Rabu, 17 Desember 2014

Kelompok 13 (Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas)

BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin.
Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas  dini, dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan (Saifuddin, 2008). 
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau penyulit
Cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2009 adalah 71,54%, sementara target cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2015 adalah 90%. Berdasarkan data dari profil kesehatan tahun 2009 cakupan kunjungan masa nifas di Jawa Tengah yaitu 73, 38%.

B.      Tujuan
Tujuan umum
Agar mahasiswi mengetahui apa saja yang termasuk dalam deteksi dini komplikasi masa nifas.
Tujuan khusus
1.      Mahasiswi dapat mengetahui apa itu perdarahan post partum.
2.      Mahasiswi dapat mengetahui apa saja yang termasuk kedalam infeksi masa nifas.
3.      Mahasiswi dapat mengetahui hasil penelitian tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi nifas.
BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Masa Nifas
 Masa nifas merupakan masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 – 8 minggu atau dalam agama islam disebut 40 hari.(mochtar R, 1998 )
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. (Pusdiknakes, 2003:003).
                    Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
                    Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).
Adapun kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1.         Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2.         Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3.         Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4.         Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.



DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS 2 JAM PERTAMA

Asuhan yang diberikan pada 2 jam pertama masa nifas yaitu :
-          Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus uteri, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekusensi  observasi dan penilaian kondisi ibu.
-          Masase uterus untuk membuat kontaraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekusensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
-          Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam dua jam pertama pascapersalinan. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
-          Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala empat.
-          Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus menjadi lembek.
-          Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik. Bagian kepala tertutup baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
-          Lakukan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.

B. DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS 6 JAM MASA NIFAS
Asuhan yang diberikan pada 6 jam masa nifas yaitu :
-          Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
-          Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
-          Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
-          Pemberian ASI awal
-          Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
-          Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
-          Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

C. DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS 6 HARI MASA NIFAS
Asuhan yang diberikan pada 6 hari masa nifas yaitu :
-          Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
-          Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
-          Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
-          Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
-          Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
-          Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

D. DETEKSI DINI KOMPLIKASI MASA NIFAS 6 MINGGU MASA NIFAS
Asuhan yang diberikan pada 6 minggu masa nifas yaitu :
-          Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
-          Memberikan konseling KB secara dini.


DETEKSI DINI KOMPLIKASI PADA MASA NIFAS DAN PENANGANANNYA
A.       Perdarahan Pervaginam postpartum
1.         Pengertian
Perdarahan pervaginam yang 500 ml atau lebih setelah anak lahir atau setelah kala 3. Perdarahan ini terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama. Kalau terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah menurun, dan denyut nadi ibu menjadi cepat. Namun terdapat beberapa masalah mengenai defenisi ini :
a)                  Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.
b)                  Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
c)                  Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.

2.         Klasifikasi Perdarahan Postpartum
Perdarahan pasca persalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan primer dan sekunder
a)                  Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage atau perdarahan pascapersalinan segera)
Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b)                  Perdarahan pascapersalinan sekunder (late Postpartum Haemorrhage atau perdarahan masa nifas atau perdarahan pascapersalinan lambat) Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pascapersalinansekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
3.         Jenis-Jenis Perdarahan Postpartum          
a)                  Atonia Uteri
Atonia uteri adalah uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri.

·                     Penyebab atonia uteri :
1)                                         Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2)                                         Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3)                                          Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4)                                         Partus lama / partus terlantar
5)                                          Malnutrisi.
6)                                          Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
·                     Gejala Klinis Atonia Uteri :
1)                                Uterus tidak berkontraksi dan lunak
2)                                Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir
3)                                Fundus uteri naik  
4)                                Terdapat tanda-tanda syok
 a. Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
 b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
  c. Pucat
  d. Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
  e. Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
  f. Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
  g. Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)    

Perdarahan Post Partum
1. Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama yang kemungkinannya sangat tinggi.
2. Terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan bertambah naik.
Involusi
TFU
Berat Uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Uri Lahir
2 jari bawah pusat
750 gram
1 minggu
½ pusat sympisis
500 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
8 minggu
Sebesar normal
30 gram

·                     Pecegahan Perdarahan Postpartum
                    Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum adalah memimpin kala II dan kala III persalinan sesuai dengan prosedur dan tidak terburu-buru.
·                     Tindakan Segera    
1.                            Memaantau keadaan ibu dan tanda- tanda vital ibu untuk mencegah terjadinya tanda dan gejala syok
2.                            Melakukan masase fundus uteri dan merangsang puting susu
Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara IM,IV,atau SC
3.                            Memberikan drivat prostaglandin F2a ( carboprost tromethamine) yang kadang memberikan efek samping berupa diare, hipertensi, mual muntah, febris, dan taki kardia. Pemberian misoprostol 800-1000ug per rectal
4.                            Melakukan kompresi bimanual internal
           KBI
     Gambar 1.1 Kompresi Bimanual Interna


5.                            Mengajarkan keluraga cara Kompresi bimanual eksternal
Kompresi aorta abdominalis
            kbe
        Gambar 1.2 Kompresi Bimanual Eksterna
6.                            Memasang infuse RL untuk mencegah dehidrasi pada ibu akibat perdarahan yang di alami
7.                             Jika perdarahan tidak berhenti segera rujuk pasien ke fasilitas yang lebih memadai untuk menghidari terjadinya komplikasi yang lebih berat yang akan berujung pada kematian, disertai inform consent.




·                     Skema Penatalaksanaan Atonia Uteri
hk
             Gambar 1.3 Skema Penatalaksanaan Atonia Uteri

b)                  Retensio Plasenta
            Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi.


·                     Jenis-jenis Retensio Plasenta
1.                  Plasenta Adhesiva
Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2.                  Plasenta Akreta
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasetita hingga memasuki sebagian lapisan miornetrium.
3.                   Plasenta Inkreta
Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki miornetnum.
4.                   Plasenta Perlireta
Plasenta perlireta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5.                   Plaserita Inkarserata
Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri disebabkan oleh kontriksi osteuni uteri.

·                     Penanganan Retensio Plasenta
1.                  Resusitasi
Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
2.                  Drip oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi.Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.
3.                  Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.



·                     Skema Penatalaksanaan Retensio Plasenta
Untitled-6
Gambar 1.4 Skema penatalaksanaan Retensio Plasenta

c)                  Laserasi atau Robekan jalan lahir
            Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.
Luka perinium, dibagi atas 4 tingkatan :
(1)                              Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum
(2)                              Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani
(3)                              Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
(4)                              Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rectum

    kk
Gambar 1.5 Derajat Laserasi Jalan lahir


d)                 Sisa Plasenta dan Selaput Ketuban
            Suatu bagian dari plasenta,satu atau lebih lobus tertinggal di dalam uterus
·                     Penyebab
a. his yang kurang baik
               b. Tindakan pelepasan plasenta yang salah
c. Plasenta akreta
·                     Prinsip Dasar
Sisa plasenta yang masih banyak tertinggal dalam rongga rahim dapat menimbulkan perdarahan post partum dini atau perdarahan post partum lambat (biasanya terjadi 6-10 hari). Pada perdarahan post partum dini akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik.gejala pada post partum lambat yaitu perdarahan yang berulang ulang atau berlangsung terus.

·                     Penanganan Sisa plasenta
a. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dg kuretase.Kuretase harus dilakukan secara hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan kuretase pada abortus.
b.  Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta dilanjutkan dg pemberian obat uterustonika melalui suntikan atau per oral
c. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.

Apabila diagnosa sisa plasenta ditegakkan maka bidan boleh melakukan pengeluaran sisa plasenta secara manual atau digital, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

                    manual plasenta 1
                                            Gambar 1.6 Manual Sisa Plasenta
1. Perbaikan keadaan umum ibu (pasang infus)
2. Kosongkan kandung kemih
3.Memakai sarung tangan steril
4.Desinfeksi genetalia eksternA
5.Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna,tangan kanan dimasukkan secara obstetri sampai servik
6.Lakukan eksplorasi di dalam cavum uteri untuk mengeluarkan sisa plasenta
7.Lakukan pengeluaran plasenta secara digital
8.Setelah plasenta keluar semua diberikan injeksi uterus tonika
9.Berikan antibiotik utk mencegah infeksi
10.Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan
·                              Sikap Bidan
                 Bidan hanya diberi kesempatan utk melakukan pelepasan sisa plasenta dengan manual atau digital dala m keadaan darurat dengan indikasi perdarahan.Bila dengan cara tersebut tidak bisa teratasi,pasien segera dirujuk.
·                              Hal-hal Yang dilakukan Bila Penanganan Digital
        Jika perdarahan masih segera dilakukan utero vagina tamponade   selama 24 jam,diikuti pemberian uterus tonika dan antibiotika selama 3 hari berturut-turut dan pada hari ke 4 baru dilakukan kuretase utk membersihkannya.
                 Keluarkan sisa plasenta dg cunam ovum atau kuret besar. Jaringan yg melekat dg kuat mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha utk melepaskan plasenta terlalu kuat melekatnya dapat mengakibatkan perdarahan hebat atau perforasi uterus yang biasanya membutuhkan tindakan histerektomi.
e)                  Inversio Uteri
            Inversion uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atauseluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.
·                     Pembagian inversio uteri :
1.                  Inversio uteri ringan
            Fundus uteri terbalik menunjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari rongga rahim.
2.                  Inversio uteri sedang
            Fundus uteri terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina
3.                  Inversio uteri berat
            Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudag keluar vagina
Untitled-8
Gambar 1.7 Pembangian Inversio Uteri
·                     Penyebab inversion uteri :
1.                  Spontan
a.                   Grande kultipara
b.                  Atonia uteri
c.                   Kelemahan alat kandungan
d.                  Tekanan intra abdominal (mengejan)
2.                  Tindakan
a.                   Cara crade yang berlebihan
b.                  Tarikan tali pusat
c.                   Manual plasenta yang dipaksakan
d.                  Perlekatan plasenta pada dinding rahim





·                     Penanganan inversio uteri
1.                  Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorongrahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
2.                  Bila telah terjadi maka terapinya : ± Bila ada perdarahan atau syok, berikan infus dan transfusi darah serta perbaikikeadaan umum. ± Segera itu segera lakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa. ± Bila tidak berhasil maka lakukan tindakan operatif secara per abdominal(operasi Haultein) atau per vaginam(operasi menurut Spinelli). ± Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakukan reposisi ringan yaitudengan tamponade vaginal lalu berikan antibiotik untuk mencegah infeksi

B.        Infeksi di Masa Nifas
         Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, kenaikan suhu sampai 380 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama. Gejala infeksi nifas tergantung pada bagian tubuh yang diserang. Pada minggu-minggu pertama, gejala yang terjadi akibat perluasan infeksi biasanya belum terlihat. Setelah infeksi berkembang lebih lanjut, barulah gejala berikut mulai terlihat. Bila infeksi terjadi pada daerah antar lubang vagina dan anus, bagian luar alat kelamin, vagina atau mulut rahim, biasanya timbul gejala, yakni :
1.         Rasa nyeri dan panas pada te mpat yang terinfeksi.
2.         Kadang-kadang rasa perih muncul ketika buang air kecil.
3.         Sering juga disertai demam. 
4.          Bila terjadi infeksi pada selaput lendir rahim, gejalanya bisa dikenali dari cairan yang keluar setelah melahirkan.Cairan ini seringkali tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta atau selaput ketuban. Padahal ini mengakibatkan gejala berikut :
1)         Suhu tubuh meningkat.
2)         Rahim membesar disertai rasa nyeri.

        Bila infeksi menyebar melalui pembuluh darah balik ke berbagai organ tubuh, seperti paru-paru, ginjal, otak atau jantung akan mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat tersebut.Bila infeksi menyebar melalui pembuluh getah bening dalam rahim, dapat langsung menuju selaput perut atau kadang melalui permukaan selaput lendir rahim menuju saluran telur serta indung telur. Gejala yang timbul berupa :
*         Rasa sakit
*         Denyut nadi meningkat
*          Suhu tubuh meningkat disertai menggigil
        Jika infeksi terjadi, ibu mengalami gejala demam tinggi dan darah nifas berbau busuk. Selain itu rahim bisa menjadi lembek dan tak berkontraksi sehingga bisa terjadi perdarahan. Meski infeksi ini jarang berakibat fatal, tapi bila terjadi bisa menyebabkan kematian.
        Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinary, payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari temperature atau suhu pembengkakan takikardi dan malaise.
        Sedangkan gejala local dapat berupa uterus lembek, kemerahan, dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. Infeksi alat genital. Ibu beresiko terjadinya infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk episotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks, infeksi post SC kemungkinan yang terjadi.

1.         Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
a.                                 Infeksi local
b.                                 Pembengkakan luka episiotomy
c.                                 Terjadi nanah
d.                                Perubahan warna lokal
e.                                 Pengeluaran lochea bercampur nanah
f.                                  Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri
g.                                 Suhu badan meningkat

2.         Infeksi general :
a.                                 Tampak sakit dan lemah
b.                                 Suhu meningkat diatas 380 C
c.                                 TD meningkat / menurun
d.                                Pernafasan dapat meningkat / menurun
e.                                 Kesadaran gelisah / koma
f.                                  Terjadi gangguan involusi uterus
g.                                 Lochea berbau, bernanah serta kotor


3.                                 Etiologi
Organisme pada bekas implantasi plasenta/laserasi akibat persalinan adalah:
a.                                 Kuman anaerob: kokus gram positif (peptostreptokok, peptokok,bakteriodes,dan clostridium)
b.                                 Kuman aerob: gram positif dan E.coli

4.         Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah :
a.                                 Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
b.                                 Teknik aseptic yang tidak baik dan benar
c.                                 Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah
d.                                Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam
e.                                 Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.
f.                                  Manipulasi intrauterus
g.                                  Hematom/hemoragi(darah hilang lebih dari 1000ml)
h.                                  Perawatan perineum yang tidak tepat
i.                                    Keadaan yang dapat menurunkan kekebalan tubuh
j.                                    Infeksi vagina/serviks/penyakit menular seksual yang tidak ditangani
k.                                 Trauma/luka terbuka

Selain itu, Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:
1.         Manipulasi penolong : terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang steril.
2.         Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial)
3.         Hubungan seks menjelang persalinan
4.         Sudah terdapat infeksi intrapartum : persalinan lama / terlantar, ketuban pecah dini lebih dari 6 jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (local infeksi)
5.         Keadaan abnormal pada rahim
Beberapa keadaan abnormal pada rahim adalah :
a.          Sub involusi uteri
Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan rahim terhambat. Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri.
b.         Perdarahan pada masa nifas sekunder
Adalah perdarahan yang terjadi pada 24 jam pertama. Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium dan terdapat sisa plasenta dan selaputnya.
c.          Flegmansia alba dolens
Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliniknya adalah :
1)         Terjadinya pembengkakan pada tungkai
2)         Berwarna putih
3)         Terasa sangat nyeri
4)         Tampak bendungan pembuluh darah
5)         Temperature badan dapat menigkat

MACAM MACAM INFEKSI MASA NIFAS
a.         Infeksi perineum, vulva, vagina, dan serviks
Nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang kadang perih bila kencing. Bila getah radang bias keluar, biasanya keadaannya tidak berat , suhu 38 derajat Celsius dan nadi dibawah 100x permenit. Bila luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40 derajat Celsius disertai menggigil.
b.         Endometritis
Radang selaput lendir rahim atau endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi.
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.

Endometritis dibagi menjadi 3 macam:
o   Endometritis postpartum
Peradangan yang terjadi setelah melahirkan.
o   Endometritis sinsitial
Peradangan pada dinding rahim akibati tumor jinak yang disertai sel intisial dan trofoblas yang banyak.
o   Endometritis tuberkulosa
Peradangan pada endometrium dan tuberculosa.

Patofisiologi
Kuman-kuman memasuki endometritis, biasanya pada luka insersio plasenta dan dalam waktu singkat mengikuti seluruh endometrium, infeksi dengan kuman yang tidak beberapa potogen radang terbatas pada endometrium. Jaringan desi dua bersama-sama dengan bekuan dari menjadi nekrolis dan mengeluarkan getah berbau dan terdiri atas keeping-keping nekrolis serta cairan. Infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran, penyebaran melalui pembuluh darah, septikemia dan piemia.

Penyebab :
Infeksi umumnya disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat patogen.
-         Streptoeoceus baemolyticus golongan A – D sangat berbahaya 50 %.
-         Dari semua kematian karena nifas.
-         Septikomia kuman-kuman dan sarangnya di uterus langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain antara lain : paru-pari, ginjal, jantung, dll, dan menyebabkab terjadi abses.

PREDISPOSISI
1 .  Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantaTindakan operasi persalinan
2 .  Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah
3 .  Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam
4 . Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.
5 .  Paritas
6 .  Umur
7 .  Gizi
8 .  Faktor kekebalan dalam AS
9 .  Pekerjaan di luar rumah.
10 . Trauma
11 .   Aborsi
12 .   Kelahiran kembar
13 .   Kerusakan jalan lahir
14 .  Kelanjutan retensio plasenta yang mengakibatkan involusi pasca persalinan menjadi menurun
15.   Adanya korpus luteun persisten.
16.Persalinan Pervaginam
Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominan/sc, maka timbulnya endometritis pada tersalinan pervaginam relatif jarang.Bila persalinan pervaginam disertai penyulit yaitu pada ketuban pecah prematur yang lama, partus yang lama dan pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian endometritis akan meningkat sampai mendekati 6%. Bila terjadi korioamniotis intrapartum, maka kejadian endometritis akan lebih tinggi yaitu mencapai 13%.
17.Persalinan SC
SC merupakan faktor predisposisi utama timbulnya endometritis dan erat kaitannya dengan status sosial ekonomi penderita. Faktor resiko penting untuk timbulnya infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang dan pemakaian alat monitoring janin internal. Karena adanya faktor resiko tersebut america college of obsetricians andgynekologists menganjurkan pemberian antibiotika profilaksis pada tindakan secsio caesarea.
18.  Bakteriologi
Meskipun pada serviks umumnya terdapat bakteri, kavum uteri biasanya steril sebelum selaput ketuban pecah. Sebagai akibat proses persalinan dan manipulasi yang dilakukan selama proses persalinan tersebut, cairan ketuban  dam mungkin uterus akan terkontaminasi oleh bakteri aerob dan anaerob.
Tanda-tanda / Gejala
-         Kadang-kadang lochea tertahan oleh darah sisa plasenta dan selaput ketuban
-           Uterus pada endometritis agak besar dan nyeri pada perabaan dan lunak
-           Endometritis tidak meluas pada hari pertama agak nyeri dan kurang sehat.
-           Hari ketiga suhu menaik
-           Nadi cepat

C.       Peritonitis
         Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
        Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.
        Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
        Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limpe di dalam uterus langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau melalui jaringan diantara kedua ligamentum latum dan menyebabkan parametritis (Sellulisis Pelvika).
        Peritonitis mungkin terbatas pada rongga pelvis saja (pelvio peritonilis). Peritonilis umum merupakan komplikasi yang berbahaya dan merupakan sepertiga/33% dari sebab kematian infeksi.

Patofisiologis :
Infeksi jaringan ikat pelvis dalap terjadi melalui tiga jalan, yakni :
1.      Penyebaran melalui limpe dari luka serviks yang terinfeksi atau endometritis.
2.      Penyebaran langsung dari luka serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum.
3.      Penyebaran sekunder dari tromboflebilis pelvik, proses ini dapat tinggal terbatas pada dasar ligamentum latum/menyebar ekstraperitoneal ke semua jurusan.
Penyebaran Melalui Permukaan Endometrium

D.        Salpingitis
        Salpingitis adalah infeksi dan peradangan di saluran tuba. Hal ini sering digunakan secara sinonim dengan penyakit radang panggul (PID), meskipun PID tidak memiliki definisi yang akurat dan dapat merujuk pada beberapa penyakit pada saluran kelamin bagian atas perempuan, seperti endometritis, ooforitis, myometritis, parametritis dan infeksi pada panggul peritoneum. Sebaliknya, salpingitis hanya merujuk infeksi dan peradangan di saluran tuba.
        Ketika peradangan terjadi, ekstra cairan sekresi atau nanah terkumpul di dalam tabung tuba. Infeksi dari salah satu tabung tuba biasanya menyebabkan infeksi lain. Hal ini terjadi karena bakteri bermigrasi melalui pembuluh getah bening di dekatnya.
        Salpingitis adalah salah satu penyebab paling umum infertilitas wanita. Jika salpingitis tidak segera diobati, infeksi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada tuba falopi sehingga telur dilepaskan setiap siklus mestruasi tidak bisa bertemu dengan sperma.

INSIDEN SALPINGITIS
        Di Amerika dari tahun 1995-2001, terdapat sekitar 769.859 kasus salpingitis setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut 91% yang di diagnosa dengan rata – rata 25.235 ( 4 dari 1000 wanita usia 15 – 44 tahun ).
        Organisasi Kesehatan Dunia telah menerbitkan data tentang jumlah kasus tentang gonore dan klamidia di seluruh dunia tahun 1995. Pada tahun itu, sekitar 31 juta kasus infeksi Gonore dan 22,5 juta kasus infeksi Chlamydia, merupakan organisme penyebab utama salpingitis dan terjadi pada wanita di seluruh dunia. Secara geografis, sebagian besar kasus ini berada di negara berkembang. Prevalensi tertinggi berada di sub-Sahara Afrika dan Asia Tenggara, dengan terendah di Asia Timur dan Pasifik. Selain itu, komplikasi penyakit menular seksual, termasuk salpingitis, lebih umum di negara-negara dengan sumber daya yang lebih miskin.

EPIDEMIOLOGI
        Lebih dari satu juta kasus salpingitis dilaporkan setiap tahunnya di AS, namun jumlah insiden ini diperkirakan jauh lebih besar, ini disebabkan ketidak tahuan penderita dan bahkan banyak kasus dilaporkan ketika penyakit telah kronis. Pada wanita usia 16-25 tahun, salpingitis adalah infeksi yang paling berbahaya. Salpingitis mempengaruhi sekitar 11% dari perempuan pada usia subur.
        Salpingitis banyak di temukan pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Namun hal ini dianggap sebagai efek dari riwayat seks sebelumnya, gonta – ganti pasangan dan kurangnya pengetahuan kesehatan yang baik merupakan faktor resiko independen untuk salpingitis. Sebagai akibat peningkatan resiko akibat berganti – ganti pasangan, maka prevalensi tertinggi salpingitis adalah remaja (15-24 tahun).
Kurangnya kesadaran dini dan kurangnya kemauan untuk menggunakan alat kontrasepsi umumnya juga menjadi faktor meningkatnya salpingitis.

ETIOLOGI
        Salpingitis merupakan sinonim dari penyakit radang panggul (PID). PID terjadi karena infeksi polimikrobakterial pada sistem genitalia wanita ( uterus, tuba fallopi dan ovarium ) yang menyebabkan peningkatan infeksi pada daerah vagina atau servikx.
        Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).
Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:
·            Aktinomikosis (infeksi bakteri)
·            Skistosomiasis (infeksi parasit)
·            Tuberkulosis.
·            Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.(medicastore)
·            Beberapa bakteri yang paling umum bertanggung jawab untuk salpingitis meliputi:
·            Klamidia
·            Gonococcus (yang menyebabkan gonore)
·            Mycoplasma
·            Staphylococcus
·            Streptococcus.

Tingkat perlukaan pada perineum dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu :
Tingkat 1 ; bila perlukaan hanya terbatas pada mukosa vagina/ kulit perineum. bila hanya ada luka lecet, tidak diperlukan penjahitan. Pada perlukaan
 Tingkat 2 : perlukaan lebih panjang sampai otot, difragma,diafragma urogenital. hendaknya luka dijahit kembali secara cermat. Jahitan hendaknya jangan terlalu ketat, sebab beberapa jam kemudian di tempat perlukaan akan timbul edema. Penanganan perlukaan perineum
 Tingkat 3 : perlukaan sampai muskulus sfingter ani (otot anus). memerlukan teknis penjahitan khusus. Pertama tama dilakukan penjahitan otot sfingter ani, setelah itu dilakukan penjahitan seperti perlukaan tingkat 2.
      Luka pada perineum serta alat-alat reproduksi lainnya akan berangsur-angsur sembuh dalam 6 minggu setelah persalinan. Pada daerah perineum akan sedikit meninggalkan parut bekas luka robekan atau penjahitan.
        infeksi pada robekan perineum kerap terjadi apabila luka terbuka dibiarkan dan menjadi ulkus yang disertai dengan pus(nanah) atau karena keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik Pada infeksi bekas sayatan episiotomy atau luka perineum, jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, serta luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus ( asuhan kebidanan pada masa nifas,2009) infeksi ini dapat menjalar ke atas menjadi servitis, endoservitis, endometritis, parametritis dan abses (Buku ajar Patologi Obstetri untuk mahasiswa kebidanan,2009). Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu nifas mengingat kondisi fisik ibu nifas masih lemah (Suwiyoga, 2004).

Penyebab :
- Karena bekas sayatan epistiotomi sehingga jahitan mudah lepas atau karena ruptur luka terbuka dan menjadi ulkus yang disertai dengan pus.
- Keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik.
Tanda dan Gejala :
- Gejala yang selalu ada :
 1. Demam
 2. Nyeri tekanan pada perut bagian bawah
 3. Gatal-gatal
 - Gejala yang kadang ada yaitu :
1. Nyeri lepas
 2. Perut kembung
 3. Merah dibagian perineum
4. Mual muntah
5. Syok

Penanganan :
- Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan bersihkan luka tersebut
 - Angkat kulit yang nekrotin dan jahitan subkutikuler tetapi jangan angkat jahitan fasia
 - Jika terdapat abses tanpa selulitis, tidak perlu diberikan antibiotika. Kompres luka Minta pasien mengganti kompres sendiri, ganti pembalut, baju juga personal hygiene.

E. Salpingitis Ooforitis
-         Kadang-kadang jaringan infeksi menjalar ketuba fallopii dan ovarium disini terjadi salpingitis dan/ abfritis yang sukar dipisahkan dari polvio peritonitis

Gambar Klinis
-         Infeksi pada perineum, pulva, vagina dan serviks.



Gejala :
        Rasa nyeri
-         Panas pada daerah infeksi
-         Kadang-kadang perih pada saat keneing
-           Bila getah radang bisa keluar suhu 38 0 C , nadi 100 x 1
-           Bila getah radang tidak keluar suhu 738 0C  –  40 0 C dan menggigil.

F.         Septicemia dan Piemia
Tanda gejala
-         Terjadi mendadak dari plemia
-         Penderita mudah sakit dan lemah
-         Hari ke 3 pasien suhu menaik 39-400 C
Pencegahan
-         Selama kehamilan
Oleh karena onomia merupakan presdisposisi untuk infeksi nifas harus diusahakan perbaikan gizi merupakan faktor paling karenanya, diet yang harus diperhatikan.
selama persalinan
-         Usaha pencegahan membatasi masuk kuman-kuman dalam jalan lahir.
-         Selesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin mencegah terjadi pendarahan banyak.
-         Petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dengan masker.
-         Penderita dengan infeksi pernapasan tidak boleh masuk kamar bersalin.
-         Alat-alat dalam kamar bersalin suci dari hama.
-         Jika terjadi SC dengan pendarahan maka harus disiapkan transfuse.

Selama Nifas
Jika terdapat luka pada beberapa tempat jalan rahir pada hari pertama PP, harus dijaga agar luka tidak masuki kuman dari luar. Oleh sebab itu alat-alat dan kain yang berhubungan dengan genetaria harus suci dari hama.

Pengobatan :
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi nifas. Sebelum terapi dimulai dilakukan pembiakan gemu vagina serta serviks, jika perlu juga dari darah dan kemudian dilakukan tes kepekaan menahankan terhadap antibiotic.

G.       Tromboflebitis.
Perluasan infeksi nifas ialah perluasan/invasi mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah di sepanjang pena dan cabang-cabang sehingga terjadi tromboflebitis.

Klasifikasi/Pengelompokan :
 1.  Pelviotromboflebitis
Mengenai vena dan dinding uretus dan ligamentum yaitu vena ovarika, vena eterina dan vena hipogastrika dan paling sering vena ovarika destra karena infeksi terjadi pada tempat implantusi plasenta.
2.  Tromboflebilis Femoralis
Tromboflebilis Femoralis mengenai vena pada tungkai, misalnya vena fomoralis, vena poplitea dan vena safena.

Patofisiologis
Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan/perut bagian samping timbul pada hari ke 2 – 3 masa nifas dengan atau tanpa panas.

Tanda dan gejala
Ø  Penderita tampak sakit berat dengan mengeluh :
Ø  Mengigil berulang kali.
Ø  Suhu badan meningkat secara tajam 36 0C menjadi 40 0C.  
Ø  Penyakit dapat berlangsung selama 1 – 3 bulan.
Ø  Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-mana, terutama ke ;paru-paru.

Gambaran Darah
ü  Terdapat leukositasis, meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia.  Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum dimulainya mengigil.
ü  Pada periksa dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena ialah vena ovarika.



Komplikasi
a.)         Komplikasi pada paru-paru infark, abses, pneumonia. 
b.)         Komplikai pada ginjal sinistra, nyeri mendadak yang diikuti dengan proteinuria
dan hematuria.
c.)        Komplikasi pada persalinan, mata dan jaringan subkutun

Penanganan
1.   Rawat Inap
Penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli pulmonum.
2.   Terapi Medik
Pemberian antibiotika (lihat antibiotika, kombinasi dan alternatif, seperti yang tercantum dalam penatalaksaan korioam nionitis) heparin jika terdapat tanda-tanda-tanda atau dugaan emboli pulmonum.
3.   Terapi Operatif
Pengikatan vena kaya inferior dan vena ovarika jika emboi septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru, meskipun sedang dilakukan heparinisasi
H.       Selulitis pelvic
        Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalm nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri dikiri dan kanan dan nyeri pada pemeriksaan dalam, hal ini dapat dicurigai terhadap kemingkinan sellulitis pelvic. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas keberbagai jurusan. Ditengah tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses.   

P encegah Infeksi Selama Nifas
Masa kehamilan
1)         Mengurangi atau mencegah factor-faktor predisposisi
2)         pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu
3)         koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati


selama persalinan
1)         hindari partus lama dan ketuban pecah lama
2)         menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin
3)         perlukaan jalan lahir dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas
4)         mencegah terjadinya perdarahan banyak
5)         semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dengan masker
6)         yang menderita infeksi pernafasan tidak boleh masuk kamar bersalin
7)         alat-alat dan kain-kain yang dipakai harus dicuci dengan steril dan bersih
8)         hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang

selama nifas
1) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
2) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
3) Pengunjung dari luar sebaiknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.

Komplikasi lain yang harus diwaspadai adalah :
1)         Sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan kabur
2)         Pembengkakan diwajah/ ekstremitas
3)         Demam,muntah,rasa sakit waktu berkemih
4)         Payudara yang berunah menjadi merah, panas,dan atau terasa sakit
5)         Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
6)         Rasa sakit, merah, lunak, atau pembengkakan dikaki
7)         Merasa sedih atau tidak mampu mengasuk bayinya sendiri

Infeksi Luka Perineal dan Luka Abdominal
Penyebab
1. Keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik.
-         Pengeluaran cairah kemerahan yang tidak ada/sedikit.
-         Odema meluas melalui dari tempat insisi dan melembarkan.
-         Bila terdapat pus dan cairan pada luka, buka dan lakukan pengeluaran.
-         Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan dilakukan debrideman.
-         Bila infeksi sedikit  tidak perlu antibiotik

BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
1. Nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
2. Komplikasi dini pada masa nifas banyak sekali diantaranya perdarahan post partum dan infeksi pada masa nifas. oleh karena itu, harus segera ditangani guna mencegah komplikasi lebih lanjut
.

SARAN
Mahasiswa
Semoga makalah ini bisa membuat pembaca lebih banyak mengerti tentang Deteksi dini komplikasi pada masa nifas
• Bidan
Sebagai seorang bidan, kita harus melakukan kunjungan pada masa nifas karena pada masa ini terjadi banyak sekali komplikasi dan penyulit yang harus di deteksi secara dini.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar