MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS
HIDROSEFALUS
DISUSUN
OLEH :
1. MERLY AYU W (NIM :
130407085)
2. PATMASARI (NIM :130407089)
STIKes ABDI NUSANTARA
JAKARTA
PRODI DIII KEBIDANAN IIB
T.a 2014/2015
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Alhamdulillaahirabbil’alaamiin,
Puji syukur senantiasa
kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat limpahan rahmat, karunia dan hidayah Nya-lah kami dapat
menyelesaikan makalah “Asuhan Kebidanan NEONATUS dengan penyakit Hidrfosefalus“ ini.
Selain bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah asuhan
kebidanan Neonatus , makalah ini juga disusun dengan maksud agar pembaca dapat
memperluas ilmu dan pengetahuan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semua . Amin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
·
Definisi Hydrocephalus
·
Epidemiologi Dari Hidrosefalus
·
Etiologi Hydrocephalus
·
Klasifikasi Hydrocephalus
·
Patofisiologi Dan Pathogenesis
Hydrocephalus
·
Manifestasi Klinis Hydrocephalus
·
Pemeriksaan Diagnostik Hydrocephalus
·
Penatalaksanaan Hydrocephalus
·
Komplikasi Hidrosefalus
·
Prognosis Hidrosefalus
·
Web Of Cause Hydrocephalus
·
Tindakan Bidan Dan Pencegahan
Hdrosefalus
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PEMBAHASAN
1.1
LATAR BELAKANG
Hydrocephalus telah dikenal sajak
zaman Hipocrates, saat itu
hydrocephalus dikenal sebagai penyebab penyakit ayan. Di saat ini dengan
teknologi yang semakin berkembang maka mengakibatkan polusi didunia semakin
meningkat pula yang pada akhirnya menjadi factor penyebab suatu penyakit, yang
mana kehamilan merupakan keadaan yang sangat rentan terhadap penyakit yang
dapat mempengaruhi janinnya, salah satunya adalah Hydrocephalus. Saat ini
secara umum insidennya dapat dilaporkan sebesar tiga kasus per seribu kehamilan
hidup menderita hydrocephalus. Dan hydrocephalus merupakan penyakit yang sangat
memerlukan pelayanan keperawatan yang
khusus.
Hydrocephalus itu sendiri adalah
akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikel serebral, ruang subaracnoid,
ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001). Hydrocephalus dapat terjadi pada
semua umur tetapi paling banyak pada bayi yang ditandai dengan membesarnya
kepala melebihi ukuran normal. Meskipun banyak ditemukan pada bayi dan anak,
sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada oaran dewasa, hanya saja pada
bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih mudah dideteksi dan diagnosis.
Hal ini dikarenakan pada bayi ubun2nya masih terbuka, sehingga adanya
penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang2 tengkorak.
Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak tidak mampu lagi melebar.
1.2 TUJUAN
Tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan
umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat
merancang berbagai cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan
asuhan pada kasus hidrosefalus.
2.
Tujuan Khusus
·
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
definisi Hydrocephalus
·
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
epidemiologi dari hidrosefalus
·
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
etiologi Hydrocephalus
·
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
klasifikasi Hydrocephalus
·
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
patofisiologi dan pathogenesis Hydrocephalus
·
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
manifestasi Klinis Hydrocephalus
·
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
pemeriksaan Diagnostik Hydrocephalus
·
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
penatalaksanaan Hydrocephalus
·
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
komplikasi hidrosefalus
·
Mahasiwa dapat menjelaskan tentang
prognosis hidrosefalus
·
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang
Web of Cause Hydrocephalus
·
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang tindakan
bidan dan pencegahan hdrosefalus
BAB II
MATERI PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Hidrosefalus
(kepala-air, istilah yang berasal dari bahasa Yunani: "hydro"
yang berarti air dan "cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi
ini sering dikenal dengan "kepala air") adalah penyakit yang terjadi
akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal atau CSS).
Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan
menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
Hidrosefalus
adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi
sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis
(Darto Suharso,2009)
Hidrosefalus
adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi,
sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Darsono, 2005:209). Pelebaran
ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan
serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit
atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala
menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et
al, 2007:328).
Hidrocephalus
adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS
(Ngastiyah,2005).
Hidrocepalus
adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel cerebral, ruang
subarachnoid, atau ruang subdural (Suriadi,2006)
Hidrocephalus
adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan
penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSS) di dalam sistem Ventricular. Ketika
produksi CSS lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di
dalam sistem Ventricular (nining,2008).
2.2
Epidemiologi
Insidensi
hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus
kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh
stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua
jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada
semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis.
Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50%
karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa
posterior (Darsono, 2005:211).
2.3
Etiologi
Cairan
Serebrospinal merupakan cairan jernih yang diproduksi dalam ventrikulus otak
oleh pleksus koroideus, Cairan ini mengalir dalam ruang subaraknoid yang
membungkus otak dan medula spinalis untuk memberikan perlindungan serta
nutrisi(Cristine Brooker:The Nurse’s Pocket Dictionary). CSS yang dibentuk
dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam peredaran
darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid yang meliputi seluruh
susunan saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu
sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal
jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus
20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel
500-1500 ml.
Aliran CSS
normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III,
dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV
dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui
sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan
resorbsi CSS oleh sistem kapiler. (DeVito EE et al, 2007:32)
Hidrosefalus
terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah
satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan
CSS diatasnya (Allan H. Ropper, 2005). Teoritis pembentukan CSS yang terlalu
banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya
hidrosefalus, namun dalam klinik sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan
aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah :
1)
Kelainan Bawaan (Kongenital)
- Stenosis akuaduktus Sylvii
merupakan penyebab terbayank pada hidrosefalus bayi dan anak ( 60-90%).
Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal,
yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak
lahit atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran.
- Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus
pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnould-Jhiari
akibat tertariknya medulla spinalis dengan medulla oblongata dan cerebellum
letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan
sebagian atau total.
- Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital Luscha dan Magendie yang
menyebabkan hidrosefalus obtruktif dengan pelebaran system ventrikel terutama
ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya sehingga merupakan suatu kista
yang besar di daerah fosa pascaerior.
- Kista araknoid dan anomali
pembuluh darah
Dapat
terjadi congenital tapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
2)
Infeksi
Akibat
infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi obliterasi
ruangan subarahnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta
terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat pirulen di
aqueduktus sylviin atau system basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien
pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai
beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat
pelebaran jaringan piamater dan arahnoid sekitar system basalis dan daerah
lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat
di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan
pada meningitis purunlenta lokasisasinya lebih tersebar.
3)
Neoplasma
Hidrosefalus
oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS.
Pengobatannya dalam hal ini di tujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor
tidak di angkat, maka dapat di lakukan tindakan paliatif dengan mengalihkan CSS
melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau
akuaduktus Sylvii biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum,
penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
4)
Perdarahan
Perdarahan
sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen
terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat
organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360).
2.4
Klasifikasi
Klasifikasi
hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya, berdasarkan :
- Gambaran klinis, dikenal
hidrosefalus manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus tersembunyi
(occult hydrocephalus).
- Waktu pembentukan, dikenal
hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita.
- Proses terbentuknya, dikenal
hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik.
- Sirkulasi CSS, dikenal
hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans.
Hidrosefalus
interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel, hidrosefalus eksternal
menunjukkan adanya pelebaran rongga subarakhnoid di atas permukaan korteks.
Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang mengalami obstruksi pada aliran
likuor. Berdasarkan gejala, dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan
asimptomatik. Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan dimana faktor-faktor
yang menyebabkan dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi.
Hidrosefalus ex-vacuo adalah sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang
diakibatkan atrofi otak primer, yang biasanya terdapat pada orang tua.
(Darsono, 2005)
Hidrosephalus
pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua:
- Kongenital
Merupakan
Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga :
- Pada saat lahir keadaan otak
bayi terbentuk kecil.
- Terdesak oleh banyaknya cairan
didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel
otak terganggu.
2.
Didapat
Bayi atau
anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah
penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas.
Pada
hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian
terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan
hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan
pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
Berdasarkan
letak obstruksi CSS ( Cairan Serbrospinal ) hidrosefalus pada bayi dan anak ini
juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
- Hydrocephalus komunikan
Apabila
obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas
CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini tidak terdapat
obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat
pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan
darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda
dan gejala – gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)
2.
Hydrocephalus non komunikan
Apabila
obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat
aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus
kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non
komunikan.
Biasanya
diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah bersikulasinya
CSS. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan
dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau diperoleh dari lesi
(space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi
sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular atau bentukan
jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system ventricular.
Pada klien dengan garis sutura yang berfungsi atau pada anak–anak dibawah usia
12–18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda–tanda
dan gejala–gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis
suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan
pembesaran kepala.
3.
Hidrocephalus Bertekan Normal (
Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai
pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan kompresi jaringan
serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial biasanya normal,
gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia, ataxic gait,
incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage
serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70
tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan tersebut.
2.5
Patofisiologi dan Patogenesis
Dikarenakan
kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai
akibat dari tiga mekanisme yaitu:
- Produksi likuor yang berlebihan
- Peningkatan resistensi aliran
likuor
- Peningkatan tekanan sinus
venosa
Konsekuensi
tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK) sebagai
upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya
dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama
perkembangan hidrosefalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari :
- Kompresi sistem
serebrovaskuler.
- Redistribusi dari likuor
serebrospinalis atau cairan ekstraseluler
- Perubahan mekanis dari otak.
- Efek tekanan denyut likuor
serebrospinalis
- Hilangnya jaringan otak.
- Pembesaran volume tengkorak
karena regangan abnormal sutura kranial.
Produksi
likuor yang berlebihan disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor
merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosefalus. Peningkatan resistensi yang
disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional
dalam upaya mempertahankan resorbsi yang seimbang.
Peningkatan
tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena
kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan
peningkatan tekanan intrakranial sampai batas yang dibutuhkan untuk
mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi.
Konsekuensi klinis dari hipertensi vena ini tergantung dari komplians
tengkorak. (Darsono, 2005:212)
2.6
Manifestasi Klinis
Tanda awal
dan gejala hidrosefalus tergantung pada derajat ketidakseimbangan kapasitas
produksi dan resorbsi CSS (Darsono, 2005). Gejala-gejala yang menonjol
merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari
hidrosefalus pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
1. Hidrosefalus
terjadi pada masa neonatus
Meliputi
pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada
masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40 cm, dan pertumbuhan
ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium
terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama pada daerah frontal. Tampak
dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih
terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi
samping kepala tampak melebar dan berkelok. (Peter Paul Rickham, 2003).
2. Hidrosefalus
terjadi pada akhir masa kanak-kanak
Pembesaran
kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi
intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat disertai keluhan
penglihatan ganda (diplopia) dan jarang diikuti penurunan visus. Secara umum
gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia
dua tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala.
Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala
lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal. Makrokrania biasanya
disertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya yaitu:
- Fontanel anterior yang sangat
tegang.
- Sutura kranium tampak atau
teraba melebar.
- Kulit kepala licin mengkilap
dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
- Fenomena ‘matahari tenggelam’
(sunset phenomenon).
Gejala
hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar dibandingkan
dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan kesadaran,
gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala gangguan
batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi).
(Darsono, 2005:213)
Kepala
bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi
besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi
ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan
bandan bayi. Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah
dan keluar dengan penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya
dsitensi vena superfisialis dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.Uji
radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah
– pisah dan pelebaran vontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada
sistim ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan
penebalan jaringan dan adnya massa pada ruangan Occuptional. Pada bayi terlihat
lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe communicating dapat
tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi optik,
spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka
akan terjadi retardasi mental dan fisik.
A.
Bayi :
- Kepala menjadi makin besar dan
akan terlihat pada umur 3 tahun.
- Keterlambatan penutupan
fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit
tinggi dari permukaan tengkorak.
- Tanda – tanda peningkatan
tekanan intracranial antara lain :
- Muntah
- Gelisah
- Menangis dengan suara ringgi
- Peningkatan sistole pada
tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan
pupil, lethargi – stupor.
- Peningkatan tonus otot
ekstrimitas
- Dahi menonjol bersinar atau
mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah terlihat jelas.
- Alis mata dan bulu mata ke
atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas Iris
- Bayi tidak dapat melihat ke
atas, “sunset eyes”
- Strabismus, nystagmus, atropi
optic
- Bayi sulit mengangkat dan
menahan kepalanya ke atas.
B.
Anak yang telah menutup suturanya :
Tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial :
- Nyeri kepala
- Muntah
- Lethargi, lelah, apatis, perubahan
personalitas
- Ketegangan dari sutura cranial
dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
- Penglihatan ganda, kontruksi
penglihatan perifer
- Strabismus
- Perubahan pupil
2.7
Pemeriksaan diagnostik
Selain
dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik
dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang yaitu :
1)
Rontgen foto kepala
Dengan
prosedur ini dapat diketahui:
- Hidrosefalus tipe
kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura,
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio
digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior.
- Hidrosefalus tipe
juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen
kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2)
Transimulasi
Syarat
untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan
dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat
yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada
hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3)
Lingkaran kepala
Diagnosis
hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis
kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala
dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah
penutupan suturan secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4)
Ventrikulografi
Yaitu
dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat
tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel.
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup
untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian
frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai
risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan,
prosedur ini telah ditinggalkan.
5)
Ultrasonografi
Dilakukan
melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan
USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam
menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak
dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada
pemeriksaan CT Scan.
6)
CT Scan kepala
Pada
hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih
besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya
normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi
transependimal dari CSS.
Pada
hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua
sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7)
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk
mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik
scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
2.8
Penatalaksanaan
Penanganan
hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti
penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah
secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga
prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
- Mengurangi produksi cairan
serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi
atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang menghambat
pembentukan cairan serebrospinal.
- Memperbaiki hubungan antara
tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat absorbsi, yaitu
menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid
- Pengeluaran cairan
serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial, yakni:
- Drainase ventrikule-peritoneal
- Drainase Lombo-Peritoneal
- Drainase ventrikulo-Pleural
- Drainase
ventrikule-Uretrostomi
- Drainase ke dalam anterium
mastoid
- Mengalirkan cairan
serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang
berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran cairan
serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik
namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus
diwaspadai terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
- Tindakan bedah pemasangan
selang pintasan atau drainase dilakukan setelah diagnosis lengkap dan
pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah kepala dan
dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang
pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut,
dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di
kepala dan perut dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit
hingga tidak terlihat dari luar.
- Pengobatan modern atau canggih
dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis silicon yang awet,
lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas / “ shunting “:
1. Eksternal
CSS
dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya:
pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal.
2. Internal
a.
CSS dialirkan dari
ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
·
Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna
(Thor-Kjeldsen)
·
Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
·
Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
·
Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
·
Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
b.
“Lumbo Peritoneal
Shunt”
CSS
dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi
terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
Teknik Shunting:
1.
Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis
atau kornu frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2.
Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk
dilakukan analisis.
3.
Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik
yang terletak proksimal dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz,
Holter) maupun yang terletak di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz).
Katup akan membuka pada tekanan yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4.
Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke
dalam atrium kanan jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray
ujung distal setinggi 6/7).
5.
Ventriculo-Peritneal Shunt
1.
Slang silastik ditanam dalam lapisan subkutan
2.
Ujung distal kateter ditempatkan dalam ruang peritoneum.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.
Pada anak-anak dengan kumparan silang yang banyak, memungkinkan tidak diperlukan adanya revisi walaupun badan anak tumbuh memanjang.
Komplikasi yang sering terjadi pada shunting: infeksi, hematom subdural, obstruksi, keadaan CSS yang rendah, ascites akibat CSS, kraniosinostosis.
2.9
Komplikasi
Komplikasi
sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan malfungsi.
Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan didalam ventrikel
dari bahan – bahan khusus ( jaringan /eksudat ) atau ujung distal dari
thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering
menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih
sering diikuti dengan status neurologis buruk.
Komplikasi
yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat dari
infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik,
Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan
ventrikulitis. Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma
yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan
ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal,
perforasi organ-organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan),
fistula hernia, dan ilius.
2.10
Prognosis
Keberhasilan
tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya
anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang
bersama dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis
hidrosefalus infatil mengalami perbaikan bermakna namun tidak dramatis dengan
temuan operasi pisau. Jika tidak dioperasi 50-60% bayi akan meniggal karena
hidrosefalus sendiri ataupun penyakit penyerta. Skitar 40% bayi yang bertahan
memiliki kecerdasan hampir normal. Dengan bedah saraf dan penatalaksanaan medis
yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui masa bayi, sekitar 40% dengan
intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan motorik bermakna.
Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk.
Hidrosefalus
yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta
kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena
penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi
pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40%
anak akan mencapai kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005).
Pada
kelompok yang dioperasi, angka kematian adalah 7%. Setelah operasi sekitar 51%
kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan.
Adalah penting sekali anak hidrosefalus mendapat tindak lanjut jangka panjang
dengan kelompok multidisipliner. (Darsono, 2005)
2.11 TiNDAKAN BIDAN DAN PENCEGAHAN
HIDROSEFALUS
Ketika
pasien datang ke bidan dengan hasil pemeriksaan sebagai berikut :
·
B1 ( Breath ) : Dispnea,
ronchi, peningkatan frekuensi napas
·
B2 ( Blood ) :
Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi
·
B3 ( Brain
) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol
dan mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda,
kontruksi penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat melihat
keatas “ sunset eyes ”, kejang
·
B4 ( Bladder ) : Oliguria
·
B5 ( Bowel ) : Mual,
muntah, malas makan
·
B6 ( Bone )
: Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
·
Observasi tanda – tanda
vital : Peningkatan systole tekanan darah,Penurunan nadi / bradikardia,Peningkatan frekuensi pernapasan.
Maka
hal yang harus dilakukan bidan adalah merujuknya ke RS guna mendapatkan
pennganan yang sesuai dan pengawasan intensif dari dokter ahli. Penganan medis
yang akan didapat pasien yang menderita hidrosefalus telah dibahas pada point
2.8 penatalaksanaan diatas.
Pencegahan
kasus hidrosefalus adalah dengan beberapa pendidikan kesehatan sebaga berikut :
1. Mengajurkan Para Ibu utnuk menjaga
kesehatan kehamilan
2. Mennganjurkan para Ibu untuk
memperhatikan Gizi dan makanan
3. Jika mengetahui tanda – tanda
hidrosefalus pada anak, segera periksa ke Dokter dan tangani secara tuntas
4. Sebaiknya para Ibu jangan terlalu
banyak melakukan pekerjaan yang berat-berat
5. Menganjurkan
Para Ibu untuk memberikan makanan yang bergizi pada anak
6.
Konseling pranikah tentang faktor
genetis yang mungkin dapat menyebabkan kelainan kongenital
7. Konseling gizi seimbang untuk
mencegah kelainan yang dapat menjadi faktor predisposisi hidrosefalus
8. Menjaga kondisi tubuh tetap fit
selama hamil
9. Menganjurkan calon ibu untuk menjaga
kehamilannya dan menghindari hal-hal yang dapat membahayakan kehamilannya
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Hidrocephalus
adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
Hidrochepalus
komunikan
Hidrochepalus
non-komunikan
Hidrochepalus
bertekanan normal
Insidens
hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan kemungkinan
hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing rumah
sakit.
2. Saran
Tindakan
alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang
mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan
terapeutik semacan ini perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymuous,
2010. http://ms32.multiply.com/journal/item/23. Diakses tanggal 23
Oktober 2010
Anonymous,2010.http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/hidrosefalus/.Diakses
tanggal 23 Oktober 2010
Anonymuous,
2010.http://Asuhan keperawatan pada klien ”HIDROSEFALUS” Blog Penuh Cinta.htm.
Diakses tanggal 23 Oktober 2010
Ropper,
Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victor’s Principles Of
Neurology: Eight Edition. USA.
Anonymuous
2010. http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-anak-dengan.html
tanggal akses 20 Oktober 2010 pukul 18.00 WIB
Anonymuous
,2010 .http://putrisayangbunda.blog.com/2009/11/30/asuhan-keperawatan-pada-klien-hidrosefalus-2/.tanggal
akses 20 Oktober 2010 pukul 18.15 WIB
Muttaqin,
arief. 2008, ‘’Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Persyarafan
hal 396-399”.Jakarta, Salemba Medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar