BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang
imunologi kuman atau racun kuman (toksin) di sebut sebagai antigen. Secara
khusus antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya.
Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai
reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang
di luar tubuh di sebut anti bodi. Zat anti terhadap racun yang disebut anti
oksidan. Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung
pada jumlah zat anti yang di bentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan
antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas. Virulen yang baru
untuk pertama kali di kenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit
bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk
membentuk antibodi atau antitoksin terhadap antigen tidaklah terlalu kuat.
Tubuh belum mempunyai pengalaman untuk mengatasinya. Tetapi pada reaksi yang
kedua,ketiga dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang
cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen antibodi, tubuh anak dengan kekuatan
zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman berarti bahwa anak telah
menjadi tebal (imun) terhadap penyakit tersebut. Dari uraian ini, yang penting
ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda akan terhindar dari ancaman penyakit
yang ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak
memberi reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus,
racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak
terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan pertahun,
jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun
menurun. Agar tubuh tetap kebal di perlukan perangsangan kembali oleh antigen,
artinya anak tersebut harus mendapat suntikan atau imunisasi ulangan.
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satu minggu, gangguan
pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Nursalam,
2008).
Besarnya angka pasti kasus demam thypoid di dunia,
sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan
spektrum klinis yang sangat
luas. Data World Health Organization (WHO) tahun 2009,
memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam
thypoid di seluruh dunia
dengan kejadian 600.000 kasus kematian tiap tahun.
Kejadian demam thypoid di
Asia Selatan dan Tenggara termasuk China pada tahun
2010 rata-rata 1.000 per
100.000 penduduk per tahun. Kejadian demam thypoid
tertinggi di Papua New Guinea
sekitar 1.208 per 100.000 penduduk per tahun. Kejadian
di Indonesia
masih tinggi yaitu 358 per 100.000 penduduk pedesaan
dan 810 per 100.000
penduduk perkotaan per tahun dengan rata-rata kasus
per tahun 600.000-1.500.000 penderita. Angka kematian demam thypoid di
Indonesia masih tinggi dengan CFR sebesar 10%.
Di Indonesia prevalensi 91% kasus demam thypoid
terjadi pada umur 3-19 tahun.
Demam thypoid masih merupakan penyakit infeksi tropik
sistematik, bersifat endemis, dan masih merupakan problema kesehatan. Di
Indonesia penderita demam thypoid cukup banyak diperkirakan 800 per 100.000
penduduk 2 pertahun dan tersebar di mana-mana. Demam thypoid
dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak,
umur 5-9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari
perempuan dengan perbandingan 3:1.
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi sistematik
yang disebabkan kuman batang gram
negatif Salmonella typhi maupun Salmonella para
typhiA, B, C. Penyakit ini
ditularkan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman
tersebut, dikenal sebagai penularan tinja-mulut
(Fecaloral). Oleh karena itu,
penting kebiasaan untuk hidup bersih (Ngastiyah,
2005).
Pada pasien demam thypoid biasanya mengalami gangguan
pemenuhan
nutrisi karena menderita kelainan berupa adanya
tukak-tukak pada usus halus
sehingga makanan harus di sesuaikan. Diet yang di
berikan ialah makanan yang
mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein,
dan tidak menimbulkan
gas serta pemberiannya harus melihat keadaan pasien
(Ngastiyah, 2005).
Masalah yang terjadi pada pasien demam thypoid
diantaranya yaitu
hipertermi dan dapat terjadi penurunan kesadaran,
nyeri pada ulu hati yang
disebabkan karena proses inflamasi pada usus,
kekurangan volume cairan,
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan dan dapat
terjadi resiko infeksi (Suriadi, 2010).
B. Rumusan masalah
a.
apa saja definisi dari imunisasi ?
b.
reaksi apa saja yang akan timbul ?
c.
apa saja jenis vaksin ?
d. perbedaan
imunisasi aktif dan pasif ?
e.
penyakit apa saja yang harus di cegah dengan vaksin ?
f.
bagaimana cara pemberian imunisasi ?
g.
apa saja efek samping dari imunisasi ?
C. Tujuan
a.
mengetahui apa saja definisi dari imuniasasi
b.
untuk mengetahui reaksi apa saja pada imunisasi
c.
untuk mengetahui apa saja jenis imunisasi
d.
untuk mengetahui perbedaan imunisasi aktif dan pasif
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian imunisasi
Sistem imunisasi
dapat mencegah antigen menginfeksi tubuh. Sistem imunitas ini bersifat alami
dan artificial. Imunisasi bersifat spesifik dan non spesifik. Saat antigen
menginfeksi tubuh, imunitas non spesifik yang terdiri dari sel komplemen dan
makrofag akan bertarung dengan cara memakan zat antigen tersebut. Setelah itu
baru imunitas spesifik yang menyempurnakan perlawanan dari imunitas kata.
Imunitas spesifik terdiri dari imunitas humoral dan imunitas seluler.
Sistem pertahanan
humoral menghasilkan imonoglobulin (IgM, IgA, IgD, IgG, IgE), sedangkan sistem
pertahanan seluler terdiri dari sel limfosit B dan sel limfosit T (sel Th1,
Th2, Tc). Pada tahap selanjutnya, imunitas spesifik menghasilkan suatu sistem
memori. Pada masa anak-anak imunitas seluler akan berkembang spesifik setelah
2-3 tahun, sedangkan imunitas humoral harus menunggu sampai 6-9 tahun.
(Proverawati A dan Andhini CSD, 2010)
Imunitas antifecial,
bekerja secara aktif dan pasif, bekerja secara aktif bila sesuatu zat
diinduksikan ke dalam tubuh yang bertujuan untuk merangsang sistem imun mengeluarkan
antibodi , sebagai contoh adalah imunisasi. Bekerja secara pasif jika
menyuntikan serum yang berisi antibodi kedalam tubuh, sebagai contoh serum bisa
ular. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti resisten atau kebal.
(Proverawati A dan Andhini CSD, 2010)
Imunisasi merupakan
suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merasngsang
antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu.
Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin
masuk ke dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut
dan sistem memori akan menyimpannya sabagai suatu pengalaman. Jika nantinya
tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antingen yang sama dengan vaksin maka
antibodi akan tercipta lebih cepat dan banyak walaupun antigen bersifat lebih
kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya. Oleh karena itu imunisasi
efektif mencegah penyakit infeksius. (Proverawati A dan Andhini CSD, 2010)
Imunisasi dapat
dilakukan pada orang dewasa ataupun anak – anak, pada anak–anak karena sistem
imun belum sempurna. Sedangkan pada usia 60 tahun terjadi penurunan sistem imun
nonspesific seperti produksi air mata menurun, mekanisme batuk tidak efektif,
gangguan pengaturan susu, dan perubahan fungsi sel sistem imun, baik seluler
maupun humoral. Dengan demikian usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi,
penyakit autoimun dan keganasan. Namun usia lanjut masih menunjukkan respon
yang baik terhadap polisakarida bakteri, sehingga pemberian vaksin dapat meningkatkan
antibodi dengan efektif. (Proverawati A dan Andhini CSD, 2010)
B. Tujuan imunisasi anjuran
Kebanyakan imunisasi
bertujuan untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang
berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.
Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi
(karena biasanya disuntik), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini
demi untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang. (Aminah MS, 2009)
Tujuan imunisasi
anjuran sama dengan tujuan imunisasi pada umumnya yaitu untuk melindungi dan
mencegah terhadap penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan
anak. Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi, yang
diwajibkan ada 6 macam penyakit: tuberkolosis (TBC), difteri, pertusis (batuk
rejan atau batuk 100 hari), tetanus, poliomielitis, dan campak. Sedangkan
imunisasi yang di anjurkan seperti penyakit radang hati (hepatitis), penyakit
gondongn (mums), penyakit campak jerman (rubella), penyakit tifes paratifes,
penyakit kolera (Aminah MS, 2009).
C.Jenis – jenis Imunisasi
Menurut
Proverawati A dan Andhini CSD (2010) imunisasi ada 2 macam, yaitu:
1.Imunisasi
aktif
Merupakan pemberian
suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun
tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,
sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh
imunisasi aktif adalah iminisasi polio atau campak.
2.Imunisasi
pasif
Merupakan suatu
proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara memberikan zat imunoglobulin,
yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari
plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta ) atau
binantang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk
dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh Imunisasi pasif adalah penyuntikkan ATS
(Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain
adalah terdapat pada bayi yang baru lahir diman bayi tersebut menerima berbagai
jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama kandungan, misalnya
antibodi terhadap campak.
D.Pelayanan imunisasi
Kegiatan
pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan operasional rutin dan khusus.
Kegiatan tersebut adalah:
1.Kegiatan
imunisasi rutin
Kegiatan imunisasi
rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus menerus harus
dilakukan pada periode waktu yang telah ditentukan. Kegiatan ini terdiri atas;
Imunisasi
dasar pada bayi
1.Imunisasi ini
dilakukan pada bayi umur 0-11 bulan, meliputi: BCG, DPT, Polio, Hepatitis,
Campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar yang lengkap, terdiri dari
BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, Hepatitis 3 kali dan Campak 1 kali. Untuk
menilai kelengkapan status imunisasi dasar bayi, dapat dilihat dari cakupan
imunisasi campak, karena pemberian imunisasi campak dilakukan paling akhir,
setelah keempat imunisasi dasar pada bayi yang lain telah dilakukan.
1.
Imunisasi pada wanita
usia subur (WUS)
2.
Imunisasi pada anak
sekolah dasar
2.Imunisasi
tambahan
Merupakan kegiatan
imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan
atau evaluasi. Kegiatan ini tidak rutin dilakukan, karena hanya ditujukan untuk
penanggulangan penyakit tertentu. Berikut beberapa kegiatan imunisasi tambahan:
Backlog
fighting
Merupakan upaya aktif
dalam melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur 1-3 tahun. Sasaran
utama dari backlog fihgting adalah desa atau kelurahan yang belum mencapai desa
UCI selama dua tahun berturut-turut. Universal child imunization (UCI) adalah
tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil,
wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi lengkap pada bayi
meliputi: 1 dosis BC, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 3 dosis Hepatitis B, 1 dosis
Campak. Pada ibu hamil dan wanita usia subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak
sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis TT
(hristopher, yayan A. 2009).
Crash
program
Kegiatan ini
ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah
terjadinya KLB (kejadian luar biasa). Pemilihan lokasi crash program didasarkan
atas beberapa kriteria, yaitu: Angka kematian bayi tinggi dan angka PD3I
(penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi) tinggi, infrastruktur (tenaga,
sarana, dana kurang) dan desa selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai
target UCI (Universal Child Imunization).
3.Imunisasi
dalam penanggulangan kejadian luar biasa (KLB)
4.Kegiatan
imunisasi khusus, seperti:
·
Pekan imunisasi
nasional (PIN)
·
Sub pekan imunisasi
nasional
·
Cactch-up campaign
campak
Walaupun
imunisasi merupakan suatu hal yang lazim dilakukan, tetapi perlu kehati-hatian dalam
melakukannya.
Kontra
indikasi pemberian imunisasi
Kontra
indikasi dalam pemberian ada 3, yaitu:
1.
Analvilaksis atau
reaksi hipersensitiva (reaksi tubuh yang terlalu sensitif) yang hebat merupakan
kontraindikasi mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam
dan panas lebih dari 380C merupakan kontraindikasi pemberian DPT atau HB1 dan
campak.
2.
Jangan berikan vaksin
BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS, sedangkan vaksin
yang lainnya sebaiknya diberikan.
3.
Jika orang tua sangat
berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit, lebih baik
jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah
sehat.
Penanganan
bagi bayi yang mengalami kondisi sakit, sebaiknya tetap diberikan imunisasi:
1.
Pada bayi yang
mengalami alergi atau asma imunisasi masih bisa diberikan. Kecuali jika alergi
pada komponen khusus dari vaksin yang diberikan.
2.
Sakit ringan seperti
infeksi saluran pernafasan atau diare dengan suhu dibawah 38,50C.
3.
Riwayat keluarga tentang
peristiwa yang membahayakan setelah imunisasi. Riwayat yang belum tentu benar
ini membuat keengganan bagi ibu untuk memberikan imunisasi pada anaknya, akan
tetapi hal ini bukan masalah besar, jadi imunisasi masih tetap diberikan.
4.
Pengobatan antibiotik,
masih biasa diberikan bersamaan dengan pemberian munisasi.
5.
Dugaan infeksi HIV
atau positif terinfeksi HIV dengan tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala
AIDS, jika menunjukkan tanda-tanda dan gejala AIDS kecuali imunisasi BCG,
imunisasi yang lain tetap berlaku.
6.
Anak diberi ASI,
bukan masalah pemberian ASi jika disertai pemberian imunisasi.
7.
Pemberian imunisasi
juga dapat dilakukan pada bayi yang sakit kronis, seperti penyakit jantung
kronis, paru-paru, ginjal atau liver.
8.
Pada penderita down’s
syndrome atau pada anak dengan kondisi saraf yang stabil seperti kelumpuhan
otak yang disebabkan karena luka, imunisasi boleh saja diberikan.
9.
Bayi yang lahir
sebelum waktunya (prematur) atau berat bayi saat lahir rendah.
10.
Sebelum atau pasca
operasi.
12.
Riwayat sakit kuning
pada kelahiran.
E.Macam2 imunisasi anjuran
Imunisasi anjuran
merupakan imunisasi non program seperti MMR (Mumps Measles Rubella), Hib
(Hemophilus Influenzae tipe B), menginitis, influenza, IPD (Invasive
Pneumococcal Disease), tifoid dan hepatitis A (Sostroasmoro, 2007).
F.imunisasi tipoid
Ada 2 jenis vaksin
tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral (Vivotif) dan vaksin
suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam tifoid alias penyakit
tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini
hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-minuman yang
tidak higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran
cerna.
Gejala khas
terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang berangsur-angsur meningkat
setiap hari, bisa sampai 400c. Biasanya di pagi hari demam akan menurun tapi
lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala lainnya adalah mencret, mual berat,
muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan acuh tak acuh
bahkan bengong, dan tidur pasif (tak banyak gerak). Pada tingkat ringan atau
disebut paratifus (gejala tifus), cukup dirawat di rumah. Anak harus banyak
istirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan minum antibiotik yang
diresepkan dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di rumah sakit. Penyakit
ini, baik ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah
kekambuhan. Selain juga untuk menghindari terjadi komplikasi karena dapat
berakibat fatal.
Namun pencegahan
tetaplah yang terbaik, terlebih Indonesia merupakan negara endemik penyakit
tifus.
1).
Pemberian imunisasi
jenis-jenis
vaksin anti-typhoid
Di
Malaysia, terdapat 2 jenis vaksin anti-typhoid yang digunapakai iaitu vaksin
yang berbentuk pil(untuk dimakan) dan vaksin yang diberikan melalui suntikan.
Namun begitu penggunaan vaksin suntikan lebih popular berbanding pil di
Malaysia.
Vaksin tifoid pil:
§
Vaksin diberikan
dalam bentuk kapsul. Diberikan 3 kapsul yang dimakan pada hari ke 1, 3, dan 5.
§
vaksin diberikan
kepada individu yang berumur lebih dari 6 tahun ke atas.
§
Imunisasi diberikan
setiap 3 tahun bagi pengendali makanan.
Vaksin Tifoid suntikan:
§
Vaksin disuntikkan di
lengan atau paha.
§
vaksin diberikan kepada
individu yang berumur lebih dari 2 tahun ke atas.
§
Imunisasi diberikan
setiap 3 tahun bagi pengendali makanan.
2).
Efek samping
Kemerahan di tempat
suntikan. Juga bisa muncul demam, nyeri kepala/pusing, nyeri sendi, nyeri otot,
nausea (mual), dan nyeri perut Umumnya berupa bengkak, nyeri, ruam kulit, dan
(jarang dijumpai). Efek tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Dua jenis vaksin yang tersedia di
Indonesia antara lain vaksin subunit dan live attenuated vaccine.
Vaksin subunit ini diberikan sekali
dan dapat melindungi kita selama tiga tahun, dan hanya perlu diulang tiga tahun
berikutnya. Efektifitasnya bisa mencapai 50-80%. Selain vaksin subunit ada pula
jenis vaksin lain yang berisi kuman hidup yang telah dilemahkan. Jenis vaksin
hidup ini hanya diberikan untuk anak berusia di atas lima tahun dengan
dosis empat kapsul setiap dua hari sekali selama satu minggu. Untuk anak
berusia lebih dari dua tahun, diberikan dalam bentuk cair 3-4 dosis setiap dua
hari sekali. Vaksin ini harus diminum sebelum makan. Perlindungannya juga
mencapai tiga tahun.
Perlu diketahui, kedua jenis vaksin
ini tidak dapat diberikan bagi ibu hamil dan menyusui.
G. Siapa dan kapan harus vaksinasi?
Vaksinasi typhoid direkomendasikan
untuk beberapa prioritas kelompok sebagai berikut :
·
mereka
yang berinteraksi dekat dengan penderita typhoid karier.
·
tinggal
/ merawat anggota keluarga yang sedang terkena tipes.
·
para
pekerja laboratorium yang bekerja dengan materi yang berkaitan dengan bakteri salmonella typhi.
·
Dokter
yang memegang bangsal dan memeriksa pasien tiphoid
·
anak –
anak usia sekolah ( rentang usia 5 – 15 tahun ) merupakan kelompok usia yang
paling sering terkena typhoid.
·
Orang
yang ingin mendapat perlindungan terhadap penyakit Tipes
Intinya semua orang yang tinggal di
daerah endemis tipes perlu mendapatkan vaksinasi.
H. Apakah vaksin demam typhoid aman dan efektif?
Salah satu jenis vaksin yang tersedia saat ini adalah vaksin demam
typhoid polisakarida  inaktif. Beberapa keunggulan vaksin jenis ini
diantaranya, efektifitasnya yang baik untuk mencegah typhoid dengan perlindungan hingga 3 tahun, tingkat kenyamanan dengan efek samping
lokal yang bersifat sementara dan segera hilang.
Sebuah studi terbaru di India melaporkan,vaksin ini tak hanya efektif
melindungi individu yang divaksin dari demam tifoid, keluarga dan lingkungan di
sekitarnya pun dapat ikut merasakan manfaatnya. Dalam dunia kesehatan, fenomena
ini disebut herd immunity,yaitu ketahanan kelompok terhadap
serangan penyakit, di mana sebagian besar anggotanya bersifat imun (kebal).
I.Bagaimana cara mendapatkan vaksinasi demam typhoid?
Vaksin tifoid adalah vaksin yang masih
langka di Indonesia, oleh karena itu sulit untuk mendapatkan vaksinnya, hanya
klinik Imunisasi saja yang sedia vaksin tifoid.
J.Pengertian Thypoid
Demam thypoid ialah
penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan
kesadaran. Penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhosa, basil gram negatif
yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora (Ngastiyah, 2005).
Demam thypoid ialah suatu penyakit infeksi menular
yang menyerang
pada saluran pencernaan di bagian usushalus (Murwani,
2011).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut pada usus
halus yang disebabkan oleh
Salmonella typhosa(Nugroho, 2011).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari
satu minggu,
gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran
(Nursalam, 2008).
K.Etiologi
Menurut Nursalam(2008), penyebab demam thypoid adalah
Salmonella typhosa yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
b.Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen, yaitu
antigen O (somatic),
antign H(flagella), dan antigen Vi. Dalam serum pasien
terdapat zat anti (aglutinin)
terhadap ketiga macam antigen tersebut.
L.Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut sebagian kuman akan
dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus
halus,
ke jaringan
limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk
keperedaran darah (bakterimia primer), dan mencapai sel-sel endoteleal, hati,
limpa, dan organ-organ lainnya.
Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir
saat sel-sel retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dalam peredaran darah dan
menimbulkan bakterimia untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk kebeberapa
jaringan organ tubuh, terutama limpa, usus, dan kandung empedu.Pada minggu
pertama sakit, terjadi hyperplasia plaks player. Ini
terjadi pada kelenjar limfoid usus halus. Minggu kedua
terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks peyer. Pada
minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus
dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar,
kelenjar mesentrial dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan
kelainan pada saluran disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Suriadi, 2010).
M.Gambaran Klinis
Menurut Ngastiyah (2005), gambaran klinis demam
thypoid pada
anak biasanya lebih ringan dari pada orang dewasa.
Masa tunas 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa
inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal,
yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,
pusing tidak bersemangat dan nafsu makan kurang. Gambaran klinis yang biasa
ditemukan ialah :
a.Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu,
bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada
dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsung turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
b.Gangguan pada saluran pencernaan.
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir
kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated
tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen
dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar
disertainyeri pada perabaan. Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga
dapat diare atau normal.
c.Gangguan Kesadaran
Umunya kesadaran pasien menurun yaitu apatis sampai
somnolen, jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakit berat dan
terlambat mendapatkan pengobatan).
Menurut Suriadi (2010), gejala klinis demam thypoid
yaitu:
1.Nyeri kepala, lemah, lesu.
2.Demam tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3
minggu, minggu pertama peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh
meningkat pada malam hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu
tubuh terus meningkat, dan pada minggu ketiga suhu berangsur angsur turun dan
kembali normal.
3.Gangguan pada saluran cerna: halitosis,
bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput
putih kotor (coated tongue), meteorismus,
mual, tidak nafsu makan, hepatomegali, splenomegali
yang disertai nyeri pada perabaan.
4.Gangguan kesadaran: penurunan kesadaran (apatis,
somnolen).
5.Komplikasi
Menurut Ngastiyah (2005), pada usus halus umumnya
jarang terjadi tetapi bila terjadi. Apabila komplikasi ini terjadi pada anak,
maka dapat berakibat fatal seperti:
1.Perdarahan Usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika pendarahan banyak dapat terjadi melena,
dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
2.Perforasi usus
Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan
bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan
terdapat udara diantara hati dan diafragma
pada foto rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan
tegak.
3.Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa
perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat,
dinding abdomen tegang (defence musculair).
b.Komplikasi di luar usus
Komplikasi di luar usus terjadi karena lokalisasi
peradangan akibat sepsis (bakteremia)
yaitu meningitis, kolesistitis, ensefalopati, dll.
Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.
N. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Suriadi (2010), pemeriksaan diagnostik pada
pasien demam
thypoid yaitu:
a.Pemeriksaan darah tepi: leukopenia, limfositosis,
anemia,
b.Pemeriksaan sumsum tulang: menunjukkan gambaran
hiperaktif sumsumtulang
c.Biakan empedu: terdapat hasil Salmonella typhosa pada
urin dan tinja.
Jika pada pemeriksaan selama dua kali berturut-turut
tidak didapatkan basil Salmonella typhosa pada urine dan tinja, maka pasien
dinyatakan betul-betul sembuh.
d.Pemeriksaan widal: didapatkan titer terhadap antigen
O adalah 1 per 200 atau lebih, sedangkan titer terhadap antigen H walaupun
tinggi akan tetap tidak bermakna untuk menegakkan diagnosis karena titer H
dapat tetap tinggi setelah dilakukan immunisasi atau bila penderita telah lama
sembuh.
Menurut Ngastiyah (2005), pemeriksaan diagnostik pada
pasien demam thypoid adalah:
a.Pemeriksaan darah tepi yang terdapat gambaran
leukopenia, limfositosis relative pada permulaan sakit.
b.Darah untuk kultur (biakan empedu) dan widal. Biakan
empedu untuk menemukan
Salmonella typhosadan pemeriksaan widal merupakan
pemeriksaan yang dapat menetukan diagnosis thypus secara pasti.
O .Penatalaksanaan
Menurut Suriadi (2010), penatalaksaan pasien demam
thypoid yaitu:
a.Isolasi, desinfeksi pakaian, dan ekskreta
b.Istirahat selama demam hingga dua minggu
d.Pemberian antibiotik kloramfenikol dengan dosis
tinggi
P. Asuhan Keperawatan Anak dengan Masalah Nutrisi
dengan Thypoid
Menurut Nursalam (2008), asuhan keperawatan anak
yaitu:
a.Pengkajian
1.Identitas
2.Keluhan utama berupa demam mencapai 39-40 0C, mual,
muntah, anoreksia, diare, sakit kepala, nyeri otot.
3.Riwayat kesehatan meliputi A (antropometric
measurement) pengukuran antropometri,
B (biochemical
data) data biomedis, C (clinical sign) tanda-tanda klinis status gizi, D
(dietary) tentang diet.
4.Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama tiga
minggu, bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu ketiga, suhu
berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
5.Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak
seberapa dalam yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau
gelisah (kecuali bila penyakitya berat dan terlambat mendapat pengobatan).
6.Pemeriksaan fisik
a.Mulut,
terdapat nafas
yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah (ragaden).
Lidah tertutup selaput putih kotor (coated
tongue),sementara ujung dan tepinya berwarna
kemerahan, dan jarang disertai tremor.
b.Abdomen,
dapat ditemukan
keadaan perut kembung (meteorismus).Bisa terjadi konstipasi, atau mungkin diare atau normal.
Q. Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Demam Thypoid
Pasien demam thypoid umunya menderita gangguan
kesadaran apatik sampai sopor-koma, delirium (yang berat) disamping anoreksia
dan demam lama. Keadaan ini menyebabkan kurangnya masukan nutrisi sehingga
nutrisi yang penting untuk masa penyembuhan berkurang pula, dan memudahkan
timbulnya komplikasi. Selain itu, pasien demam thypoid menderita kelainan berupa
adanya tukak-tukak pada usus halus sehingga makanan harus di
sesuaikan. Diet yang di berikan ialahmakanan yang
mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan
gas serta pemberiannya harus melihat keadaan pasien.
Jika keadaan pasien masih baik, diberikan makanan
lunak dengan lauk pauk dicincang (hati, daging), sayuran labu siam atau wortel
yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau
matang direbus. Susu diberikan 2x1 gelas per hari, jika makanan tidak habis
diberikan ekstra susu.
Jika keadaan pasien menurun sekali diberikan makanan
cair per sonde, kalori sesuai dengan kebutuhannya. Pemberian diatur setiap 3
jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah, bubur kacang hijau yang
dihaluskan. Jika keadaan pasien membaik makanan beralih secara bertahap ke
lunak (Ngastiyah, 2005).
Pada mulanya penderita thypoid Menurut Pudiastuti
(2011), dapat diberikan bubur saring kemudian bubur kasar untuk menghindari
komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus. Pada penderita demam thypoid,
diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup serta rendah selulosa
(rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Makanan yang
dapat diberikan yaitu:
a.Pada minggu pertama dapat diberikan diet cair seperti
susu, bubur kacang hijau yang dihaluskan.
b.Pada minggu kedua apabila sudah sedikit membaik
diberikan diet lunak seperti bubur dan tim.
c.Pada minggu ketiga apabila sudah membaik dapat
diberikan nasi biasa
dalam porsi sedikit secara bertahap.
Penyebab Kekurangan Nutrisi Pada Pasien Thypoid
Menurut Murwani (2011), penyebab kekurangan nutrisi
pada pasien
demam thypoid adalah penurunan nafsu makan yang di
tandai dengan mual,
R. Bagaimana Agar Tidak Terkena Tiphoid ?
Bila anda sering menderita tifoid
kemungkinan besar makanan atau minuman yang Anda konsumsi tercemar bakterinya.
Hindari jajanan di pinggir jalan terlebih dahulu. Atau telur ayam yang dimasak
setengah matang pada kulitnya tercemar tinja ayam yang mengandung bakteri
Tipes.
Untuk mencegah agar seseorang
terhindar dari penyakit ini kini sudah ada Vaksin Tipes atau Tifoid yang
disuntikkan dan dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun. Mintalah Dokter
anda memberikan imunisasi tersebut.
Daya tahan tubuh juga harus
ditingkatkan seperti gizi yg baik, tidur 7-8 jam/24 jam, olah raga secara
teratur 3- 4 kali seminggu selama 1 jam. Bagi orang yang pernah mengalami
penyakit Tipes sebaiknya tidak melakukan kegiatan yang sangat melelahkan.
Karena akan lebih mudah kambuh kembali daripada orang yang sama sekali belum
menderita Tipes.
Hindarilah makanan yang tidak bersih.
Cucilah tangan sebelum makan. Bagi penderita carrier (tidak menderita penyakit
ini, namun dapat menyebarkan bakterinya) tetap mengkonsumsi obat.
BAB III
PENUTUP
A.kesimpulan
1. Typoid
adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and
Sudart, 1994 ).
2. Penularan
salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses.
3.
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui
makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus
halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati
dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan
rasa nyeri saat diraba.
4. Tanda
dan gejalah :Minggu I Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan
malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia
dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
Dan pada Minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus,
penurunan kesadaran.
B.Saran
- Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidupumumnya adalah baik.
- Dengan kasus demam typoid, semoga bisa menjadi acuan pemahaman mengenai bagian-bagian yang terkait dengan demam typoid, dan dapat mengetahui cara pencegahan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, Suprohaitan, Wahyu Ika W,
Wiwiek S. Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius. FKUI Jakarta. 2000.
Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I. Edisi ke Tiga. FKUI.
Jakarta. 1997.
Behrman Richard. Ilmu Kesehatan Anak. Alih
bahasa: Moelia Radja Siregar & Manulang. Editor: Peter Anugrah. EGC.
Jakarta. 1992.
Joss, Vanda dan Rose, Stephan. Penyajian Kasus pada Pediatri. Alih
bahasa Agnes Kartini. Hipokrates. Jakarta.
1997.
Ranuh, Hariyono dan Soeyitno, dkk. Buku
Imunisasi Di Indonesia, edisi pertama. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta. 2001.
Samsuridjal Djauzi dan Heru Sundaru. Imunisasi Dewasa. FKUI.
Jakarta. 2003.
Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi.
EGC. Jakarta. 1998.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar