BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah-masalah
yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan yang
dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara
persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut
sebagai cedera atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya
tekanan tulang pelvis. Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri
dengan perawatan yang baik dan adekuat.
Keberhasilan penatalaksanaan kasus
kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan dasar dan penentuan
diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan serta
perawatan pasca operasi. Penatalaksanaan perioperatif yang baik akan
meningkatkan keberhasilan penanganan kelainan bayi dan anak.
B.
Ruang Lingkup
Masalah
Ruang
lingkup pembahasan yang akan dibahas yaitu mengenai penonjolan dari usus pada
bayi baru lahir atau biasa disebut omfalokel.
C. Tujuan
dan Maksud Penulisan
1.
Mahasiswa mampu
mempelajari dan melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi lahir dengan trauma
lahir
2.
Untuk
mengingatkan kita kembali, untuk semaksimal mungkin melakukan penatalaksanaan
perioperatif pada obstuksi usus untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas pada
bayi dan anak
D. Metodologi
Penulisan
Metodologi
penulisan merupakan cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau
pemecahan suatu masalah yang pada dasarnya menggunakan metode ilmiah, dalam
penyusunan makalah ini kami menggunakan metode studi pustaka melalui
referensi-referensi yang ada di perpustakaan kampus maupun internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Omfalokel
Omfalokel
adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke luar dinding perut
disekitar umbilicus, benjolan terbungkus dalam suatu kantong. Omfalokel terjadi
akibat hambatan kembalinya usus ke rongga perut dari posisi ekstraabdominal di
derah umbilicus yang terjadi dalam minggu ke enam sampai ke sepuluh kehidupan
janin. Hambatan kembalinya usus ini menjelaskan pula tingginya kejadian
malrotasi organ visera pada omfalokel (50%). Protusi isi rongga perut tersebut
dilapisi kantong transparan yang terdiri atas lapisan dalam peritoneum dan
lapisan luar amnion. Tali pusat tampak terletak di daerah apeks kantong dengan
pembuluh darah umbilicus meluncur sepanjang kantong masuk ke dalam perut.
Dinding kantong ini mudah robek pada waktu kelahiran bayi. Bila dinding kantong
robek, maka dapat memperburuk prognosis bayi. Angka kejadian omfalokel berkisar
1 per 5000-10000 kelahiran, dan akan lebih sering ditemukan pada kelahiran
premature. Terkadang kelainan ini bersamaan dengan terjadinya kelainan
congenital lainnya, misalnya Sindrom Down. Pada omfalokel yang kecil, umunya
isi kantong terdiri atas usus saja sedangkan pada yang besar dapat pula berisi
hati atau limpa.
B. Penyebab
Terjadinya Omfalokel
Omfalokel disebabkan oleh kegagalan
alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu
sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat terlihat dengan
adanya prostrusi (sembilan) dari kantong yang serisi usus dan visera abdomen
melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol
keluar). Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat pecah
dan terjadi infeksi.
(Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta: EGC, 1997).
Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan jantung.
(Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta: EGC, 1997).
Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan jantung.
C. Patofisiologi
Omfalokel
Disebabkan oleh
kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin berumur
10 minggu sehingga menyebabkan timbulnaya omfalokel atau omphalocel. Kelaianan
ini dapat segera dilihat yaitu berupa protrusi dari kantong yang berisi usus
dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus. Angka kematian
tinggi apabila omfalokel besar karena akantong pecah dan terjadi infeksi. (DR.
Iskandar Wahidiyat (FKUI), 1985).
Suatu
portusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat. Selama 6 – 10 minggu
kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam abdomen, pada tali
pusat karena abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10 – 11 minggu, normalnya
usus akan berpindah kemabali ke dalam abdomen. Ketidakmampuan usus untuk
bermigrasi secara normal akan menyebabkan Omphalocele. Omphalocele biasanya
ditutupi oleh membrane yang dilindungi oleh visera. Bayi dengan omphalocele
mempunyai insiden yang tinggi terhadap obnormalitas yang lain, seperti
imperforasi, agenesis colon dan defek diafragma atau jantung (Jackson,
D.B.& Sounders, 1993).
Kelainan
kongenital Omfalokel dan Gastrischisis
Embriogenesis.Pada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akanmasuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.Pangkal umbilicus sering kali terkena infeksi staphylococcus aureus. Hal ini dapat terjadi jika penanganan alat-alat yang dipakai tidak steril maupun pada perawatan sehari-hari (perawatan tali pusat). Pada tempat ini terjadi radang dan dapat mengeluarkan nanah, sekitarnya merah dan terdapat odem. Pada keadaan berat, infeksi dapat menjalar ke hepar melalui ligament falsiforme dan menyebakan abses yang multiple. Pada keadaan kronik dapat terjadi glanuloma pada umbilicus.
Embriogenesis.Pada janin usia 5 – 6 minggu isi abdomen terletak di luar embrio di rongga selom. Pada usia 10 minggu terjadi pengembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akanmasuk ke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terjadi kantong di pangkal umbilikus yang berisi usus, lambung kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amnion yang keduanya bening sehingga isi kantong tengah tampak dari luar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dari titik terlemah di kanan umbilikus, usus akan berada di luar rongga perut tanpa dibungkus peritoneum dan amnion, keadaan ini disebut gastroschisis.Pangkal umbilicus sering kali terkena infeksi staphylococcus aureus. Hal ini dapat terjadi jika penanganan alat-alat yang dipakai tidak steril maupun pada perawatan sehari-hari (perawatan tali pusat). Pada tempat ini terjadi radang dan dapat mengeluarkan nanah, sekitarnya merah dan terdapat odem. Pada keadaan berat, infeksi dapat menjalar ke hepar melalui ligament falsiforme dan menyebakan abses yang multiple. Pada keadaan kronik dapat terjadi glanuloma pada umbilicus.
D. Pemeriksaan
/Diagnosa
1. Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan
atau tanpa hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir.
Pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut
tanpa adanya kantong.
2. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP).
Diagnosis prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan
peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai
dengan peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
3. Pemeriksaan radiology
Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik
dengan memperlihatkan marker structural dari kelainan kariotipik.
Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk
mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis
Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus
dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.
Diagnosis omphalokel ditegakkan berdasarkan gambaran
klinis dan dapat ditegakkan pada waktu prenatal dan pada waktu postnatal
1. Diagnosis prenatal
Diagnosis prenatal terhadap omphalokel sering
ditegakkan dengan bantuan USG. Defek dinding abdomen janin biasanya dapat
dideteksi pada saat minggu ke 13 kehamilan, dimana pada saat tersebut secara
normal seharusnya usus telah masuk seluruhnya kedalam kavum abdomen janin.
2. Diagnosis postnatal
(setelah kelahiran)
Gambaran klinis bayi baru lahir dengan omphalokel
ialah terdapatnya defek sentral dinding abdomen pada daerah tali pusat. Defek
bervarasi ukurannya, dengan diameter mulai 4 cm sampai dengan 12 cm, mengandung
herniasi organ¬-organ abdomen baik solid maupaun berongga dan masih dilapisi
oleh selaput atau kantong serta tampak tali pusat berinsersi pada puncak
kantong. Kantong atau ,elaput tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan luar berupa
selaput amnion dan lapisan dalam berupa peritoneum. Diantara lapisan tersebut
kadang-kadang terdapat lapisan Warton's jelly. Warton's jelly adalah jaringan
mukosa yang merupakan hasil deferensiasi dari jaringan mesenkimal (mesodermal).
E.
Pengobatan
Pengobatan
omfalokel adalah tindakan bedah dengan tujuan untuk memasukan protusi usus dan
menutup lubang hernia tersebut. Pada protusio yang kecil dan kantong tidak
robek serta tidak ada komplikasi atau kelainan kengenital lainnya maka tindakan
bedah dapat dilakukan secepatnya. Pada protusi yang besar, tindakan bedah di
lakukan bertahap untuk menghindarkan problem kenaikan tekanan intraabdominal
secara mendadak. Tindakan konservatif dapat dilakukan agar kantong tidak robek,
maka organ visera yang keluar dibungkus dengan kain kasa steril yang dibasahi
dengan larutan garam faal secara teratur untuk mencegah mengeringnya organ
visera serta mencegah bahaya infeksi. Tubuh bayi di jaga agar jumlah penguapan
tubuh tidak bertambah karena adanya omfalokel tersebut menambah luas permukaan
tubuh bayi. Di samping itu, di pasang pula pipa nasogastrik untuk travena.
Antibiotic spectrum luas dapat segera diberikan.
Pada
omfalokel besar yang bungkusnya tidak robek dan belum memungkinkan untuk tindakan
bedah ,maka tindakan konservatif dilakukan dengan jalan memoles kantong dengan
larutan gentian violet atau larutan betadine. Pemakaian merkurokrom akhir-akhir
ini jarang dipakai karena ditakutkan adanya keracunan merkuri. Ada yang menutup
protusi ini dengan film poliuretan steril. Lambat laun kantong diharaokan akan mengkerut
dan dinding kantong menebal sedngkan dinding perut bayi telah memulai
berkembang membesar, sehingga tindakan operasi dapat di lakukan. Yang penting
selama tindakan konservatif adalah kantong jangan sampai robek.
F. PENATALAKSANAAN
Terapi:
Pengobatan yang diberikan
ialah dapat diberikan saleb yang mengandung neomisin dan basitroasin, selain
itu dapat dipakai juga saleb gentamisin. Bila terdapat granolosa kelainan ini
dapat diberi orgentinitras 3%. Pencegahan dapat dilakukan dengan perawatan tali
pusat yang baik sebelum dilakukan pembedahan.
Medis:
Operasi, operasi dilakukan segera setelah lahir tetapi mengingat bahwa
memasukkan semua usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomen akan
menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru hingga timbul ganggu pernafasn,
maka operasi biasanya ditunda beberapa bulan.
Keperawatan:
Masalah perawatan yang dapat terjadi adanya resiko infeksi sebelum
dilakukan operasi bila kantong belum pecah, dioleskan merkurokrom setiap hari
untuk mencegah infeksi. Operasi ditunda beberapa bulan menunggu terjadinya
penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut setelah diolehsi merkurokrom,
ditutup dengan kasa steril, diatasnya ditutup lagi dengan kapas agak tebal baru
dipasang gurita. Bila bayi dipulangkan, pesankan kepada ibunya untuk
mencegah infeksi dan ajarkan cara merawatnya seperti yang dilakukan di RS serta
kapan harus datang konsultasi.
G. TINDAKAN
BIDAN BILA MENEMUKAN
Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan jika
menjumpai pasien anak/ bayi yang mengalami omfalokel,
adalah merujuk. Kerena jika mengalami keterlambatan dalam merujuk maka akan
mengalami cedera pada usus dan infeksi perut.
H. PENCEGAHAN
Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat,
vitamin B komplek dan protein.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 5.000 kelahiran. Usus terlihat dari luar melalui selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).
Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan jantung. Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel bervariasi, tergantung kepada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin hanya usus yang menonjol; tetapi jika lubangnya besar, hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, dimana isi perut terlihat dari luar melalui selaput peritoneum. Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut, segera dilakukan pembedahan untuk menutup omfalokel.
DAFTAR PUSTAKA
Apotik online dan media informasi obat – penyakit : medicastore.com
Askeb neo – TRAUMA KELAHIRAN PADA BAYI BARU LAHIR «BIDANKU…SAHABATKU.html.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Editor: Setiawan. Jakarta: EGC.
Pincus Eatzel dan Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. EGC : Jakarta.
http:\\www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar