BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kecemburuan
atau persaingan antar saudarakandung yang baru dilahirkan merupakan momok bagi
orang tua dan tak jarang orang tuapun cemburu dengan kehadiran anak barunya.
Kenyataannya semua anak akan merasa terancam oleh kedatangan seorang bayi baru
meskipun dengan derajat yang berbeda-beda, baik selama kehamilan maupun setelah
kelahiran. Anak-anak yang lebih tua yang mungkin sudah membentuk suatu
independensi dan ikatan batin yang kuat biasanya tidak begitu merasa terancam
oleh kedatangan bayi baru daripada anak-anak yang belum mencapai ikatan batin
yang sama.
Anak-anak
usia >3 tahun cenderung lebih menunggu-nunggu kelahiran adiknya sedangkan
anak yang berusia <3 tahun biasanya akan menjadi khawatir dan cemas akan
kehadiran adik barunya yang nantinya akan mendapat perhatian lebih dari ayah
dan ibunya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sibling rivalry?
2. Apa saja yang harus dipersiapkan
untuk mencegah sibling rivalry?
3. Mengapa sibling rivalry bisa
terjadi?
4. Apakah semua anak akan merasakan
sibling rivalry?
5. Bagaimana mengatasi sibling rivalry?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswi mengetahui
dan memahami apa itu sibling rivalry.
2. Untuk mengetahui persiapan
apa saja yang harus dilakukan orang tua baru.
3. Mengetahui apa penyebab
sibling rivalry.
4. Menguasai cara menangani
sibling rivalry.
BAB II
PEMBAHASAN
Kamus kedokteran Dorland (Suherni,
2008): sibling (anglo-saxon
sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama,
seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan
kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah
kompetisi antara saudara
kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari
satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang
lebih.
Sibling rivalryadalah
kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara
perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai
dua anak atau lebih.
Sibling rivalryatau
perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut
adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara
5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah
ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti
itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.
a. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi
mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
c. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
d. Tahap perkembangananak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap
satu sama lain.
f. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian
atau memulai permainan dengan saudara mereka.
h. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
·
Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
·
Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk
mengatasi sibling
rivalry, sehingga anak dapat bergaul
dengan baik, antara lain:
5.
Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika
konflik biasa terjadi.
7.
Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan
kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
14.
Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilakuorang tua sehari-hari adalah cara pendidikananak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
E.
Persiapan
Menjadi Orang Tua
Menjadi orangtua bukanlah hal yang mudah,
tetapi tidak juga sesulit yang dibayangkan.Salah satu kunci sukses menjadi
orangtua sukses adalah mempersiapkan diri dari kedua belah pihak.
Menjadi orangtua merupakan dambaan bagi
mereka yang sudah membina rumah tangga. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika
sudah mempersiapkan hal ini sejak awal. Dimulai dari persiapan kehamilan sampai
kelahiran. Namun ini bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami.
1.Persiapan
Fisik
a) Hentikan
kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol. Himbauan ini berlaku bagi calon
ayah dan ibu.Perokok aktif dan pasif dapat membuat janin mengalami gangguan
pertumbuhan.Asap rokok yang terhirup oleh calon ibu dapat mengahmbat suplai
oksigen, sehingga resiko janin lahir prematur menjadi lebih tinggi. Minuman
berakohol membuat calon ibu menghadapi resiko keguguran karena kandungan
menjadi melemah. Sedangkan para pria, kadar alkohol yang tinggi membuat jumlah
sel sperma sedikit jumlahnya sehingga tidak cukup untuk pembuahan.
b) Calon
orangtua harus mulai mengonsumsi makanan dengan gizi tinggi. Membatasi asupan
makanan bergula dan berlemak tinggi sangat dianjurkan.Usahakanlah dalam kondisi
berat badan yang ideal agar pembuahan berlangsung sempurna.
c) Lakukanlah
tes kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan calon ibu. Jika dalam
pemeriksaan calon ibu dinyatakan mengalami gangguan kesehatan tertentu,
biasanya dokter akan menyarankan agar pasangan menunda dulu kehamilan sampai
calon ibu dinyatakan sehat.
d) Melakukan
vaksinasi yang perlu dilakukan oleh ibu untuk melindungi janinnya selama
kehamilan dan menjalani proses persalinan.
2. Persiapan Psikologis.
Bagi calon ayah dan ibu, proses
kehamilan hingga melahirkan akan menjadi pengalaman istimewa. Namun, pengalaman
yang luar biasa akan dirasakan ketika pasangan suami-istri menjadi orangtua.
Jadi sebelum memiliki anak sebaiknya diskusikan perubahan dan tantangan hidup
yang akan dialami sehingga calon orangtua telah siap dengan segala kemungkinan
yang akan terjadi.
3. Persiapan
Finansial
Persiapan finansial bisa dikatakan
sama pentingnya dengan persiapan fisik maupun psikologi. Persiapan yang
dimaksud adalah perencanaan keuangan untuk mencukupi keperluan anak sejak masih
berada dalam kandungan hingga lahir. Kehadiran seorang bayi berarti pertambahan
biaya tetap bagi sebuah keluarga, yang secara tetap akan meningkat seiring
kebutuhan pertumbuhan anak. Orangtua adalah penentu kehidupan anak selanjutnya
dan orang tualah yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar baik
dalam hal kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan pengendalian diri,
kemampuan berpikir dan lain hal yang kelak akan menentukan keberhasilan dan
kemandirian anak yang juga menentukan keberhasilan anak saat menjadi orangtua.
Dalam kaitannya dengan kehadiran bayi sebagai anggota
keluarga baru, maka diperlukan adaptasi yang baik oleh suami sebagai seorang
ayah dan adaptasi anggota keluarga lainnya yaitu saudara dari bayi tersebut
karena terjadi perubahan pola interaksi sehingga tercipta keserasian dalam
kehidupan keluarga.
Dengan
kehadiran bayi maka sistem dalam keluarga akan berubah dan pola interaksi dalam
keluarga harus dikembangkan (May, 1994).
F.
Mengenal
Peran Orang Tua
Selama masa kehamilan dan
melahirkan, tanggung jawab utama pria yaitu memberikan dukungan penuh kepada
istrinya.Mereka terkadang kecewa karena hanya dianggap sebagai pendukung dan
penolong, bukan sebagai bagian dari calon ornag tua.Maka dari itu, diadakan
grup pendukung atau kelas bagi calon ayah mengenal perannya lebih jauh. Dalam
forum ini pria lain yang sudah berpengalaman berbagi pengalamannya dalam
menghadapi kehamilan, melahirkan, dan bahkan mengasuh anak.
Ketika seorang ibu melahirkan anak,
suatu hal yang ingin diketahui ialah: seperti apakah atau seperti siapakah anak
saya? Ini suatu keingintahuan yang biasa dan wajar. Namun sebenarnya ada satu
hal yang lebih penting lagi yaitu akan seperti apakah kelak anak saya ini?
Suatu pertanyaan dengan rentangan panjang, memakan waktu lama untuk bisa
menjawabnya, dan sulit untuk bisa diramalkan antara apa yang ada dan apa yang
akan terjadi, serta antara yang terlihat dan apa yang akan diperlihatkan.
Anak yang baru
lahir berada dalam keadaan lemah, tidak berdaya, tidak bisa apa-apa, tidak bisa
mengurus diri sendiri, tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi ia
tergantung sepenuhnya pada lingkungannya, lingkungan hidupnya, terutama orang
tua dan lebih khusus lagi ialah ibunya. Mengenai lingkungan hidup yang menjadi
tokoh pusat ialah orang tua.Merekalah yang berperan besar, langsung atau
kadang-kadang tidak langsung, berhubungan terus-menerus dengan anak, memberikan
perangsang (stimulasi) melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua
(terutama ibu) dengan anak.
Berdasarkan pada hal-hal tersebut
diatas, orang tua jelas berperan besar dalam perkembangan dan memperkembangkan
kepribadian anak.Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar
kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seorang setelah
dewasa.Jadi, gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seseorang
setelah dewasa banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan
terjadi sebelumnya.
Dalam usaha atau tindakan aktif
orang tua untuk mengembangakan kepribadian anak, perlu memperhatikan
aspek-aspek perkembangan sebagai berikut :
a)
Dalam kaitan
dengan pertumbuhan fisik anak
Perlakuan dan pengasuhan yang baik
disertai dengan lingkungan sehat memungkinkan anak hidup sehat, jauh dari
keadaan yang mempermudah timbulnya sakit dan penyakit perlu sekali di
perhatikan. Pengetahuan praktis mengenai kadar gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan kesehatan anak perlu diketahui orang tua. Juga diperlukan
pengetahuan- pengetahuan praktis mengenai kebutuhan- kebutuhan anak, kebutuhan
dasar dan mineral, untuk memungkinkan anak berkembang sebaik-baiknya.
b)
Dalam
kaitannya dengan perkembangan sosial anak
Pergaulan adalah juga merupakan
suatu kebutuhan untuk memperkembangkan aspek sosial anak. Seorang anak
membutuhkan anak lain atau kelompok yang kira-kira sebaya. Melalui hubungan
dengan lingkungan sosialnya, anak sengaja atau tidak sengaja, langsung atau
tidak langsung terpengaruh pribadinya. Peniruan menjadi salah satu faktor yang
sering terjadi dalam proses pembentukan pribadi anak. Maka penting diperhatikan
siapa atau dengan kelompok mana anak boleh berinteraksi, dianjurkan atau
sebaliknya menghindari atau sesedikit mungkin bergaul.
c)
Dalam
kaitannya dengan perkembangan mental anak
Komunikasi verbal antara orang tua
dengan anak, khususnya pada tahun-tahun pertama kehidupan anak, besar
pengaruhnya untuk perkembangan mentalnya.Anak memahami arti sesuatu mulai dari
yang kongkrit sampai yang abstrak.Kecuali dari usaha anak sendiri yang
bereksplorsi didalam lingkungannya, mendengar, mengamati dan mengolah menjadi
pengetahuan-pengetahuan, juga berasal dari perangsangan- perangsangan yang
diberikan oleh orang-orang yang ada di sekeliling hidup anak.Mengajak anak
berbicara sambil membimbing lebih lanjut mempunyai dampak positif bagi
perkembangan aspek mentalnya.
d)
Dalam
kaitannya dengan perkembangan rohani anak
Pengetahuan anak mengenai perbuatan
baik atau tidak batik, boleh atau tidak boleh dilakukan, diperoleh dari usaha
anak sendiri yang secara aktif memperhatikan, meniru dan mengolah dalam alam
pikirannya dan lebih lanjut menjadi sikap dan perilakunya.Namun dalam banyak
hal peranan dari orang tua juga cukup besar dalam mempengaruhi perkembangan
aspek moral dan rohani anak.
Orang tua sedikit demi sedikit
membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai dengan patokan atau
ukuran orang tua, sesuai dengan kitab suci dan ajaran- ajaran agama.
G.
Adaptasi
Paternal
Jordan (1990) mendeskripsikan 3
proses perkembangan yang dialami oleh calon ayah,yaitu mengaitkan dengan
realitas akan kehamilan dan anak, mengenal peran orang tua dari keluarga dan
lingkungan masyarakat, serta berusaha melihat relevansi akan childbearing.
Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau
perempuan bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang sadar
akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan
perasaan takut kehilangan kasih sayangorang tua. Tingkah laku negatif dapat
muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini
Pada tahapanperkembangan ini, yang termasuk
batita (bawah tiga
tahun) ini adalah usia 1-2 tahun. Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara
lain:
·
Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan menanyakan
perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
dapat mengasuh adiknya.
yang merasa senang dengan kehadiran
angggota baru, tetapi ada juga yang larut dalam
kehadiran anggota baru dalam
keluarganya, misalnya:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Membina rumah tangga dan akhirnya
memiliki anak bukanlah sebuah realita yang begitu saja terjadi, namun memiliki
alur dan interaksi yang unik bahkan pelik jika dipandang sebelah mata.Oleh
karena itu, perlu dilakukan persiapan diri. Persiapan menjadi orang tua bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami .
Hubungan antara anak dengan orangtuanya atau dengan saudaranyaakan menjadi dekat ketika
adanya komunikasi yang baik. Anak akan merasa nyaman dengan dukungan dan nasihat dari orangtuanya
atas kebingungan dan kekhawatiran yang ia alami di awal.
Dalam realitanya, sibling rivalry
tentu terjadi pada keluarga dengan jumlah anak lebih dari satu. Peran bidan
untuk mengatasi sibling rivalry yaitu :
2.
Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik
melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
3.
Memberikan
penjelasan kepada orang tua agar sedini mungkin mengenalkan calon bayi pada
kakaknya.
B. Saran
Menjadi orangtua merupakan dambaan bagi
mereka yang sudah membina rumah tangga. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika
sudah mempersiapkan hal ini sejak awal. Dimulai dari persiapan kehamilan sampai
kelahiran. Namun ini bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami
yang harus mengerti apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjadi orangtua.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen.(2005). Buku Ajar
Keperawatan Maternitas Edisi 4.
Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Murray, Sharon Smith & Emily
Slone McKinney. (2007). Foundations of Maternal-Newborn
Nursing 4th
Edition. Singapore: Saunders
Mamba’ul
‘Ulum Surakarta.
Kyla,B.2009.
Sibling Rivalry. Diunduh 29
Januari 2009, 06: 49 PM. med.umich.edu/yourchild/topics/sibriv.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar