi mononucleosis yang disertai rasa lelah.
• Tertular suatu penyakit saat Anda berada di luar negeri.
• Kelelahan karena kepanasan atau terbakar sinar matahari hebat
Penyebab Demam Nifas antara lain :
• Penolong persalinan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menolong persalinan.
• Ibu tidak menggunakan obat pencegah demam sewaktu dan pasca persalinan.
• Lama persalinan lebih dari 24 jam.
• Ibu tidak melakukan kompres panas pada vagina pasca persalinan.
• Ibu melakukan pengasapan pasca persalinan.
• Posisi ibu melahirkan berbaring, anemia sewaktu ibu hamil.
• Ada gangguan kehamilan sehari sebelum persalinan.
• Lantai tempat persalinan terbuat dari tanah.
            Mekanisme terjadinya Demam
Demam biasanya terjadi karena tubuh terpapar infeksi Mikroorganisme (virus, bakteri, parasit). Kemudian MO masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan “tentara pertahanan tubuh” antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit).
Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan “senjata” berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.
Proses selanjutnya asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus.
Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang “setting” hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau febris.
            Penatalaksanaan Demam
Beberapa hal yang bisa dilakukan bila mengalami demam :
• Kenakan pakaian tipis meskipun tubuh terasa dingin. Pakaian tebal dan selimut akan menaikkan suhu tubuh.
• Istirahatlah di rumah di ruangan dengan ventilasi yang baik. Gunakan kipas angin atau alat pendingin udara.
• Minumlah banyak air putih, sari buah, susu, atau sup bening. Minuman dingin akan membantu menurunkan suhu tubuh. Cara mudah untuk mengetahui apakah sudah cukup minum atau tidak adalah dengan melihat urin berwarna terang ataukah kuning tua. Kalau berwarna terang, pertanda sudah cukup minum. Banyak minum air putih atau minuman berelektrolit juga berguna untuk menjaga agar tubuh tidak kekurangan cairan (dehidrasi).
• Usahakan makan seperti biasa meskipun nafsu berkurang. Bila tidak mau makan, tubuh akan lemah.
• Periksalah suhu tubuh setiap empat jam sekali. Janganlah makan atau minum selama setengah jam sebelum suhu tubuh diukur karena hasilnya tidak tepat.
• Kompreslah tubuh dengan air hangat dan menggunakan kain basah. Tidak hanya pada bagian kepala saja, tetapi juga seluruh tubuh. Mengompres harus dengan air hangat karena salah satu bagian otak kita (hipotalamus) terdapat pusat pengatur suhu (termoregulator). Jika suhu tubuh meningkat, pusat pengatur suhu ini berusaha menurunkannya begitu juga sebaliknya. Bila tubuh demam dikompres dengan air dingin atau es, maka tubuh menjadi lebih demam saat kompres dihentikan. Hal ini disebabkan karena saat penderita demam dikompres dengan air dingin atau es, pusat pengtur suhu menerima sinyal bahwa suhu di sekitarnya sedang dingin dan tubuh harus segera dihangatkan (kontra dengan yang diharapkan). Lain halnya jika dikompres dengan air hangat, pusat suhu akan menerima informasi bahwa suhu disekitarnya sedang hangat dan akan segera diturunkan, inilah efek yang diharapkan. Tindakan ini akan membantu menurunkan suhu tubuh.
• Minum obat penurun panas jika suhu tubuh mencapai 38 – 40 derajat. Berbagai obat penurun panas yang tersedia dipasaran antara lain Parasetamol atau ibuprofen.
• Hindari makanan berlemak atau yang sulit dicerna karena demam menurunkan aktivitas lambung.
B. MUNTAH 
            Muntah adalah aktivitas mengeluarkan isi lambung/perut melalui esophagus dan mulut yang disebabkan oleh kerja motorik dari saluran pencernaan. Kemampuan untuk muntah dapat mempermudah pengeluaran toksin dari perut.
Muntah adalah aksi dimana lambung harus menanggulangi tekanan yang normalnya ditempat untuk memperthankan makanan dan sekresi-sekresi didalam lambung. Lambung hampir membalikan dirinya dari dalam keluar – memaksakan dirinya kedalam bagian bawah dari esophagus (tabung yang menghubungkan mulut ke lambung) selama episode muntah.
            Penyebab Muntah
Penyebab muntah antara lain karena :
• Penyakit infeksi atau radang di saluran pencernaan atau di pusat keseimbangan.
• Penyakit-penyakit karena gangguan metabolisme seperti kelainan metabolisme karbohidrat (galaktosemia dan sebagainya), kelainan metabolisme asam amino/asam organic (misalnya gangguan siklus urea dan fenilketonuria)
• Gangguan pada system syaraf (neurologic) bisa karena gangguan pada struktur (misalnya hidrosefalus), adanya infeksi (misalnya meningitis dan ensefalitis), maupun karena keracunan (misalnya keracunan syaraf oleh asiodosis dan hasil samping metabolisme lainnya)
• Stress Psikologi: menyebabkan rangsangan saraf otak pada SNC untuk memproduksi asam lambung (HCl). asam lambung yang berlebih dapat menyebabkan reflek muntah yang dimediatori oleh nervus cranial X (Nervus Vagus).
• Trauma abdomen (misalnya terkena pukulan) yang menyebabkan isi perut tergoncang yang mempegaruhi tekanan intraabdomen.
• Faktor Hormonal. pada orang hamil trimester pertama 28 % wanita indonesia mengalami morning sickness (muntah2 dipagi hari) dimana hormon estrogen dan hypochorionic gonadotropin mengalami fase metabolisme yang tidak biasanya.
            Penatalaksanaan Muntah
Untuk penatalaksanaan muntah disesuaikan dengan penyebab muntah, terapi yang dapat di berikan baik non farmakologi dan farmakologi misalnya antasid, histamine 2 antagonis seperti simetidin, fa¬motidin, dan ranitidine.
C. RASA SAKIT SAAT BERKEMIH
            Sering kali ibu-ibu setelah melahirkan merasa enggan untuk melakukan buang air kecil. Apalagi bila proses persalinan tersebut dilakukan dengan tindakan. Para ibu kerap takut buang air kecil karena merasa khawatir akan terjadi nyeri atau perih pada vagina yang baru dijahit.
Pada saat Kehamilan biasanya disertai peningkatan cairan ekstraseluler yang cukup bermakna, dan deurisis masa nifas adalah kebalikannya. Deurisis terjadi pada hari kedua dan kelima. Peningkatan tekanan vena pada setengah bagian bawah tubuh akan berkurang setelah melahirkan dan hipervolumia akan menghilang. Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika. Overdistensi pengosongan tidak sempurna serta urine residual sering dijumpai. Pengaruh anestesi juga dapat menjadi penyebab gangguan pada tractus urinarius ini. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami dilatasi akan kembali kekeadaan sebelum haamilmulai dari minggu ke 2-8 post Jartum.
Setelah persalinan, Uretra dan Kandung Kemih Rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah reflek berkemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga menggganggu proses berkemih. Apabila terdapat distensi berlebih pada kandung kemih dalam jangka waktu lama, dinding kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.
            Dalam waktu kurang dari enam jam pascapersalinan ibu bersalin harus berkemih. Jika tidak bisa berkemih dalam 24 jam atau urine yang keluar hanya sedikit dan tersendat-sendat berarti ibu mengalami gangguan fungsi berkemih yang disebut dengan retensio urine. Biasanya urine yang keluar kurang dari 50 persen dari kapasitas kantong urine. Gangguan ini juga sering dicirikan dengan adanya pembengkakan pada daerah abodemen. Adanya gangguan fungsi berkemih pascapersalinan tersebut disebabkan karena berkurangnya kontraktilitas otot detrusor veksika urinaria. Gangguan juga bisa dakibatkan adanya resistensi pada uretra serta kegagalan relaksasi otot elevator selama proses berkemih berlangsung.
            Salah satu pemicu yang menyebabkan adanya gangguan berkemih pascapersalinan adalah proses persalinan yang lama. Proses persalinan yang lambat menyebabkan ibu terlalu lama menahan buang air kecil. Hal itu membuat otot kandung kemih terlalu lama diregangkan sehingga terjadi kontraksi yang terus menerus. Selain itu, saat persalinan ibu juga sering kali menunda proses buang air kecil karena khawatir terjadi perih. Padahal pada umumnya dorongan untuk melakukan buang air kecil selalu ada setelah melahirkan. Apabila dibiarkan akan terjadi gangguan pada saraf otot kandung kemih.
            Peregangan yang terlalu lama dibiarkan sampai berhari-hari bisa menyebabkan kerusakan pada saraf otot kandung kemih tersebut sehingga menjadi lumpuh untuk sementara. Oleh karena itu, pada ibu-ibu yang mengalami gangguan ini sering kali secara spontan melakukan buang air kecil saat tertawa maupun batuk karena ototnya tidak bisa menahan.
            Tidak keluarnya urine dengan sempurna juga menyebabkan kandung kemih menjadi berukuran lebih besar daripada biasanya. Pada ibu hamil atau setelah melahirkan, bisanya kandung kemih menampung sekitar 600 cc urine. Apabila terjadi gangguan ini, kandung kemih bisa menggelembung sampai batas tampungan maksimal yaitu mencapai 3.000 cc.
Seorang Dokter atau Bidan memegang peranan penting dalam melakukan deteksi dini terhadap gangguan berkemih pascapersalinan tersebut. Caranya yaitu dengan menanyakan pada pasiennya enam jam setelah melahirkan apakah sudah bisa melakukan buang air kecil atau belum selain itu, tenaga medis yang membantu persalinan juga sebaiknya melakukan evaluasi dan pengukuran urine sisa enam jam pascapersalinan. Apabila urine yang keluar kurang dari 50 persen, berarti pasien tersebut mengalami gangguan. Obat anti nyeri juga harus diberikan pada ibu bersalin yang mengalami penjahitan pada vaginanya. Hal itu berguna untuk mengurangi nyeri saat melakukan buang air kecil sehingga tidak menundanya.
            Untuk melakukan pencegahan tersebut, manajemen aktif persalinan memegang banyak peranan. Hal itu berguna untuk mencegah lamanya proses persalinan sehingga peregangan urine hanya sebentar.
Faktor predisposisi :
1.   Penggunaan kateter pada saat kehamialn atau persalinan
2.   Air kemih yang tertahan karena perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan atu luka pada jalan lahir
Gejala dan tanda :
1.  Disuria
2.  Demam tinggi
3.  Sering kencing
4.  Nyeri perut
5.  Nyeri suprapubik
6.  Nyeri pinggang
7.  Nyeri dada belakang
8.  Anoreksia
Mual/muntah     
*       
Pinatalaksanaan :
1.  Ambil sampel urin tengah, untuk pemeriksaan urin. Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah pengeluaran urin untuk menilai fungsi kandung kencing. Inspeksi warna urin ( hematuria ), bau, kekeruhan ( kental atau encer )
2.  Menganjurkan ibu untuk berkemih setiap 2 – 4 jam, dan mengosongkan kandung kemih secara tuntas, sediakan kompres es untuk perineum selama 1 jam setelah kelahiran, untuk mengurangi pembentukan edema dan memfasilitasi berkemih.
3.  Kaji bila terdapat rasa sakit menyengat dan rasa panas pada saat berkemih
4.  Ibu sebaiknya sedikitnya minum 8 gelas cairan khususnya air setiap hari
5.  Kaji bila ada keluhan ketidaknyaman pada area suprapubik atau abdomen bagian bawah, nyeri punggung bagian bawah atau nyeri berat pada panggul.
6.  Bila ibu mengalami demam, anjurkan mandi dengan air hangat dan berikan obat antipiretik
7.  Menjelaskan pada ibu, bahwa obat – obatan yang diresepkan bisa merubah warna urin
8.  Kaji tanda – tanda vital 4 jam dan bila ada pengaruh pada tanda sistemik
9.  Menganjurkan ibu untuk menjaga personal higiene

2.3 PERUBAHAN PAYUDARA
      Pada masa nifas payudara akan menglami beberapa perubahan sebagai berikut :
     
       A. Bendungan ASI
      Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu (Mochtar, 1996).
      Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara. Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada hari pertama lahir masih sedikit.
            Patologi :
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :


·         Faktor hormon
·         Hisapan bayi
·         Pengosongan payudara
·         Cara menyusui
·         Faktor gizi
·         Kelainan pada puting susu



Patofisiologi
·         Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
·         ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
·         ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
 Penatalaksanaan dan Peran Bidan
1)      Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
·         Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan.
·         Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand.
·         Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
·         Perawatan payudara pasca persalinan

2)      Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
·         Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek.
·         Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi.
·         Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI.
·         Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin.
·         Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah korpus(Sastrawinata, 2004).

        B. Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada payudara. Mastitis terjadi akibat infasi jaringan payudara misalnya glandular, jaringan ikat, aerola, lemak oleh mikroorganisme infeksius atau adanya cedera payudara.organisme yang umum termasuk S.aureus, streptococci, dan H.parainfluenzae. cedera payudara mungkin di sebabkan memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran payudara, fisura puting susu. Bakteri dapat berasal dari beberapa sumber sebagai berikut :
1.      Tangan ibu
2.      Tangan orang yang merawat ibu atau bayi
3.      Bayi
4.      Duktus laktiferus
5.      Setres dan keletihan
Mastitis hampir selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala actual mastitis meliputi:
1.      Peningkatan suhu yang cepat dari 39,5-400C
2.      Peningkatan kecepatan nadi
3.      Menggigil
4.      Sakit kepala
5.      Nyeri hebat, bengkak, area payudara keras dan inflamasi.
Penanganan
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan dilakukan dengan cucitangan menggunakan sabun anti bakteri dengan cermat, posisi yang tepat saat menyusui bayi, membersihkan payudara dengan benar dan menghindari kontak langsung dengan orang yang menderita infeksi atau lesi stafilococus.
Putingsusu yang pecah atau pisura dapat menjadi jalan masuk terjadinya infeksi S.aureus . pengolesan beberapa tetes susu dapat meningkatkan penyembuhan fisura tersebut. Jika di duga mastitis interfensi dini dapat mencegah perburukan. Interfensi meliputi beberapa tindakan hygiene dan kenyamanan sebagai berikut:
1.      Bra yang cukup menyanggah tetapi tidak ketat
2.      Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
3.      Kompres hanagat pada area mastitis
4.      Masase
5.      Tingkatkan asupan cairan
6.      Istirahat
7.      Membantu ibu untuk mengurangi stres dan keletihan
C. Abses Payudara
Abses payudara adalah kelanjutan atau komplikasi dari mastitis hal ini di sebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
            Gejala
·         Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
·         Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
·         Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
·         Payudara yang tegang dan padat kemerahan.
·         Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
·         Adanya pus/nanah.

      Penanganan dan Peran Bidan
·         Teknik menyusui yang benar.
·         Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
·         Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
·         Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
·         Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.
·         Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
·         Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

D.       Saluran Susu Tersumbat
      Saluran tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan khusus antara 24 hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada, bayi mungkin saja rewel ketika menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan lebih lambat dari biasanya. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari benjolan yang menekan saluran lain. Saluran tersumbat dapat diatasi lebih cepat jika :

      a.       Teruskan menyusui pada payudara yang sakit, dan kosongkan payudara dengan lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan :
·         Sedapat mungkin melakukan pelekatan yang baik 
·         Menggunakan tekanan pada payudara untuk menjaga ASI tetap mengalir.
·         Letakkan tangan di sekitar saluran yang tersumbat dan jika tidak terlalu sakit, tekan saat bayi sedang menyusui.
·         Susui bayi dengan posisi sedemikian rupa sehingga dagu bayi ”mengarah” pada saluran yang tersumbat. Jadi, bila saluran tersumbat ada pada bagian luar bawah payudara (arah jam 7), maka menyusui bayi dengan posisi football dapat sangat membantu.
·         Hangatkan area yang terinfeksi.
·         Anda bisa melakukan ini dengan bantalan penghangat atau botol berisi air panas, tetapi hati-hati untuk tidak membakar kulit dengan menempelkan yang terlalu panas untuk waktu yang terlalu lama.
·         Coba untuk beristrirahat.
·         Tentu saja, dengan kehadiran seorang bayi baru tidaklah mudah untuk beristirahat. Cobalah untuk tidur. Bawa bayi bersama Anda ke tempat tidur dan susui dia di sana.
E.      Putting Susu Lecet
Sebanyak 57% ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putting.
      Penyebab
·         Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusui pada putting susu, maka bayi akan mendapatkan ASI sedikit, karena gusi bayi tidak menekan pada sinus latiferus, sedangkan pada ibunya akan menjadi nyeri/kelecetan pada putting susu.
·         Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
·         Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci putting susu.
·         Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingual), sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai ke kalang payudara dan isapan hanya pada putting susu saja.
·         Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang berhati – hati.

 Penatalaksanaan
·         Bayi harus disusuikan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya lebih sedikit. Untuk menmghindari tekanan local pad puting maka posisi menyusu harus sering diubah, untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping itu, kita harus yakin bahwa teknik menyusui yang diguanakan bayi benar, yaitu harus menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet.
·         Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-anginkan sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti-infeksi.
·         Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk membersihkan payudara.
·         Pada puting suus bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang telah dimasak terlebih dahulu.
·         Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.
·         Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan nistatin.

  Pencegahan
·         Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alcohol, krim, atau zat-zat iritan lainnya.
·         Sebainya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting tetapi dengan menekan dagu atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.
·         Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara dan menggunakan kedua payudara.

F.      Payudara Bengkak
 Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara, sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara serign terasa penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan penuruna let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.

                  Gejala
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi, karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit diisap oleh bayi, kulit pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih mudah menyusui.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudaranya bengkak adalah sebagai berikut:
·         Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
·         Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa nyeri. Bila dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan pembuluh darah.
·         Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
       Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pembengkakan pada payudara adalah sebagai berikut:
·         Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
·         Susukan bayi tanpa jadwal.
·         Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.
·         Melakukan perawatan pascapersalinan secara teratur.

2.4 KEHILANGAN NAFSU MAKAN DALAM WAKTU YANG LAMA    
            Anoreksia merupakan penurunan nafsu makan yang merupakan gejala umum pada banyak penyakit dan dapat disebabakan oleh makanan, obat, emosi, ketakutan, masalah psikologi dan infeksi. Anoreksia jangka panjang dapat menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit yang dapat menyebabkan dysritmia jantung. Makan merupakan salah satu cara dalam menaikan berat badan akan tetapi pemberian makanan melalui selang atau infuse dapat menjadikan sebuah pilihan. Tanyakan kepada pasien apa penyebab mereka kehilangan napsu makan dan apa yang dapat meningkatkan napsu makan tersebut.
            TANDA ATAU GEJALA
Tanda awal dari anoresia nervosa terdiri dari:



1. kehilangan berat badan
2. rendah harga diri
3. konfulsif terhadap diet
4. perubahan body image



Tanda lanjut terdiri dari:



1. amenorehea pada wanita
2. ketidak seimbangan elektrolit
3. disritmia jantung
4. konstipasi
5. kulit kering
6. bradi kardi
7. hypothermia
8. hypotensi
9. kehilangan otot


 ETIOLOGI ANOREKSIA
            Turunnya nafsu makan ibu pada masa nifas dikarenakan kadar progesteron menurun setelah melahirkan, sehingga asupan makanan juga mengalami penurunan, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong. Selain itu, penurunan nafsu makan ini mungkin disebabkan oleh abnormalitas neuroendokrin dalam hipotalamus. Gejala dikaitkan pada berbagai gangguan kimiawi yang secara normal diatur oleh hipotalamus. Selanjutnya, abnormalitas fisiologis dapat menyulitkan individu dalam menginterpretasikan sensasi lapar dan kenyang.
Penyebab lainnya dapat dikarenakan oleh penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna yang menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. Penurunan tonus otot usus yang menurun ini, dapat berakibat terjadinya konstipasi.
            Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut mendukung konstipasi pada ibu nifas dalam minggu pertama. Suppositoria dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu nifas. Akan tetapi proses konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air besar.
            Secara psikis, penurunan nafsu makan pada ibu nifas juga dapat disebabkan karena kecemasan mengenai berat badan, perubahan bentuk tubuh yang semakin meningkat. Normalnya ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post primordial. Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi cemilan yang sering ditemukan. Oleh karena itu, nafsu makan ibu menurun dikarenakan ingin melakukan program diet.
            Jika penderita mengalami kekurangan gizi yang serius, maka bisa terjadi kelainan pada berbagai organ tubuh utama. Yang paling berbahaya adalah kelainan jantung serta cairan dan elektrolit (natrium, kalium, klorida). Jantung menjadi semakin lemah dan memompa lebih sedikit darah ke seluruh tubuh. Penderita bisa mengalami dehidrasi dan cenderung mengalami pingsan. Darah menjadi asam (asidosis metabolik) dan kadar kalium dalam darah berkurang. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kematian mendadak, yang kemungkinan disebabkan oleh irama jantung yang abnormal.

DIAGNOSA
            Hal-hal yang dapat diperhatikan untuk menjadi sebuah diagnosa dari anoreksia :
1. Ketidakimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak adekuat pemasukan, menginduksi muntah, penggunaan pencahan kronis.
2. Kelainan Body image, berhubungan dengan perubahan psikososial dan kognitif
3. Kekurangan volume cairan b/d masukan makanan dan cairan tidak adekuat
4. Adanya gangguan endokrin yang meluas, yang menyebabkan gangguan hipothalamus

 PENGOBATAN
            Biasanya pengobatan terdiri dari 2 tahap:
1. Mengembalikan berat badan normal.
2. Terapi psikis, yang seringkali dibarengi dengan pemberian obat-obatan.
Jika berat badan turun sangat cepat atau sangat berat (sampai lebih dari 25% dibawah berat badan normal), maka sangat penting untuk mengembalikan berat badan karena penurunan yang demikian bisa berakibat fatal. Pengobatan awal biasanya dilakukan dirumah sakit, dimana penderita didorong untuk makan. Kadang diberikan makanan melalui infus atau selang nasogastrik. Jika status gizinya sudah baik, maka dimulai terapi jangka panjang oleh seorang ahli dalam kelainan pola makan. Terapi bisa berupa psikoterapi individual, kelompok dan keluarga; atau berupa obat-obatan. Jika ditemukan depresi, maka diberikan obat anti-depresi.

2.5 PERUBAHAN PADA EKSTREMITAS
Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan dikaki yang terjadi pada masa nifas biasa disebut dengan DVT (deep venous trombosis ). DVT adalah inflamasi vena dengan pembentukan bekuan yang lebih sering terjadi pada vena femoralis (tungkai) dan vena-vena pada uterus, ovarium, dan hipogastrik. Pembekuan ini dapat menyebabkan inflamasi, alokal dan menyumbat vena kemudian pembekuan terlepas menjadi embolus dan bergerak kedalam pembuluh jantung dan paru-paru sehingga menyumbat pembuluh tersebut.
DVT (deep venous trombosis) atau trombosis vena dalam lebih jarang terjadi, tetapi dapat menyebabkan terlepasnya bekuan yang kemudian menyebabkan emboli paru hiperkoagulabititas meningkat seiring dengan peningkatan usia ibu, parietas, dehidrasi setelah persalinan dan persalinan melalui seksio sesaria ( SC ). Wanita beresiko lebih besar apabila mereka memiliki riwayat gangguan tromboimbulus, hipertensi akibat kehamilan dan anemi atau pernah melahirkan dengan operasi
Resiko DVT ditungkai bawah kiri, terutama setelah secsio secaria, karena kecepatan aliran darah paling rendah.Gejala DVT biasanya dirasakan nyeri serta mengalami pembengkakan didaerah yang terkena dan kadang – kadang terjadi demam. Terjadi perbedaan mencolok dalam ukuran betis atau pada ekstremitas sirkulasi ditungkai bawah serta trombosis mungkin terpengaruh sehingga tungkai tampak pucat dan dingin serta mungkin oedema.
Penyebab
Adapun penyebab DVT adalah
  1. Perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang – cabangnnya
  2. Perpindahan cairan setelah melahirkan yang menghilang dalam seminggu
  3. Kompresi vena tibialis
  4. Kekentalan darah yang meningkat
Faktor predisposisi :
  1. Obesitas
  2. Peningkatan umur meternal dan tingginya paritas
  3. Riwayat sebelumnya mendukung
  4. Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada keadaan pembuluh vena.
  5. Anemia maternal
  6. Hypotermi dan penyakit jantung
  7. Endometritis
  8. Varicostitis


Gejala
  • Kaki terasa kenyal atau lunak
  • Terasa panas pada tungkai
  • Nyeri kaki pada saat berjalan
  • Adanya pembengkakan pada tungkai
  • Terjadi perubahan warna kulit ( memerah ) pada kaki
Penanganan
Ada beberapa penaganan DVT antara lain:
  1. Terapi anti koanggulan menggunakan heparin
  2. Istrahat yang cukup dengan kaki agak tinggi
  3. Memberikan kehangatan untuk meningkatkan sirkulasi darah dan menghilangkan rasa tidak nyaman
  4. Hindari pemijatan tungkai  pada daerah yang bengkak untuk mencegah bekuan
  5. Memberikan obat-obatan seperti asidium asetilosalisikum dan apabila ada pedangan diberi anti biotik
  6. Setelah rasa nyeri hilang, penderita di anjurkan untuk mulai berjalan.



Antisipasi dan Penanganannya Menurut Ari Sulistyawati. 2009 :
  1. Posisi tidur yang baik selama hamil dan pengeluaran cairan secara teratur akan dapat mengurangi pembengkakan pada kaki.
  2. Segera anjurkan ibu untuk melakukan senam nifas, karena dengan bergeraknya anggota tubuh maka akan mencegah terjadinya pembengkakan pada kaki.
  3. Menganjurkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah buang air kecil ketika ada rasa sakit pada pada jahitan ibu pada masa nifas.
  4. Memberikan dukungan emosional kepada ibu, serta keluarganya.
Penatalaksanaan:
  1. Konsul ke dokter
  2. Lakukan pemeriksaan dalam
  3. Lakukan pemeriksaan ginjal
  4. Lakukan pemeriksaan urin
  5. Beri minum sering tapi sediki







BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Macam-macam komplikasi pada masa nifas antara lain Perdarahan pervagina; Infeksi pada masa nifas; Sakit kepala, nyeriepigastrik, penglihatan kabur; Pembengkakan di wajah dan ekstremitas; Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih; Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit; Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama; Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di kaki; Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri.
Cara penanganan untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan kondisi ibu dan tingkat kegawatan dari maisng-masing komplikasi yang terjadi. Petugas kesehatan wajib berperan dalam upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada masa nifas, karena masa nifas merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi yang berakibat pada kematian.
Dalam penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi pun petugas kesehatan harus melakukannya dengan cepat dan akurat, karena ini menyangkut dengan kesejahteraan maternal dan neonatal yang menjadi kewajiban bidan untuk mewujudkan program MDGs dalam bidang yang sesuai dengan profesinya sebagai tenaga kesehatan.




B.     SARAN
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah komplikasi-komplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah satu masalah yang harus dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara nyata.
















DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan  Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps
Ibrahim, Christin S. 1993. Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas ). Jakarta : Bharata NiagaMedia. masanifas.blogspot.com
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan  Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan KebidananPadaMasa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. PerawatanMasa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

Vivian Nanny Dan Tri Sunarsih.2011.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Jakarta:Salemba Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar