Atresia esofagus termasuk kelompok
kelainan kongenital terdiri dari gangguan kontinuitas esophagus dengan atau
tanpa hubungan persisten dengan trakea. Pada penyakit ini, terdapat suatu
keadaan dimana bagian proksimal dan distal esophagus tidak berhubungan. Pada
bagian esophagus mengalami dilatasi yang kemudian berakhir kantung dengan
dinding maskuler yang mengalami hipertofi yang khas yang memanjang sampai pada
tingkat vertebra torakal sagmen 2-4.
Bagian distal esophagus merupakan
bagian yang mengalami atresia dengan diameter yang kecil dan dinding maskuler
dan tipis. Bagian ini meluas sampai bagian atas diagfragma 1,2,3,4,5,6 sekitar
50 % bayi dengan atresia esophagus juga mengalami beberapa anomali terkait.
Malformasi, kardiofaskuler, malformasi rangka termaksud hemivertebra dan
perkembanga abnormal radius serta malformasi ginjal dan urogenital sering
terjadi, semua kelainan ini disebut sindrom vecterl.
1. Apa yang
definisi dari atresia esophagus?
2. Apa saja
tipe-tipe atresia esophagus?
3. Bagaimana
manisfestasi klinis atresia esophagus?
4.
Bagaimana evaluasi diagnostic?
5. Apa saja
komplikasi pasca operasi?
6. Apa saja
diagnosis?
7. Apa saja penatalaksanaan?
1. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Bagi pembaca
Sebagai bahan bacaan dan menambah
pengetahuan tentang pelayanan kesehatan yang bermutu dan sesuai dengan
standard.
BAB II
PEMBAHASAN
ATRESIA ESOPHAGUS
Definisi
Atresia berarti buntu, atresia esophagus adalah suatu
keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu), pada esophagus (+). Pada
sebagian besar kasus atresia esophagus ujung esophagus buntu, sedangkan pada 1/4 –
1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi
karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan fistula). Atresia
esophagus adalah sekelompok kelainan congenital yang mencangkup gangguan
kontinuitas esophagus disertai atau tanpa adanya hubungan trakea.
Atresia esoofagus adalah esophagus (kerongkongan) yang
tidak terbentuk secara sempurna. Pada atresia esophagus, kerongkongan menyempit
atau buntu ; tidak tersambung dengan lambung. Kebanyakan Bayi yang menderita
atresia esophagus juga memiliki fistula trakeoesofageal (suatu hubungan
abnormal antara kerongkongan dan trakea/pipa udara).
1. Tipe A
(5% sampai 8%) kantong buntu disetiap ujung asofagus, terpisah jauh dan tanpa hubungan ke trakea.
(5% sampai 8%) kantong buntu disetiap ujung asofagus, terpisah jauh dan tanpa hubungan ke trakea.
2. Tipe B
Kantong buntu disetiap ujung esophagus dengan fistula dari trakea ke segmen esophagus bagian atas (jarang).
Kantong buntu disetiap ujung esophagus dengan fistula dari trakea ke segmen esophagus bagian atas (jarang).
3. Tipe C
(80% sampai 95%) segmen esophagus proksimal berakhir pada kantong buntu, dan segmen distal dihbungkan ke trakea atau bronkus primer dan fistula pendek pada atau dekat bifurkasi.
(80% sampai 95%) segmen esophagus proksimal berakhir pada kantong buntu, dan segmen distal dihbungkan ke trakea atau bronkus primer dan fistula pendek pada atau dekat bifurkasi.
4. TIPE D
(jarang)
Kedua segmen esophagus atas dan bawah dihubungkan ke trakea
Kedua segmen esophagus atas dan bawah dihubungkan ke trakea
5. TIPE
E (jarang disbanding A atau C)
Sebaliknya trakea dan esophagus nomal dihubungkan dengan fistula umum.
Sebaliknya trakea dan esophagus nomal dihubungkan dengan fistula umum.
1. Biasanya
disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi
bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa
kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus.
Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
2.
Bila pada bbl Timbul sesak yang
disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai terdapat atresia
esofagus.
3.
Segera setelah di beri minum,
bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan
nafas.
4.
Pada fistula trakeosofagus, cairan
lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis
Patofisiologi
Motilitas dari esophagus selalu dipengaruhi pada
atresia esophagus. Gangguan peristaltic esophagus biasanya paling sering
dialami pada bagian esophagus distal. Janin dengan atresia tidak dapat dengan
efektif menelan cairan amnion. Sedangkan pada atresia esophagus dengan fistula
trkeoesofageal distal, cairan amnion masuk melaalui trakea kedalam usus.
Polihydramnion bisa terjadi akibat perubahan dari sirkulasi amnion pada janin.
Neonates dengan atresia tidak dapat menelan dan akan
mengeluarkan banyak sekali air liur atau saliva. Aspirasi dari saliva
atau air susu dapat menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada atresia dengan distal
TEF, sekresi dengan gaster dapat masuk keparu-paru dan sebaliknya, udara juga
dapat bebas masuk dalam saluran pencernaan saat bayi menangis ataupun mendapat
ventilasi bantuan. Keadaan-keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster
yang fatal. Diketahui bahwa bagian esophagus distal tidak menghasilkan
peristaltic dan ini bisa menyebabkan disfagia setelah perbaikan esophagus dan
dapat menimbulkan reflux gastroesofageal.
Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya
atresia esophagus. Trakea abnormal, terdiri dari berkurangnya tulang rawan
trakea dan bertambahnya ukuran otot tranversal pada posterior trakea. Dinding
trakea lemah sehingga mengganggu kemampuan bayi untuk batuk yang akan mengarah
pada munculnya pneumonia yang bisa berulang-ulang. Trakea juga dapat kolaps
bila diberikan makanana atupun air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan
yang tidak efektif, hipoksia atau bahkan bisa menjadi apneu.
Manifestasi Klinis
Biasanya timbul setelah bayi berumur 2-3 minggu, yaitu
berupa muntah yang proyektil beberapa saat setelah minum susu ( yang
dimuntahkan hanya susu ), bayi tampak selalu haus dan berat badan sukar naik.
a. Biasanya disertai dengan
hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi
lahir premature, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan
ibu disertai hidrmnion hendaknya dilakukan kateterisasi esophagus . bila
kateter berhenti pada jarak < 10 cm, maka diduga artesia esophagus.
b. Bila pada BBL timbul sesak yang
disertai dengan air liur yang meleleh keluar, dicurigai terdapat atresia
esophagus.
c. Segera setelah diberi minum,
bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan
napas.
d. Pada fistula trakeaesofagus, cairan
lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.
Gejalanya bisa berupa:
- Mengeluarkan
ludah yang sangat banyak
- Terbatuk atau
tersedak setelah berusaha untuk menelan
- Tidak mau
menyusu
- Sianosis (kulitnya
kebiruan)
Adanya fistula menyebabkan ludah bisa masuk kedalam paru-paru sehingga
terjadi resiko terjadinya pneumonia aspirasi.
Klasifikasi
a) Kalasia
Chalasia ialah keadaan bagian bawah esophagus yang
tidak dapat menutup secara baik, sehingga menyebabkan regurgitasi, terutama
kalau bayi dibaringkan. Pertolongan : memberi makanan dalam posisi tegak,
yaitu duduk dalam kursi khusus.
Kalasia adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah esophagus (pada
persambungan dengan lambung yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering
regurgitasi bila dibaringkan.
b) Akalasia
Ialah kebalikan chalasia yaitu bagian akhir esophagus
tidak membuka secara baik, sehingga keadaan seperti stenosis atau
atresia. Disebut pula spasmus cardio-oesophagus.Sebabnya :
karena terdapat cartilage trachea yang tumbuh ektopik dalam esophagus bagian
bawah, berbentuk tulang rawan yang ditemukan secara mikroskopik dalam
lapisan otot.(2)(3)
c) Classification System Gross
Atresia esophagus disertai dengan fistula trakeoesofageal
distal adalah tipe yang paling sering terjadi. Varisi anatomi dari atresia
esophagus menggunakan system klasifikasi gross of bostom yang sudah popular
digunakan.
System ini berisi antara lain.(1)
Tipe A__ Atresia esophagus tanpa fistula ; atresia esophagus
murni (10%)
Tipe B__ Atresia esophagus dengan TEF proximal (<1%)
Tipe C__ Atresia esophagus dengan TEF distal (85%)
Tipe D__ Atresia esophagus dengan TEF proximal dan distal
(<1%)
Tipe E__ TEF tanpa atresia esophagus ; fistula tipe H (4%)
Tipe F__ Stenosis esophagus congenital tanpa atresia (<1%)
Atresia esophagus disebabkan oleh:
1. Tumor esophagus.
2. Kehamilan dengan hidramnion
3. Bayi lahir prematur,
Tapi tidak semua bayi
yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada alasan yang tidak
diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi dengan tepat
selama gestasi pada minggu ke empat dan ke lima.
Diagnosis
Anamnesis :
1. Biasanya disertai dengan hidramnion (60%) dan hal ini pula yang
menyebabkan kenaikan frkuensii bayi bayi yang lahir premature. Sebaiknya bila
dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidramnion,
hendaknya dilakukan katerisasi esophagus dengan kateter no 6-10F. Bila kateter
terhenti pada jarak kurang dari 10 cm, maka harus diduga terdapat atresia
esophagus.
2.Bila pada bayi baru lahir timbul sesak napas yang disertai dengan air
liur yang meleleh keluar, harus dicurigai terdapat atresia esophagus.
3. Segera setelah diberi minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis
karena aspirasi cairan kedalam jalan napas.
4. Perlu dibedakan pada pemeriksaan fisis apakah lambung terisi atau kosong
untuk menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula trakeo-esofagus.hal ini
dapat dilihat pada foto abdomen.
Pemeriksaan fisis :
Ditemukan gerakan peristaltic lambung dalam usaha melewatkan makanan
melalui daerah yang sempit di pylorus. Teraba tumor pada saat gerakan peristaltic
tersebut. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sesaat setelah anak diberi minum.
Pemeriksaan
penunjang :
Dengan memberikan barium peroral didapatkan gambaran radiologis yang
patognomonik barupa penyempitan pylorus yang relative lebih panjang.
Gambaran Radiologik :
Pada barium per os, yang patognomonik pada kelainan ini ialah penyampitan
pylorus yang relative lebih panjang.
Diagnosis
lainnya :
a) Antenatal
Atresia esophagus dapat dicurigai pada USG bila didapati polihidramion pada
Ibu, abdomen yang kecil pada janin, dan pembesaran ujung esophagus bagian atas.
Dugaan juga semakin jelas bila didapati kelainan-kelainan lain yang bekaitan
dengan atresia esophagus.
b) Diagnosis
klnis
Bayi dengan sekresi air liur dan ingus yang sering dan banyak harus
diasumsikan menderita atresia esophagus sampai terbkti tidak ada. Diagnosis
dibuat dengan memasukkan kateter/NGT ke dalam mulut, berakir pada sekitar 10 cm
dari pangkal gusi. Kegagalan untuk memasukan kateter ke lambung menandakan
adanya atresia esophagus. Ukuran kateter yang lebih kecil bisa melilit di
kantong proximal sehingga bisa membuat kesalahan diagnosis adanya kontinuitas
esophagus. Radiografi dapat membuktikan kepastian bahwa selang tidak
tidak mencapai lambung. Selang tidak boleh dimasukkan dari hidung
karena dapat merusak saluran napas atas. Dalam kedokteran modern, diagnosis
dengan menunggu bayi tersedak atau batuk pada pemberian makan pertama
sekali, tidak disetujui lagi.
c) Diagnosis
Anatomis
Tindakan penanganan tergantung dari variasi anatomi. Penting untuk
mengetaui apakah ada fistula pada satu atau kedua segmen esophagus. Juga
penting untuk mengetahui jarak antara kedua ujung esophagus.
Bila tidak ada fistula distal, pada foto thorax dengan selang yang
dimasukkan melalui mulut akan menunjukan segmen atas esophagus berakhir diatas
medistinum. Dari posisi lateral dapat dilihat adanya fistula dan udara di
esophagus distal. Dari percabangan trakea bisa dilihat letak dari fistula.
Tidak adanya udara atau gas pada abdomen menunjukkan adanya suatu atresia
tanpa disertai fistula atau atresia dengan fistula trrakeosofageal proximal
saja. Jika didapati ujung kantong esophagus proximal, bisa diasumsikan bahwa
ini adalah atresia esophagus tanpa fistula. Adanya udara atau gas pada lambung
dan usus menunjukan adanya fistula trakeoesofageal distal.
Pada bayi dengan H-Fistula (Gross Tipe E) agak berbeda karena esophagus
utuh. Anak dapat menelan, tetapi dapat tersedak dan batuk saat makan. Bila
udara keluar daro fistula dan masuk kesaluran pencernaan akan menimbulkan
distensi abdomen, selain itu, aspirasi makanan yang berulang akan
menyebabkan infekasi saluran pernapasan . diagnosis dapat diketahui dengan
endoskopi atau penggunaan kontras.
d) Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin
Terutama untuk mengetahui apabila terjadi suatu infeksi pada saluran
pernapasan akibat aspirasi makanan ataupun cairan.
Elektrolit
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaaan lain yang menyertai.
Analisa Gas Darah
Arteri
Untuk mengetahui apabila ada gangguan respiratorik terutama pada bayi.
BUM dan Serum
Creatinin
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.
Kadar Gula Darah
Untuk mengetahui keadaan abnormal bawaan lain yang menyertai.
e) Diagnosis Banding
1. Pilorospasme, yang gejalanya akan
hilang setelah anak diberi spasmolitikum.
2. Prolaps mukosa lambung.
Tindakan ; anak disiapkan untuk operasi pyloromyotomi cara fredet-ramstedt.
Operasi ini mudah dan memberikan penyembuhan yang memuaskan.
Komplikasi
Komplikasi dini, mencakup:
Kebocoran
anastomosis
Terjadi 15-20% dari kasus. Penanganan dengan cara dilakukan thoracostomy
sambil suction terus menerus dan menunggu penyembuhan dan penutupan
anastomisis secara spontan, atau dengan melakukan tindakan bedah darurat untuk
menutup kebocoran.
Striktur anastomisis
Terjadi pada 30-40% kasus. Penanganannya ialah dengan melebarkan striktur
yang ada secara endoskopi.
Fistula rekuren
Terjadi pada 5-14% kasus.
Komplikasi
lanjut, mencakup:
Reflux
gastroesofageal
Terjadi 40% kasus. Penanganannya mencakup medikamentosa dan fundoplication,
yaitu tindakan bedah dimana bagian atas lambung dibungkus ke sekitar bagian
bawah esophagus.
Trakeomalasia
Terjadi pada 10% kasus. Penanganannya ialah dengan melakukan manipulasi
terhadap aorta untuk memberika ruangan bagi trakea agar dapat mengembang.a
Dismotility Esofagus
Terjadi akibat kontraksi esophagus yang terganggu. Pasien disarankan untuk
makan diselingin dengan minum.
Penatalaksanaan
A. Tindakan Sebelum Operasi
Atresia esophagus ditangani dengan tindakan bedah. Persiapan operasi untuk
bayi baru lahir mulai umur 1 hari antara lain :
Cairan intravena
mengandung glukosa untuk kebutuhan nutrisi bayi.
Pemberian antibiotic
broad-spectrum secara intra vena.
Suhu bayi dijaga
agar selalu hangat dengan menggunakan incubator, spine dengan posisi fowler,
kepala diangkat sekitar 45o.
NGT dimasukkan
secara oral dan dilakukan suction rutin.
Monitor vital signs.
Pada bayi premature dengan kesulitan benapas,
diperlukan perhatian khusus. Jelas diperlukan pemasangan endotracheal tube dan
ventilator mekanik. Sebagai tambahan, ada resiko terjadinya distensi berlebihan
ataupun rupture lambung apabila udara respirasi masuk kedalam lambung melalui
fistula karena adanya resistensi pulmonal. Keadaan ini dapat diminimalisasi
dengan memasukkan ujung endotracheal tube sampai kepintu masuk fistula dan
dengan memberikan ventilasi dengan tekanan rendah.
Echochardiography atau pemerikksaan EKG pada
bayi dengan atresia esophagus penting untuk dilakukan agar segera dapat
mengetahui apabila terdapat adanya kelainan kardiovaskular yang memerlukan
penanganan segera.
B. Tindakan Selama
Operasi
Pada umumnya operasi perbaikan atresia esophagus tidak
dianggap sebagai hal yang darurat. Tetapi satu pengecualian ialah bila bayi
premature dengan gangguan respiratorik yang memerlukan dukungan ventilatorik.
Udara pernapasan yang keluar melalui distal fistula akan menimbulkan distensi
lambung yang akan mengganggu fungsi pernapasan. Distensi lambung yang
terus-menerus kemudian bisa menyebabkan rupture dari lambung sehingga
mengakibatkan tension pneumoperitoneum yang akan lebih lagi memperberat fungsi
pernapasan.
Pada keadaan diatas, maka tindakan pilihan yang
dianjurkan ialah dengan melakukan ligasi terhadap fistula trakeaesofageal dan
menunda tindakan thoratocomi sampai masalah ganggua respiratorik pada bayi
benr-benar teratasi. Targetnya ialah operasi dilakukan 8-10 hari kemuudian
untuk memisahkan fistula dari memperbaiki esophagus.
Pada prinsipnya tindakan operasi dilakukan untuk
memperbaiki abnormalitas anatomi. Tindakan operasi dari atresia esophagus
mencakup.
Operasi dilaksanakan
dalam general endotracheal anesthesia dengan akses vaskuler yang baik dan
menggunakan ventilator dengan tekanan yang cukup sehingga tidak menybabkan
distensi lambung
Bronkoskopi
pra-operatif berguuna untuk mengidentifikasi dan mengetahui lokasi fistula.
Posisi bayi
ditidurkan pada sisi kiri dengan tangan kanan diangkat di depan dada untuk
dilaksanakan right posterolateral thoracotomy. Pada H-fistula, operasi
dilakukan melalui leher karena hanya memisahkan fistula tanpa memperbaiiki
esophagus. esophagus.
Operasi dilaksanakan
thoracotomy, dimana fistula ditutup dengan cara diikat dan dijahit kemudian
dibuat anastomisis esophageal antara kedua ujung proximal dan distal dan esophagus.
Pada atresia
esofagus dengan fistula trakeoesofageal, hamppir selalu jarak antara esofagus
proksimal dan distal dapat disambung langsung ini disebut dengan primary
repairyaitu apabila jarak kedua ujung esofagus dibawah 2 ruas vertebra. Bila
jaraknya 3,6 ruas vertebra, dilakukan delaved primary repair. Operasi ditunda
paling lama 12 minggu, sambil dilakukan cuction rutin dan pemberian makanan
melalui gstrostomy, maka jarak kedua ujung esofagus akan menyempit kemudian
dilakukan primary repair. Apabiila jarak kedua ujung esofagus lebih dari 6 ruas
vertebra, maka dijoba dilakukan tindakan diatas, apabila tidak bisa juga
makaesofagus disambung dengan menggunakan sebagai kolon.
C. Tindakan Setelah Operasi
Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari.
Suction harus dilakukan secara rutin. Selang kateter untuk suction harus
ditandai agar tidak masuk terlalu dalam dan mengenai bekas operasi tempat
anastomisis agar tidak menimbulkan kerusakan. Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan
NGT untuk pemberian makanan.
Prognosis
·
Prognosis bergantung pada jenis
kelainan anatomi dari atresia dan adanya komplikasi.
·
Saat ini tingkat keberhasilan
operasi atresia esophagus mencapai 90%
·
Adanya defek kardioffaskular dan
berat badan lahir rendah mempengaruhi ketahanan hidup
·
Berdasarkan klasifikasi spitz untuk
mengetahui tingkat kelangsuungan hidup berdasarkan berat badan lahir dan
kelainan kardiovaskular, yaitu :
a.
Grup I – Berat badan lahir > 1500
gram TANPA kelainan kardiovaskular, tingkat mortalitas 3%.
b . Grup
II – Berat bdan lahir < 1500 gram ATAU terdapatnya kelainan kardiovaskular
mayor, tingkat mortalitas 41%
c. Grup
III – Berat badan lahir < 1500 gram DENGAN terdapatnya kelainan kardiovaskular mayor, tingkat mortalitas
78%.
Kelainan kardiovaskular mayor disini maksudnya ialah kelainan-kelainan
kardiovaskular congenital yang memerlukan tindakan bedah segera agar tidak
terjadi gagal jantung.
·
Kematian dini biasanya disebabkan
kelainan kardiovaskular dan abnormalitas kromoosom.
·
Kematian lanjut biasanya akibat
gangguan pernapasan.
D. Peran Bidan
Peran bidan
pada kasus kelainan bawaan disini adalah memberikan informasi yang jelas dan
sesuai dengan yang ditemukan, dimana dijelaskan mengenai jenis, etiologi,
penanganan, dan prognosis kepada klien atau keluarganya, sehingga keluarga
dapat menerima dan siap dengan asuhan yang akan diberikan. Asuhan atau
penanganan yang diberikan baik bedah, medik, maupun koreksi lain yang dapat
diberikan dapat berhasil secara optimal.
Komunikasi
dan dukungan emosional . Kelahiran bayi dengan kelainan bawaan dapat memberikan
pengalaman yang menyedihkan bagi orang tua. Memiliki bayi dengan kelainan akan
menimbulkan berbagai reaksi yang jelas membuat orang tua sangat tertekan dan
bagi beberapa kelompok masyarakat, hal ini dikaitkan dengan stigma tertentu
pada ibunya. Setiap keluarga memiliki respon dan kebutuhan yang berbeda dan
petugas kesehatan tidak dapat menggunakan pendekatan yang sama untuk semua
keluarga.
Hal-hal yang
dapat dilakukan adalah :
- Pasien dan keluarga akan merasakan perasaan yang
tidak percaya, tidak biasa menerima dan sedih, hal tersebut merupakan
reaksi yang normal khususnya bila kelainan tidak dapat diprediksi
sebelumnya. Perasaan diberlakukan tidak adil, putus asa, ertekan, cemas,
marah, gagal, dan ketakutan merupakan hal yang biasa.
- Tanyakan pada ibu, apakah ia ingin melihat dan
menggendong bayinya.
- Berikan penjelasan bahwa kelainan bawaan bukanlah
kesalahan orang tua. Memberikan penjelasan atau gambaran tentang penyebab
kelainan pada bayi mungkin dapat sedikit menenangkan orang tua dan
keluarganya.
- Berikan penjelasan mengenai kemungkinan yang
terjadi pada bayi, namun tidak memberikan tekanan pada sisi negative pada
kehidupan bayi di masa depan.
- Jika bayi memiliki kelainan bawaan tertentu yang
dapat diperbaiki melalui jalan operasi (misal labioschizis), berikan
penjelasan dan support pada orang tua dan keluarga. Namun tidak memberikan
harapan yang berlebihan jika tidak dapat disembuhkan.
- Berikan orang tua menentukan pilihannya sendiri
dan pendapat yang jujur tentang kemungkinan hasilnya. Pastikan keputusan
mereka dibuat berdasarkan inform consent dan pemahaman yang cukup tentang
semua kemungkinan yang terjadi.
- Berikan kebebasan pada orang tua untuk menemui
bayinya dan jika memungkinkan biarkan bayi berada dengan ibu sepanjang
waktu. Semakin banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang tua terhadap
bayinya, semakin cepat pula mereka akan menerima bayinya
- Bila memungkinkan berikan bantuan pada orang tua
untuk memperoleh akses dukungan dari individu atau kelompok professional.
E. Pencegahan
Beberapa
kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan terutama ibu
dengan kehamilan di atas usia 35 tahun :
• Tidak merokok dan menghindari asap rokok
• Menghindari
alkohol
• Menghindari
obat terlarang
• Memakan
makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
• Melakukan olah
raga dan istirahat yang cukup
• Melakukan
pemeriksaan prenatal secara rutin
• Mengkonsumsi
suplemen asam folat
• Menjalani
vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
• Menghindari
zat-zat yang berbahaya
Meskipun
bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada
satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi
meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah
ataupun ibu, atau meskipun orang lain.
BAB III
PENUTUP
Atresia
esofagus merupakan suatu kelainan kongenital dengan variasi
fistulatrakeoesofageal maupun kelainan kongenital lainnya. Atresia
esofagus yang dapat dicurigai sejak kehamilan, dan di diagnosa segera setelah
bayi baru lahir. Bahaya utama pada atresia esofagus adalah resiko aspirasi,
sehingga perlu dilakukan suction berulang. Penatalaksanaanya pada atresia
esofagus adalah pembedahan, tetapi tetap dapat meninggalkan komplikasi lebih
lanjut yang berhubungan dengan gangguan motilitas esofagus.
Diharapkan mahasiswa dapat memahami
mengenai atresia esophagus bagian-bagiannya serta dapat mengaplikasikan asuhan
yang diberikan. Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan oleh karena itu Kami mohon saran yang membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar