Rabu, 17 Desember 2014

Kelompok 11 (Bonding Attachment)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa kehamilan dan pada saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat memfasilitasi perilaku ikatan awal ini dengan cara menyediakan sebuah lingkungan yang mendukung sehingga kontak dan interaksi yang baik dari orangtua kepada anak dapat terjadi. Jam pertama setelah melahirkan mereka sangat waspada dan siap untuk mempelajari dunia baru mereka. Jika tidak ada komplikasi yang serius setelah bayi lahir dapat langsung diletakkan di atas perut ibu. Kontak segera ini akan sangat bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya karena kontak kulit dengan kulit membantu bayi tetap hangat.
Mengingat pentingnya ASI dan keterikatan kasih sayang (Bonding Attechment) antara ibu dan anak, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat dengan hal tersebut, maka didalam makalah ini akan dibahas tentang ASI dan bagaimana cara mewujudkan kasih sayang tersebut. Keterikatan kasih sayang bisa terwujud dari janin masih berada didalam kandungan dan untuk mempereratnya bayi yang baru lahir bisa dilakukan IMD (inisiasi menyusu dini), dari hal tersebut selain manfaat ASI yang didapatkan begitu besar juga sangat bermanfaat untuk psikologis ibu dan anak karena sebuah kasih sayang bisa berawal dari sebuah sentuhan,dan dekapan ibu kepada anaknya disaat dilakukan IMD.





1.2.Rumusan Masalah
Karena kurangnya pengetahuan ibu atau masyarakat tentang pentingnya ASI bagi bayi dan perlunya dilakukan sedini mungkin agar bisa terwujud suatu keterikatan kasih sayang antara ibu dan anak.
Ada beberapa permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini, yaitu :
1.Apa pengertian Bonding Attechment?
2.Apa pengertian IMD?
3.Apa saja prakondisi yang mempengaruhi ikatan / Bonding Attachment ?
4.Apa saja tahap-tahap Bonding Attachment?
            6.Apa saja prinsip-prinsip dan upaya untuk meningkatkan Bonding Attachment?
7.Apa saja manfaat bonding attachment?
8.Apa saja hambatan Bonding Attachment?

9.Apa saja faktor yang mempengaruhi Bonding Attechment dan faktor yang mendukung dilakukannya IMD?

1.3. Tujuan Penulisan
                  1.Untuk mengetahui pengertian Bonding Attechment
2.Untuk mengetahui apa saja prakondisi yang mempengaruhi ikatan / Bonding Attachment
3.Untuk mengetahui tahap-tahap Bonding Attachment
4.Untuk mengetahui elemen-elemenBonding Attachment
5.Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip dan upaya untuk meningkatkan Bonding Attachment
6.Untuk mengetahui dampak positif bonding attachment
7.Untuk mengetahui hambatan Bonding Attachment

1.4. Manfaat
            Penulisan laporan isni dapat diharapkan dapat memberikan manfaat pada petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan informasi-informasi mengenai Bonding Attachment dan IMD (inisiasi menyusui dini).Adapun manfaat itu antara lain :
1.      Ibu nifas atau menyusui mengetahui cara atau tehnik untuk melakukan IMD dan mewujudkan Bonding Attechment
2.      Ibu nifas atau menyusui  mengerti akan manfaat dari IMD dan Bonding Attecment.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1.Pengertian Bonding Attachment
Bonding attachment berasal dari dua suku kata roma yaitu bonding dan attachment.Bonding adalah proses pembentukan sedangkan attachment ( membangun ikatan).Jadi Bonding Attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.Konsep ikatan perlahan-lahan berkembang,mungkin di mulai di awal kehamilan dan berlanjut bersama berbulan-bulan, bertahun-tahun dan mungkin seumur hidup setelah melahirkan.
Bonding bukan sebuah proses magical atau seketika,juga bukan dirangsang menurut permintaan atau pesanan.Perasaan kehangatan yang dimulai kadang sudah dirasakan, bahkan sebelum konsepsi dan tentu selama kehamilan dan akan terus berkembang selama beberapa minggu,bulan dan tahun setelah kelahiran..Ada kemungkinan bahwa pengalaman kelahiran yang baik ( dapat memfasilitasi pertumbuhan cinta,karena ibu akan mengurangi rasa kekecewaan terhadap diri sendiri dan kondisi emosional ibu akan lebih terfokus untuk memberikan seluruh perhatian dirinya kepada bayinya).Kesulitan dalam proses persalinan yang mengecewakan  dapat menghambat proses terjadinya ikatan antara ibu dengan bayinya.Oleh karena itu penting juga memperhatikan kondisi psikologis ibu saat proses persalinan.

Ada beberapa difinisi para ahli mengenai Bonding Attachment :
1.     Menurut Klause dan Kennel (1983) adalah interaksiorang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
2.      Nelson (1986), bonding : dimulainya interaksiemosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
3.     Saxton dan Pelikan (1996), bonding: adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
4.      Bennet dan Brown (1999), bonding:  terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment: pencurahan kasih sayang di antara individu.
5.       Brozeton (dalam Bobak, 1995): permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti antara orang tua dan anak pada pertemuan pertama.
6.       Parmi (2000): suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir.
7.      Perry (2002), bonding: proses pembentukan attachment atau membangun ikatan; attachment: suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
8.      Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
9.        Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah prosespersalinan, dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
2.2. Pengertian IMD
            Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera setelah lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun untuk kita.Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam.    
Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi.Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.

2.3. Prakondisi yang mempengaruhi ikatan / Bonding Attachment (Mercer, 1996) yaitu :
1.      Kesehatan emosional orangtua
Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bonding attachment ini.
2.      Suatu  tingkat ketrampilan dalam berkomunikasi  dan dalam memberi asuhan yang
Kompeten.Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bonding attachment terwujud.
3.        Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya.
4.       Kedekatan orangtua dengan bayi
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.
5.       Kecocokan orangtua denagn bayi ( termasuk keadaan, temperamen dan jenis kelamin)
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.
Namun demikian peran kehadiran seorang ayah dan anggota keluarga yang lain juga dibutuhkan dalam perkembangan psikologis anak yang baik nantinya. Beberapa hal yang dapat dilakukan seorang laki-laki dalam proses perubahan peran menjadi seorang ayah, diantaranya :
1.      Ketika ibu hamil, seorang suami akan merasa bangga karena dia akan mempunyai keturunan dan dia akan menjadi seorang ayah.
2.      Ketika bayi lahir, maka suami akan merasa bahagia dan juga perhatian yang disebabkan oleh :
Ø    Cemas akan biaya persalinan dan perawatan bayinya kelak
Kekhawatiran adanya kecacatan pada bayinya, antara lain: kecewa, gelisah
tentang bagaimana perawatan bayi dan bagaimana nasibnya kelak, dan lain
sebagainya.
  Gelisah tentang kemampuan merawat dan mendidik anaknya (pesimis akan keberhasilannya sebagai seorang ayah)
  Harapan orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, khususnya masalah jenis kelamin.


2.4. Tahap – Tahap Bonding Attachment
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara,dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2.Bonding (keterikatan)
3.Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
2.5. Elemen-Elemen Bonding Attachment
1.      SentuhanSentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuhbayi dengan ujung jarinya.
2.      Kontak mata – Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (Klaus, Kennell, 1982).
3.      Suara – Saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.
4.      Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
5.      Entrainment – Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6.      Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
7.      Kontak dini – Saat ini , tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tuaanak.
Penelitian belum dapat membuktikan bahwa kontak dini merupakan hal yang penting untuk hubungan orangtua-anak. Namun menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
1.      Kadar oksitosin dan  prolaktin meningkat.
2.      Reflek menghisap dilakukan dini.
3.      Pembentukkan kekebalan aktif dimulai.
4.      Mempercepat prosesikatan antara orang tua dan anak , body warmth (kehangatantubuh); waktu pemberian kasih sayang; stimulasi hormonal).
2.6. Prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan Bonding Attachment :
1)      Menit pertama jam pertama (Dilakukan segera)
2)       Sentuhan orangtua pertama kali
3)       Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak
4)      Terlibat proses persalinan
5)       Kontak sedini mungkin  sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu serta memberi rasa nyaman.
6)      Fasilitas untuk kontak lebih lama
7)       Perawat maternitas khusus (bidan)
8)      Libatkan anggota keluarga lainnya
9)       Informasi bertahap mengenai bonding attachment
10)   Fasilitas untuk kontak lebih lama
11)   Persiapan PNC sebelumnya
12)   Penekanan pada hal-hal positif
13)   Adaptasi
14)   Kesehatan emosional orang tua
2.7.  Manfaat  Bonding Attachment
1.      Air liur bayi mampu membersihkan dada ibu dari bakteri
2.      Tubuh ibu mampu berfungsi sebagai natural termostant (penyeseuai suhutubuh).Suhu tubuh bayi rendah karena kedinginan, maka tubuh ibu dapat meningkatkan suhunyasehingga kembali normal. Demikian pula ketika suhu tubuh bayi tinggi.
3.      Bunyi detak jantung ibu (ketika bayi berada di dadanya) mampu membuat nafas bayi menjadi stabil.
4.      Bonding attachment dan inisiasi menyusu dini dapat menurunkan angka kematian pada bayi.
5.      Bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social
6.      Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi

2.8. Hambatan Bonding Attachment
                      1.   Kurangnya support sistem.
                      2.   Ibu dengan resiko (ibu sakit).
                      3.   Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
                      4.   Kehadiran bayi yang tidak diinginkan
                      5. Fasilitas IMD

2.9. Peran bidan dalam mendukung terjadinya Bonding Attachment
          1. Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama         pasca kelahiran.
          2. Memberikan dorongan kepada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayi nya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
          3. Sewaktu pemeriksaan ANC, bidan selalu mengingatkan ibu untuk menyentuh dan meraba perutnya yang semakin membesar
          4. Bidan mendorong ibu untuk selalu mengajak janin berkomunikasi
          5. Bidan juga mensupport ibu agar dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya dalam merawat anak, agar saat sesudah kelahiran, nanti tidak merasa kecil hati karena tidak dapat merawat bayinya sendiri dan tidak memiliki waktu yang seperti ibu inginkan
          6. Ketika dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan salah satu cara Bonding Attachment dalam beberapa saat setelah kelahiran, hendaknya bidan tidak benar-benar memisahkan ibu dan bayi melainkan bidan mampu untuk mengundang rasa penasaran ibu untuk mengetahui keadaan bayi nya dan ingin segera memeluk bayi nya. Pada kasus bayi atau ibu dengan resiko, ibu dapat tetap melakukan bonding attachment ketika ibu memberi ASI bayinya atau ketika megunjungi bayi di ruang perinatal.

2.10. Cara untuk melakukan Bonding Attachment ada bermacam-macam antara lain:
1.      Pemberian ASI ekslusif
Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir atau yang biasa disebut dengan IMD (Inisiasi Menyusu Dini), secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.


Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu
1.      Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan).
2.      Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi pemakaian energi.
3.      Bayi memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu. Bakteri baik ini akan membuat koloni di usus dan kulit bayi untuk menyaingi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4.      Bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus. Usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengolah asupan makanan.
5.      Asi yang pertama (colostrum) mengandung beberapa Antibodi yang dapat mencegah infeks pada bayi, sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
6.      Bayi memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus bayi.
7.      Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
8.      Sentuhan, kuluman/emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin yang penting karena:
1.      Menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan plasenta dan mengurangi perdarahan ibu.
2.      Merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks, dan mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri (karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita/bahagia.
3.      Merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga ASI matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar.
2.      Konsep Rawat Gabung

1.       Pengertian
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya (Maryuni, 2009; Rukiyah, 2010).

2.      Tujuan rawat gabung
1.      Tujuan rawat gabung adalah agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit dan ibu memperoleh bekal keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah pulang dari rumah sakit. Rawat gabung juga memungkinkan suami dan keluarga dapat terlibat secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya (Maas, 2004; Mappiwali, 2008).

3.      Manfaat Rawat Gabung
Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak dari kamar bersalin seharusnya tetap dipertahankan dengan merawat bayi bersama ibunya.Secara fisik, rawat gabung bermanfaat memudahkan ibu untuk menjangkau bayinya untuk melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan saja bayinya menginginkan. Perawatan sendiri dan menyusui sedini mungkin, akan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan (Mappiwali, 2008; Suradi dan Kristina, 2004).
Secara fisiologis, rawat gabung memberikan kesempatan pada ibu untuk dekat dengan bayinya, sehingga bayi dapat segera disusui dan frekuensi ibu memberi ASI akan lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang alami, di mana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Hal ini akan menimbulkan refleks prolaktin yang akan memacu proses produksi ASI. Selain itu, ibu dengan menyusui akan mengalami refleks oksitosin yang akan membantu proses fisiologis involusi rahim (Mappiwali, 2008; Suradi dan Kristina, 2004).

Secara psikologis, Ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) karena adanya sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis bayi karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi (Mappiwali, 2008; Suradi dan Kristina, 2004). Rawat gabung juga akan memberikan kepuasan pada ibu karena ibu dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya dan keadaan ini akan memperlancar produksi ASI karena seperti
Universitas Sumatera Utara
telah diketahui, refleks let-down bersifat psikosomatis. Sebaliknya bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila suaminya berkunjung, akan terasa adanya suatu ikatan kesatuan keluarga (Prawirohardjo, 2008).
Secara edukatif, ibu akan diajari cara menyusui yang benar, cara merawat payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi (Mappiwali, 2008). Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari rumah sakit dan di samping pendidikan bagi ibu, dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga, terutama suami, dengan cara mengajarkan suami cara merawat ibu dan bayi. Suami akan termotivasi untuk memberi dorongan moral bagi istrinya agar mau menyusui bayinya (Prawirohardjo, 2008).
Secara ekonomi, rawat gabung memungkinkan ibu untuk memberikan ASI sedini mungkin. Bagi rumah bersalin terutama rumah sakit pemerintah, hal tersebut merupakan suatu penghematan anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot serta peralatan lain yang dibutuhkan. Lama perawatan ibu menjadi lebih pendek karena involusi rahim terjadi lebih cepat dan infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi, berarti penghematan biaya bagi rumah sakit maupun keluarga ibu (Mappiwali, 2008; Suradi dan Kristina, 2004).
Secara medis, pelaksanaan rawat gabung akan menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayi (Mappiwali, 2008; Prawirohardjo, 2008).







           
2.11. Respon Ayah dan Keluarga Terhadap Bayi Baru Lahir
            Reaksi orang tua dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda.Hal ini dapat di sebabkan oleh oleh berbagai hal, di antaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain. Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif da nada juga yang negatif.
1.      Respon positif
Dapat di tunjukan dengan :
4.      Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayinya dengan bahagia
5.      Ayah bertambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi dengan baik
6.      Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi
7.      Perasaan sayang terhadap ibu yang telah melahirkan bayi
2.      Respon Negatif
Respon negatif dapat ditunjukkan dengan :
1.      Kelahiran bayi tidak diinginkan keluarga karena jenis kelamin yang tidak sesuai keinginan
2.      Kurang bahagia karena kegagalan KB
3.      Perhatian ibu pada bayi yang berlebihan yang menyebabkan ayah merasa kurang mendapat perhatian
4.      Faktor ekonomi mempengaruhi perasaan kurang senang atau kekhawatiran dalam membina keluarga karna kecemasan dalam biaya hidupnya
5.      Rasa malu baik bagi ibu dan keluarga karna anak lahir cacat
6.      Anak yang dilahirkan merupakan hasil hubungan zina, sehingga menimbulkan rasa malu dan aib bagi keluarga.
Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang antara orang tua terhadap bayi baru lahir, terbagi menjadi perilaku memfasilitasi dan perilaku penghambat.

·         PerilakuMemfasilitasi :
1.    Menatap, mencari ciri khas anak.
2.    Kontak mata.
3.    Memberikan perhatian.
4.    Menganggap anak sebagai individu yang unik.
5.    Menganggap anak sebagai anggota keluarga.
6.    Memberikan senyuman.
7.    Berbicara/bernyanyi.
8.    Menunjukkan kebanggaan pada anak.
9.    Mengajak anak pada acara keluarga.
10.  Memahami perilaku anak dan memenuhi kebutuhan anak.
11.  Bereaksi positif terhadap perilaku anak.


·         Perilaku Penghambat :
1.   Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, menghindar, menolak untuk menyentuh anak.
2.    Tidak menempatkan anak sebagai anggota keluarga yang lain, tidak memberikan nama pada anak.
3.   Menganggap anak sebagai sesuatu yang tidak disukai.
4.   Tidak menggenggam jarinya.
5.   Terburu-buru dalam menyusui.
6.   Menunjukkan kekecewaan pada anak dan tidak memenuhi kebutuhannya.
Respon orang tua terhadap bayinya dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
1.         Faktor internal.
Yaitu genetika, kebudayaan yang mereka praktekkan dan menginternalisasikan dalam diri mereka, moral dan nilai, kehamilan sebelumnya, pengalaman yang terkait, pengidentifikasian yang telah mereka lakukan selama kehamilan (mengidentifikasikan diri mereka sendiri sebagai orang tua, keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan dan efek pelatihan selama kehamilan).

2.    Faktor eksternal
                        Yaitu perhatian yang diterima selama hamil, melahirkan dan postpartum, sikap dan perilaku pengunjung dan apakah bayinya terpisah dari orang tua selama satu jam pertama dan hari-hari dalam kehidupannya.

BAB III
PENUTUP


3.1. Kesimpulan
Bonding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan areksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir sendangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.Proses ikatan batin antara ibu dan bayi diawali dengan kasih sayang terhadap bayi yang dikandung, dan dapat dimulai sejak kehamilan.Ikatan batin antara bayi dan orang tua berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi sehat dan tumbuh kembang bayi.Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi bayi.Dari lingkungan inilah bayi belajar membentuk pola hubungan dengan orang lain.Perilaku orang tua yang bersifat penghambat dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang menjadi ibling rivalry. Sehingga diperlukan dukungan keluarga yang mengerti dan tahu akan manfaat dari bounting attacment sehingga tidak terjadi sibling rivalry. Perkembangan hasil penelitian tentang keberhasilan bonding attachment menunjukkan adanya pengembangan factor predisposisi sebagai bentuk pengembangan ilmu pengetahuan yang saling berkaitan. Bagaimana konsep bonding attachment dibangun dan diinteraksikan dengan penelitian lainnya seperti keberhasilan IMD, spikologi ibu postpartum dan dukungan suami atau keluarga pada saat ini secara tidak langsung dilihat hanya sebagai factor penghubung



3.2. Saran
Masih banyak sekali bidan atau tenaga kesehatan yang belum melakukan hal ini begitu bayi lahir. Banyak yang melakukan inisiasi menyusu dini namun hanya sebentar saja. Bayi langsung di bawa ke ruang bayi tanpa mendapatkan kontak dengan ibunya secara maksimal

DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Kebidanan, Vol. V, No. 02, Desember2013
Bobak. 2005. Essential of Maternity Nursing.Toronto : Mosby
Hamilton, Persis Mary. 2005. Dasar Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Mardianingsih.2013. Inisiasi Menyusui Dini dengan Keberhasilan Bonding Attachment.Hal : 32
Nelson. Waldo. 2004. Ilmu KesehatanAnak. Jakarta: EGC
Rukiyah, Ai Yeyeh , Yulianti Lia dan Meida Liana.2010.Asuhan Kebidanan III (Nifas).Jakarta:Trans Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar