Minggu, 14 Desember 2014

KELOMPOK 25 (Microsephalus)

MAKALAH NEONATUS
MICROSEPHALUS

Disusun Oleh:
Ø  Asiah Mujahidatul Haq
Ø  Jens Kasandra

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI
NUSANTARA JAKARTA
TAHUN 2014-2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Makalah Asuhan Kabidanan Neonatus, Microsephalus”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Neonatus . Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Ibu Feva Tridiyawati.SsiT,M.kes selaku ketua Stikes Abdi Nusantara Jakarta
2.      Ibu HJ.Maemunah,M.kes, selaku Ketua Yayasan Stikes Abdi Nusantara Jakarta
3.      Ibu Maryani selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4.      Kedua Orang tua yang telah member doa dan dukungan kepada penulis
Penulis menyadari bawha makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan semua pihak.


Bekasi, 15 November 2014

penulis







BAB  I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG…………………
BAB II
Definisi
Mikrosefali adalah cacat pertumbuhan otak secara menyeluruh akibat abnormalitas perkembangan dan proses destruksi otak selama masa janin dan awal masa bayi. Ukuran kepala lebih dari 3 standart deviasi di bawah rata-rata. 2
Mikrosefali adalah kasus malformasi kongenital otak yang paling sering dijumpai. Ukuran otak pada kasus ini relatif amat kecil, dan karena pertumbuhannya terhenti maka ukuran tengkorak sebagai wadahnya pun juga kecil (sebenarnya nama yang lebih tepat adalah mikroensefalus). Perbandingan berat otak terhadap badan yang normal adalah 1 : 30, sedangkan pada kasus mikrosefalus, perbandingannya dapat menjadi 1 : 100. Bila kasus bisa hidup sampai usia dewasa, biasanya berat otaknya hanya kurang dari 900 gram (bahkan ada yang hanya 300 gram). 1
Otak mikrosefalik selalu lebih ringan, dapat serendah 25 % otak normal. Jumlah dan kompleksitas girus korteks mungkin berkurang. Lobus frontalis adalah yang paling parah, serebelum sering kali membesar tak seimbang. Pada mikrosefali akibat penyakit perinatal dan postnatal dapat terjadi kehilangan neuron dan gliosis korteks serebri.
Mikrosefali yang paling parah cenderung terjadi pada bentuk yang diwariskan resesif. Penderita anak memperlihatkan dahi yang landai ke belakang dan telinga yang besar tak sebanding. Perkembangan motorik sering kali baik, tetapi retardasi mental secara progresif makin nyata dan sering kali berat. 
Epidemologi
Data epidemiologi yang tersedia mencakup angka kejadian mikrosefali di beberapa negara atau negara bagian. Di New South Wales angka kejadian mikrosefali pada tahun 1994 tercatat sebesar 0,3 per 1000 kelahiran.2 Data yang di dapat di Georgia menunjukkan bahwa angka kelahiran bayi dengan mikrosefali dari tahun 1989-1994 sebesar 0,04 per 1000 kelahiran.3 Di Minnesota, angka kelahiran bayi dengan mikrosefali primer/kongenital adalah 1 per 40.000 kelahiran (atau 0,025 per 1000 kelahiran)
Etiologi
Berbagai kondisi dalam tabel 1 harus dipertimbangan dalam diagnosis banding bayi atau anak mikrosefali. Dahi yang landai ke belekang, telinga yangbesar, dan pertalian darah pada orang tua, mengarah pada diagnosismikrosefali herediter. Kemungkinan mikrosefali akibat fenilkeonuria maternal harus selalu diteliti dengan pemeriksaan kemih ibu yang tepat. Radiogram kranium, pungsi lumbal, tes serologis berguna dalam diagnosismikrosefali akibat infeksi intrauterin. Kalsifikasi serebrum difus sering kali ditemukan pada toksoplasma kongenital, kalsifikasi periventrikular lebih sering pada penyakit virus sitomegalo. Sindroma alkohol janin harus dipertimbangkan pada anak mikrosefalik dari ibu dengan riwayat alkoholisme. 

Penyebab utama:
  • Sindroma Down
  • Sindroma cri du chat
  • Sindroma Seckel
  • Sindroma Rubinstein-Taybi
  • Trisomi 13
  • Trisomi 18
  • Sindroma Smith-Lemli-Opitz
  • Sindroma Cornelia de Lange
Penyebab sekunder:
  • Fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol
  • Keracunan metil merkuri
  • Rubella kongenital
  • Toksoplasmosis kongenital
  • Sitomegalovirus kongenital
  • Penyalahgunaan obat oleh ibu hamil
  • Kekurangan gizi (malnutrisi).
Perawatan pada mikrosefalus tergantung kepada penyebabnya.
Bayi yang menderita mikrosefalus seringkali bisa bertahan hidup tetapi cenderung mengalami keterbelakangan mental, gangguan koordinasi otot dan kejang.

Tabel I. Sebab-sebab Mikrosefali 
Cacat Perkembangan Otak
Infeksi Intrauterin
Penyakit Postnatal dan Perinatal
Mikrosefali herediter (resesif)
Rubela kongenital
Anoksia intra uterin atau neonatal
Mongolisme dan sindroma trisoma lainnya
Infeksi virus sitomegali
Malnutrisi berat pada awal masa bayi
Paparan radiasi ionisasi pada janin
Toksoplasma kongenital
Infeksi virus herpes neonatal
Feniketonuria maternal
Sifilis kongenital
Cebol seckel
Sindroma cornelia de lange
Sindroma rubinstein-taybi
Sindroma smith-lemli-opitz
Sindroma alkohol janin
Ada yang membedakan etiologi mikro-sefali sebagai berikut :
1.                  Genetik
2.                  Didapat, yaitu disebabkan :
1.                  Antenatal pada morbili, penyinaran, sifilis, toksoplasmosis, kelainan sirkulasi darah janin atau tidak diketahui penyebabnya.
2.                  Intranatal akibat perdarahan atau anoksia.
3.                  Pascanatal dan setelah ensefalitis, trauma kepala dan sebagainya. 5


Patogenesis
Bakal serebrum mulai terlihat sebagai struktur yang dapat dikenali pada embrio kehamilan 28 hari, saat ujung anterior tuba neuralis mengalami suatu ekspansi globular, prosensefalon. Dalam beberapa hari berikutnya, prosensefalon membelah menjadi 2 perluasan lateral yang merupakan asal hemisferium serebri dan ventrikel lateralis. Dinding ventrikel pada stadium ini dibentuk oleh lapisan benih neuroblas yang aktif membelah. Neuroblas yang baru terbentuk bermigrasi dari dinding ventrikel ke permukaan hemisferium primitif, berakumulasi dan membentuk korteks serebri.
Pendatang pertama membentuk lapisan bawah korteks, dan pendatang selanjutnya melewati lapisan ini, membentuk lapisan-lapisan atas. Diferensiasi neuroblas membentuk neuron ekstensi sel yang bertambah panjang dan akhirnya membentuk akson dengan lumen ventrikel melalui ekstensi sel yang bertambah panjang dan akhirnya membentuk akson substansi alba subkortikal. Akson yang menyeberang dari 1 hemisferium ke hemisferium lainnya untuk membentuk korpus kalosum, pertama kali aterlihat pada kehamilan bulan ketiga, korpus kalosum terbentu lengkap pada bulan ke-5. Pada saat inilah permukaan akorteks mulai memperlihatkan identasi yang terbentuk progresif selama trimester terakhir, sehingga pada aterm, sulkus dan girus utama telah berbatas tegas.
Otak bayi aterm memiliki seluruh komplemen neuron dewasa, tetapi beratnya hanya sekitar sepertiga otak dewasa. Peningkatan berat postnatal adalah akibat mielinisasi substansia alba subkortikal, perkembangan penuh prosesus saraf, baik dendrit maupun akson serta peningkatan selb glia.
Secara umum pengaruh abnormal sebelum kehamilan bulan ke-6 cenderung mempengaruhi pertumbuhan struktur makroskopik otak dan mengurangi jumlah neuron total. Pengaruh perubahan patologik pada periode perinatal cenderung lebih ringan, seperti keterlambatan mielinisasi dan berkurangnya pembentukan dendrit. Hilangnya substansi otak akibat lesi destruktif dapat terjadi pada akhir masa janin dan awal masa bayi, baik secara terpisah ataupun bersama cacat perkembangan lain. 2

Patologi
Secara patologis terdapat kelainan seperti hipoplasia serebri, pakigiria, mikrogiria, porensefali, atrofi serebri. 6 Biasanya ditemukan penutupan fontanel dan sutura-sutura tengkorak sebelum waktunya (premature closure). Anak dengan microgyria dapat hidup sampai dewasa. 1,8 Yang berukuran kecil biasanya tidak menutupi serebelum dan corak girus-girus kortikalnya abnormal. Arsitektur korteks menunjukkan sel-sel primitif. Sistem ventrikel biasanya membesar serta biasanya dibarengi olehporensefalus, lissensefalus, tidak adanya korpus kalosum serta heterotropia.1

Manifestasi Klinis
Kepala lebih kecil dari pada normal, sekunder akibat jaringan otak yang tidak tumbuh. Kadang-kadang ubun-ubun besar terbuka dan kecil. Didapatkan retardasi mental. Mungkin didapatkan pula gejala motorik berupa diplegia spastik, hemiplegia dan sebagainya. Terlambat bicara dan kadang-kadang didapatkan kejang. 5
Tampilan kasus mikrosefallus yang khas adalah tulang frontal dan fosa anterior yang kecil.

Diagnosis
Diagnosis berdasarkan dari manifestasi klinis dan radiologis. Tabel 2 menunjukkan diameter biparietal standar dari rata-rata diameter biparietal pada USG. 7
Tabel 2.
BPD vs Age (and Standar Deviations The Mean)
Age
Mean
-1SD
-2SD
-3SD
-4SD
-5SD
20
48
45
42
40
37
34
21
51
48
46
43
40
37
22
54
52
49
46
43
41
23
57
55
52
49
46
44
24
61
58
55
52
49
47
25
64
61
58
55
53
50
26
67
64
91
58
56
53
27
69
67
64
61
58
56
28
72
70
67
64
61
59
29
75
72
69
67
64
61
30
78
75
72
69
67
64
31
80
77
74
72
69
66
32
82
79
77
74
71
68
33
84
81
79
76
73
70
34
86
83
80
73
75
72
35
87
85
82
79
76
74
36
89
86
83
80
78
75
37
90
87
84
82
79
76
38
91
88
85
83
80
77
39
92
89
86
83
81
78
40
92
89
87
84
81
78
Atau bisa menggunakan kurva dari Nellhaus.

Untuk menegakkan etiologinya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium misalnya TORCH, VORL, CT, MRI.

Diagnosis Banding
Mikrosefali harus dibedakan dari ukuran kepala yang kecil sekunder darisinostosis sutura sagitalis dan koronarius.2
Sinostosis biasanya terjadi pranatal dan diketahui setelah dilahirkan. Perubahan bentuk tengkorak disebabkan ekspansi jaringan otak yang tumbuh terhalang oleh penutupan sutura. Pada stadium permulaan perubahan bentuk tengkorak merupakan kompensasi untuk mencegah tekanan intrakranial yang meninggi. Pada brakisefali dan skafosefalikeadaan kompensasi ini bisa berlangsung lama sampai berbulan-bulan, namun pada oksisefali tekanan intrakranial sudah meninggi dalam minggu pertama sesudah lahir. Akibat tekanan intrakranial yang meninggi akan terlihat iritabilitas, muntah, eksoftalmus akibat tekanan pada orbita, retardasi mental dan motorik, kejang. Gangguan visus dapat terjadi akibat tertariknya N II atau sebagai akibat papil N II karena tekanan intrakranial yang meninggi. 

Tanda dan gejala
gejala yang muncul pada bayi:
·         keterbelakangan mental,
·         tertunda fungsi motorik dan bicara,
·         kelainan wajah
·         perawakan pendek (pendek tidak tinggi)
·         hiperaktif
·          kejang,
·          kesulitan dengan koordinasi dan keseimbangan
·          kelainan neurologis.

Komplikasi
Pengertian tunagrahita sebagai:
1.      Kelainan yg meliputi fungsi inelektual umum di bawah rata-rata (Sub-avarage).yaitu IQ 84 kebawah sesuai tes;
2.      Kelainan yg muncul sebelum usia 16 tahun;
3.      Kelainan yg menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif
Penggolongan tunagrahita secara medis –biologis sbb:
1. Tunagrahita tarat perbatasan (lQ:68 85).
2. Tunagrahita ringan (lQ:36-51).
3. Tunagrahita sedang (lQ:36-51)
4. Tunagrahita sangat berat (lQ:kurang dari 20 ):dan
5. Tunagrahita tak tergolongkan.

Penggolongan anak Tunagrahita secara sosial-psikologis
Berdasarkan kriteria psikometrik yaitu:
1. Tunagrahita ringan (mild mental retardation )=lQ 55-69.
2. Tunagrahita sedang (moderate mental retardation)dengan.lQ 40- 54
3. Tunagrahita berat (severse mental retardation)dengan lQ :20-39.
4. Tunagrahita sangat berat (profound mental retardation)dengan lQ 20 kebawah.

Terapi
Tak satupun bentuk mikrosefali dapat diobati,1 pengobatan yang dilakukan yaitu simptomatik. Untuk kejang diberi antikonvulsan. Selanjutnya dilakukan fisioterapi, speech therapy dan sebagainya. 5

Prognosis
Bayi yang dilahirkan dengan mikrosefali biasanya tidak bisa hidup lama, beberapa langsung meninggal setelah lahir, 1 dan kebanyakan dari mereka yang masih bisa hidup mengalami retardasi mental dan kelainan motorik seperti hemiplegia, diplegia spastik.5 Mikrosefali biasanya disertai dengan kelainan-kelainan lain sebagai suatu sindrom. 

Pencegahan
Mikrosefali tidak dapat diobati, sehingga pencegahan sangat penting. Pencegahan meliputi bimbingan dan penyuluhan genetika, pencegahan bahaya infeksi terutama selama kehamilan, obat-obatan.
Microcephalus sekunder dapat dihindari dengan vaksinasi yang tepat dan wanita hamil menghindari obat-obatan dan alkohol.


BAB III
KESIMPULAN


1.                  Mikrosefali adalah cacat pertumbuhan otak secara menyeluruh akibat abnormalitas perkembangan dan proses destraksi otak selama masa janin dan awal masa bayi. Ukuran kepala lebih dari 3 standar deviasi di bawah rata-rata.
2.                  Etiologi mikrosefali yaitu cacat perkembangan otak, infeksi intrauteri, anoxia intrauterin atau neonatal, malnutrisi berat pada awal masa bayi, infeksi virus herpes neonatal.
3.                  Patologi didapatkan mikrogiria, pakigiria, porensefali, atrofi serebri. Biasanya ditemukan premature closure, corak giras-giras kortikalnya. Abnormal. Arsitektur kortek menunjukkan sel-sel yang besar dan didominasi oleh sel-sel primitif. Sistem ventrikel biasanya membesar, serta biasanya dibarengi olehporensefalus, lissencefalus, tidak adanya corpus collosum serta heterotropia.
4.                  Diagnosis berdasarkan manifestasi klinis dan radiologis. Manifestasi klinis kepala lebih kecil dari normal, premature closure. Ubun-ubun besar terbuka dan kecil, retardasi mental, hemiplegia, diplegia, terlambat bicara dan kejang.
5.                  Diagnosis bandingnya yaitu kraniosinostosis.
6.                  Terapi.
Terapi bersifat simptomatik yaitu antikonvulsan, fisio terapi, speech terapi.
7.                  Prognosa.
Ada yang langsung meninggal, sedangkan yang hidup biasanya mengalami retardasi mental, kelainan motorik dan kelainan-kelainan sebagai suatu sindrom.
8.                  Pencegahan sangat penting.
Meliputi bimbingan dan penyuluhan genetika, mencegah penyakit infeksi selama kehamilan, obat-obatan dan radiasi.

DAFTAR PUSTAKA


1.                  Satyanagara; Cacat Otak Bawaan Dalam Ilmu Bedah Syaraf, ed III, Jakarta, 1998, Gramedia Pustaka Utama, 253-270.
2.                  HaslamR.A.H; Congenital Anomalies of Central Nervous System dalam Nelson, W.E; Behrman, R.E; Kligman, R.M; Arvin, A.M (eds) : Nelson Textbook of Pediatric 15th edition, Philadelphia, 1996, WB Saunders Company, 1680-1683.
3.                  Mardjono, M dan Sidharta, P; Pokok-Pokok Dari Mekanisme Penyakit Saraf Herediter; Dalam Neurologi Klinis Dasar ed VII, Jakarta, 1998, Dian Rakyat, 390-400.
4.                  Anonim : Smith-Lemli-Opitz Syndroma, http://www.Rosckstrom @ JMR. PP. SE.
5.                  Hasan, R dan Alatas, H (ed); Neurologi Dalam Ilmu Kesehatan Anak, Buku Jilid II, Jakarta, 1991, Infomedia, 847-884.
6.                  Tjahjadi, G; Susunan Saraf Dalam Himawan, S (ed) Dalam Kumpulan Kuliah Patologi ed I, Jakarta, 1992, Bina Rupa Aksara, 388-420.
7.                  Delong G, R dan Adams R, D; Development And Congenital Abnormalitas of The Nervous System Dalam Isselbacher, K. J; et al (eds) : Harrison’s Principle of Internal Medicine II, eleventh, edition, USA, 1989, Donnelley And Sons.
8.                  Romero, J; Obstetrical Ultrasound ed I, New York, 1986, Mc Graw International, 107-III.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar