Selasa, 02 Desember 2014

KELOMPOK 8 (Cidera Lahir, Cephal Hematoma)



BAB I
PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG
Kelahiranseorangbayimerupakansaat yang membahagiakan orang tua, terutamabayi yang lahirsehat.Bayi yang nantinyatumbuhmenjadianakdewasamelalui proses yang panjang, dengantidakmengesampingkanfaktorlingkungankeluarga. Terpenuhinyakebutuhandasaranak (asah-asih-asuh) olehkeluargaakanmemberikanlingkungan yang terbaikbagianak, sehinggatumbuhkembanganakmenjadiseoptimalmungkin. Tetapitidaksemuabayilahirdalamkeadaansehat.Beberapabayilahirdengangangguanpadamasa prenatal, natal danpascanatal.Keadaaniniakanmemberikanpengaruhbagitumbuhkembanganakselanjutnya.
Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Dalamkehamilan yang tidakadagangguan, diharapkankelahiranbayi yang normal melalui proses persalinan yang normal, dimanabayidilahirkancukupbulan, pengeluarandengantenagamengejanibudankontraksikandungrahimtanpamengalamiasfiksia yang beratataupun trauma lahir.
Padasaatpersalinan, perlukaanatau trauma kelahirankadang-kadangtidakdapatdihindarkandanlebihseringditemukanpadapersalinan yang tergangguolehsalahsatusebab.Penangananpersalinansecarasempurnadapatmengurangifrekuensiperistiwatersebut.
Kelainanpadaibudanbayidapatterjadi di beberapasaatsesudahpersalinanbahkanpersalinan normal sekalipun.Padaumumnyakelahiranbayi normal cukupbulanmerupakantanggungjawabpenuhseorangbidanterhadapkeselamatannyadanjugapadaibupadapersalinan normal.Saat ini angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di Asia Tenggara.
Chefalhematum biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama persalianan dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Cepalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Insidennya adalah 2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di satu atau kedua tulang parietal. Tepi periosteum membedakan cefalhematum dari caput sucsedeneum. Caput terdiri atas pembengkaakan local kulit kepala akibat edema yang terletak di atas periosteum. Selain itu, sefalhematum mungkin timbul beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.Terdapat juga faktor predisposisi yaitu seperti tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan, moulage terlalu keras dan  partus dengan tindakan seperti forcep maupun vacum ekstraksi. Caput terdiri atas pembengkaakan lokal kulit kepala akibat edema yang terletak di atas periosteum.


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apapengertiandarichefallohematoma?
2. Apa patofisiologi dari chefallo hematoma?
3. Apa etiologi dari chefallo hematoma?
4. Apa tanda dan gejala dari chefallo hematoma?
5.  Bagaimana penatalaksanaan dari chefallo hematoma?

C.  TUJUAN
1.   Untukmengetahuiapa yang dimaksuddenganchefallo hematoma
2.  Untuk mengetahui patofisiologi dari chefallo hematoma
3.   Untuk mengetahui etiologi dari chefallo hematoma
4.   Untuk mengetahui tanda dan gejala dari chefallo hematoma
5.   Untuk mengetahui penatalaksanaan dari chefallo hematoma

D.  MANFAAT
Manfaat  yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk memberikan gambaran tentang Cephalhematoma yang terjadi pada bayi dan balita
2.     Sebagai bahan masukan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman tentang Cephalhematoma




BAB II
PEMBAHASAN

2.1              DEFINISI CEPHALHEMATOMA

Cephal hematoma adalah pengumpulan darah di sub periosteal akibat ruptur pembuluh darah yang berada diantara tulang tengkorak dengan poriesteum. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang parietal, tetapi kadang-kadang dapat terjadi pada tulang oksipital. Hematoma sefal dapat ditemukan pada 0,5-2 % dari kelahiran hidup. Hematoma sefal dapat terjadi pada persalinan normal, tetapi lebih sering pada partus lama atau partus dengan menggunakkan forceps atau vacum.
Kelainaniniagak lama menghilang (1-3 bulan).Perdarahan yang terjadidapatmenimbulkan anemia danhipotensi. Namun hal ini jarang terjadi. Penyembuhan hematoma merupakan predisposisi terhadap terjadinya hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia terjadi akibat penghancuran sel darah merah pada hematoma. Hiperbilirubinemia karena hematoma sefal terjadi lebih lambat daripada hiperbilirubinemia fisiologi. Kadang-kadang hematoma sefal jarang disertai dengan fraktur tulang tengkorak dibawahnya (5-20% kasus) atau perdarahan intrakranial. Hematoma sefal jarang menjadi fokus infeksi yang menyebabkan meningitis atau osteomielitis. Resolusi hematoma sefal terjadi dalam beberapa minggu dan umumnya disertai klasifikasi. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diperlukan. Pemeriksaan radiologik kepala atau CT-scan kepala dilakukan bila terdapat kelainan neurologis atau jika terdapat fraktur tulang tengkorak.



2.2 ETIOLOGI CEPHAL HEMATOMA
 Hematoma dapat terjadi karena :
 a)   Persalinan lama

Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
 b)   Tarikan vakum atau cunam.

 Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
 c)   Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi


Gejala lanjut yang mungkin terjadi ialah anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang cephalematoma disertai pula dengan fraktur tulang tengkorak dibawahnya atau perdarahan intracranial. Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephalematoma tidak memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi.
2.3 KLASIFIKASI
Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu :
1.)    Subgaleal
Galea merupakan lapiasan aponeurotik yang melekat secara longgar pada sisi sebelah dalan periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu.
Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis darah.
Sedangkan untuk kadang-kadang  sukar didiagnosis, karena terdapat edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar. 90% terjadi akibat vacum yang dipasang pada kepala bayisaat proses kelahiran. Hematoma subgaleal memiliki kekerapan yang tinggi terhadap terjadinya trauma kepala (40%), seperti perdarahan intrakranial atau fraktur tulang tengkorak. Kejadian tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan beratnya perdarahan subgaleal.
            Diagnosis umumnya atas dasar klinik, yaitu adanya massa yang berfluktuasi pada kulit kepala (terutama pada daerah oksipital). Pembengkakan tersebut timbul secara bertahap dalam 12-72 jam setelah proses persalinan. Meskipun demikian, pada kasus yang berat dapat terjadi segera lahir. Hematoma tersebar melampaui seluruh kalvaria. Hematoma subgaleal timbulnya secara perlahan dan kadang-kadang tidak dapat dikenali dalam beberapa jam. Pasien dengan hematoma subgaleal dapat mengalami syok hemoragik. Pembengkakan dpat mengaburkan fontanel dan melewati garis sutura (berbeda dengan hematoma sefal). Harus dianstisipasi kemungkinan terjadinya hiperbilirunemia yang signifikan. Bila tidak disertai syok atau trauma intrakranial, prognosis jangka panjang umumnya baik.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan hematokrit. Penanganan meliputi observasi ketat untuk mendeteksi perburukan klinik dan terapi terhadap terjadinya syok dan anemia. Transfusi dan fototerapi mungkin diperlukan, pemeriksaan untuk mengetahui adanya gangguan pembekuan darah mungkin diperlukan.  
2.)  Subperiosteal
Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai. Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.
Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal.
Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.

2.4 TANDA dan GEJALA CEPHAL HEMATOMA
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:
a)  Adanya fluktuasi
b)  Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
c)  Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal, berupa benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun.
d)  Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum
e)   Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak melewati sutura).
f)   Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada tekanan dan berfluktuasi.
g)   Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
h)   Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas
i)    Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.

2.5 PATOFISIOLOGI CEPHAL HEMATOMA
Cephal hematoma tidak mnyebabkan daya ingatnya menurun.
Cephal hematoma dapat terjadi karena  4  hal yaitu :
a.    Pada partus lama (kala I lama, kala II lama), kelahiran janin dibantu dengan menggunakkan vacum ekstraksi atau forcep yang sangat sulit. Sehingga mollase berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan selpaut tengkorak rupture. Sehingga menyebabkan perdarahan subperiosteum dan terjadi penumpukan darah sehingga terjadi cephalhematoma.
b.    Pada kelahiran spontan (kepala bayi besar)  terjadi penekanan pada tulang panggul ibu. Sehingga mollase terlalu keras atau berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan selaput tengkorak rupture. Sehingga menyebabkan perdarahan subperiosteum dan terjadi penumpukan darah sehingga terjadi cephalhematoma. Karena adanya tekanan yang berlebihan, maka akan menyerap dan terabsorbsi keluar sehingg oedema.
c.    Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.
d.   Bagian kepala yang hematoma biasanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan sub periosteum.

2.6 KOMPLIKASI CEPHAL HEMATOMA
a)    Ikterus
b)   Anemia
c)    Infeksi
d)   Klasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun
Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial.

2.7 PENATALAKSANAAN
            Cephalhematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
1.                  Cegah infeksi. Tujuannya bila ada permukaan yang mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan bersih.
2.                  Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma. Tujuannya agar tidak terjadi perdarahan yang berlebihan.
3.                  Pemberian vitamin K. Tujuannya dilakukan pada setiap bayi baru lahir sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir atau mengurangi perdarahan.
4.                  Pemeriksaan radiologi. Tujuannya bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar  observasi ketat untuk mendeteksi perkembangan
5.                  Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal hematoma yang terlalu besar.
6.                  Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus akan sembuh / mengalami resolusi dalam 2 - 8 minggu
7.                  Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya. Karena pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.




BAB III
PENUTUP
   
3.1. Kesimpulan
Cephalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum.Cephalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal hematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan cephal hematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototdrapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi karena dimungkinkan adanya resiko infeksi. Kejadian cephal hematoma dapat disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. Maka dari itu sebagai seorang bidan kita harus terampil memberikan asuhan pada bayi baru lahir baik yang normal maupun memilik kelainan untuk menghindari terjadinya cephal hematoma tersebut.

3.2. Saran
Pada penderita cephal hematoma, bidan bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi. Salah satu penyebab cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk mencegah terjadinya cephal hematoma bisa dilakukan dengan memimpin persalinan yang aman dan tepat.
   
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar