BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang
beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan
asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari
keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi.
Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi
pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk
mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan
setiap penyakit /infeksi.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi,
yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim.
Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling cepat
terjadi adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi darah, termoregulasi, dan
kemampuan dalam mengambil dan menggunakan glukosa.
Pada
saat lahir, bayi baru lahir akan mengalami masa yang paling dinamis dari
seluruh siklus kehidupan. Bayi mengalami suatu proses perubahan dikenal sebagai
periode transisi yaitu periode yang dimulai ketika bayi keluar dari tubuh ibu
harus beradaptasi dari keadaan yang sangat bergantung menjadi mandiri secara
fisiologis, selama beberapa minggu untuk sistem organ tertentu.
Jadi
adaptasi merupakan suatu penyesuaian bayi baru lahir dari dalam uterus
keluar uterus, prosesnya disebut periode transisi atau masa
transisi. Secara keseluruhan, adaptasi diluar uterus harus merupakan
sebagai proses berkesinambungan yang terjadi selama keseluruhan.
Maka pada setiap kelahiran, bidan harus memikirkan
tentang faktor-faktor kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan
gangguan pada jam-jam pertama kehidupan diluar rahim seperti
partus lama, trauma lahir, infeksi, keluar mekunium, penggunaan
obat-obatan.
Bidan mempunyai tanggung
jawab terhadap ibu dan bayi baru lahir, tidak hanya melewati fase kehidupan
dalam uterus menuju kehidupan luar uterus seaman mungkin, tetapi juga
adaptasi fisik terhadap kehidupan luar uterus. Oleh karena itu bidan harus
mengetahui bagaimana proses adaptasi bayi baru lahir, memfasilitasi proses
adaptasi tersebut sehingga dapat melakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk
melahirkan bayi baru lahir yang sehat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana adaptasi bayi baru lahir pada
sistem pernafasan ?
2.
Bagaimanakah gangguan sistem pernafasan
pada bayi baru lahir dan apa saja dampak yang terjadi ?
C.
Tujuan Makalah
1.
Agar
mahasiswa mengetahui tentang adaptasi bayi baru lahir pada sistem pernafasan.
2.
Agar
mahasiswa mengerti tentang gangguan sistem pernafasan, dampak, dan cara
penanganannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Adaptasi Bayi Baru Lahir Pada Sistem Pernapasan
Sistem
pernapasan merupakan sistem yang paling tertantang ketika mengalami perubahan
dari fase intrauterus menuju ekstrauterus. Bayi baru lahir harus mulai segera
mulai bernafas. Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin
sampai janin lahir adalah placenta. Selama dalam uterus,
janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi
lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.
1.
Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari
pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus proses ini terus berlanjit sampai sekitar usia 8 tahun,
sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III.
Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia
24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.
2.
Adaptasi paru
Hingga saat lahir
tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal melalui paru
maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba setelah
pelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan
hidup. Sebelum lahir janin melakukan pernapasan dan menyebabkan paru matang,
menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran
gas. Sebelum lahir paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru
itu sendiri. Selama kelahiran, cairan ini meninggalkan paru baik karena dipompa
menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, atau karena bergerak
melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju duktus
toraksis (Myles, 2009).
3.
Awal adanya napas
Pada
saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat dilingkungan rahim ke
dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi mandiri. Bayi harus dapat
melakukan transisi hebat ini dengan tangkas. Untuk mencapai hal ini serangkaian
fungsi adaptif dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan drastis dari
lingkungan di dalam kandungan ke lingkungan diluar kandungan (Myles, 2009).
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas
pertama bayi adalah :
a.
Hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
b.
Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi
karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara
ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system
pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang
teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
c.
Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah
dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin,
tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan
pernapasan janin.
d.
Perubahan
suhu. Keadaan dingin akan merangsang
pernapasan.
4.
Surfaktan
dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a.
Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b.
Mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat
berfungsi, harus terdapat survaktan(lemak lesitin /sfingomielin) yang
cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20
minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar
30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak
kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya
surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan
lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres
pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
5.
Dari
cairan menuju udara
Bayi cukup bulan
mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama
persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang
bayi yang dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi
rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih
lama. Dengan beberapa kali
tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa
cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe
dan darah.
6.
Fungsi sistem pernapasan
dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang
memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran
udara. Jika
terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika
hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima
oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan,
yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan
aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan
mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan
cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
luar rahim.
7.
Berikut
adalah tabel mengenai perkembangan sistem pulmonal sesuai dengan usia kehamilan
Usia Kehamilan
|
Perkembangan
|
24
hari
|
Bakal paru-paru terbentuk
|
26-28
hari
|
Kedua bronkus
membesar
|
6
minggu
|
Segmen bronkus
terbentuk
|
12
minggu
|
Lobus terdiferensiasi
|
24
minggu
|
Alveolus terbentuk
|
28
minggu
|
Surfaktan terbentuk
|
34-36
minggu
|
Struktur paru matang
|
Ketika
struktur matang, ranting paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta dan setelah bayi lahir, pertukan gas harus melalui paru-paru bayi.
Rangsangan
gerakan pernafasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut :
1.
Tekanan
mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik).
2.
Penurunan
PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak disinus
karotikus (stimulasi kimiawi).
3.
Rangsangan
dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalam uterus (stimulasi sensorik).
4.
Refleks
deflasi Hering Breur.
Pernapasan pertama pada bayi normal
terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali
untuk mempertahankan tekanan alfeoli, selain karena adanya surfaktan, juga
karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran nafas dengan merintih sehingga
udara bisa tertahan didalam. Cara neonatus bernafas dengan cara bernafas
difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya bernafas
belum teratur. Apabila surfakantan berkurang, maka alfeoli akan kolaps dan
paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis dalam kondisi seperti ini
(anoksia), neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya
kelanjutan metabolisme anaerobik.
B. Gangguan Pernapasan
Prinsip Dasar
Gangguan pernapasan pada
bayi baru lahir dapat terjadi oleh berbagai sebab. Apabila gangguan pernapasan
tersebut disertai dengan tanda-tanda hipoksia (kekurangan O2), maka
prognosisnya buruk dan merupakan penyebab kematian bayi baru lahir ; atau
seandainya bayi selamat dan tetap hidup akan beresiko tinggi terjadinya
kelainan neurologis dikemudian hari. Banyak gangguan pernafasan pada bayi baru
lahir yang ditandai dengan distres pernafasan.
Penyebab gangguan pernafasan pada bayi baru lahir
antara lain sebagai berikut:
a.
Obstruksi jalan nafas,
misalnya atresia khaoana, magkroglosia, higroma koli kistik, trakeomalasia.
b.
Penyakit parekhin
paru-paru, misalnya penyakit membran hialin, MAS, ateleksasis, BPD dan
pheunomia.
c.
Kelainan perkembangan
organ, misalnya agenesis paru-paru, hernia diafragmatika, kista intratoraks,
TOF, perdarahan paru-paru.
d.
Diluar paru-paru ( non
pulmonary), misalnya payah jantung, kelainan susunan saraf pusat, asidosis
metabolik, dan afiksia.
Tabel Diagnosis banding
gangguan pernafasan bayi baru lahir
1.
Penyakit
membrana hialin
2.
Atelektasis
paru-paru/Pneumonia aspirasi
3.
Pneuponia
aspirasi
4.
Kelainan
susunan saraf pusat
5.
Sepsis
|
Terjadi
pada bayi prematur. Biasanya terjadi sesudah lahir dan secara progesif
menjadi berat dalam 72 jam.
Paru-paru
menguncup dapat disebabkan karena adanya sumbatan dalam saluran nafas,
misalnya lendir sangat kental, atau tersedak susu, demikian juga
pneumotoraks.
Misalnya
karena tersedak cairan ketuban, terutama yang hijau kental.
Dapat
terjadi akibat asfiksia, menimbulkan hipoksia otak.
Dapat
menyebakan terjadinya hipoksia diseluruh tubuh dan pada bayi baru lahir mudah
terjadi pneumonia.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada saat lahir, bayi baru lahir akan mengalami masa
yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Bayi mengalami suatu proses
perubahan dikenal sebagai periode transisi yaitu periode yang dimulai ketika
bayi keluar dari tubuh ibu harus beradaptasi dari keadaan yang sangat
bergantung menjadi mandiri secara fisiologis, selama beberapa minggu
untuk sistem organ tertentu.
Jadi adaptasi merupakan suatu penyesuaian bayi baru
lahir dari dalam uterus keluar uterus, prosesnya disebut periode transisi
atau masa transisi. Secara keseluruhan, adaptasi diluar uterus harus
merupakan sebagai proses berkesinambungan yang terjadi selama keseluruhan.
Maka pada setiap kelahiran, bidan harus memikirkan
tentang faktor-faktor kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan
gangguan pada jam-jam pertama kehidupan diluar rahim seperti partus lama, trauma lahir,
infeksi, keluar mekunium, penggunaan obat-obatan.
B. Saran
Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada
makalah ini maka kami meminta kritik maupun saran yang membangun dari pembaca
agar bisa lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu
Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta; Salemba Medika
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu
Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta; Trans Info Media Rukiyah, Ai
Yeyeh & Lia Yulianti. Asuhan neonatus, bayi dan anak balita. 2010.
Jakarta; Trans Info Media
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta; Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar