BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan suatu keadaan
fisiologis dimana berlangsungnya pemulihan kembali yang dimulai dari persalinan
selesai sampai kembali seperti sebelum hamil. Ini merupakan masa yang sulit
bagi ibu yang baru bersalin. Sebagian besar organ-organ tubuh ibu mengalami
involusi dan penyesuaian dari masa kehamilan, bersalin dan kesiapan untuk
menyusui.
Beberapa hal yang berpengaruh pada
masa nifas adalah penyesuaian sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem
hemotologi, sistem pernapasan. Perubahan fisiologis yang terjadi
jika masih dalam keadaan wajar. Patologis yang terjadi pada kedua sistem ini
sangat berpengaruh berlangsungnya masa nifas. Pengenalan dini dan penanganan
tepat akan menentukan prognosis ibu dan bayi.
B. Rumusan Masalah
o
Bagaimana
fisiologi ibu nifas pada sistem endokrin ?
o
Bagaimana
fisiologi ibu nifas pada sistem kardiovaskuler ?
o
Bagaimana
fisiologi ibu nifas pada sistem hematologi ?
o
Bagaimana
fisiologi ibu nifas pada sistem pernapasan ?
C. Tujuan
a.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem endokrin.
b.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem kardiovaskuler.
c.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem hematologi.
d.
Agar
mahasiswa dapat mengetahui fisiologi ibu nifas pada sistem pernapasan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Perubahan Sistem
endokrin
2.1.1 Pengertian
sistem endokrin
Sistem
endokrin terdiri dari sekelompok organ yang fungsi utamanya adalah menghasilkan
dan melepaskan hormon-hormon
secara langsung kedalam aliran darah.
2.1.2
Perubahan
sistem endokrin
Keadaan
hormone plasenta menurun dengan cepat,hormone plasenta laktogen tidak dapat
terdeteksi dalam 24 jam post partum,hormone HCG menurun dengan cepat,estrogen turun
sampai 10%.
Hormon
pituary menyebabkan prolaktin meningkat dengan cepat selama kehamilan,wanita
yang tidak laktasi prolaktin menurun sampai keadaan sebelum hamil dapat
dipengaruhi seberapa banyak ibu menyusui.
Hipolamik
pituari ovarium mempengaruhi untuk seluruh wanita,menstruasi pertama sering
menurut siklus anovulasi atau siklus yang diasosiasikan dengan ketidak cukupan
fungsi korpus luteum.diantara wanita laktasi,15% memperoleh menstruasi setelah
6 minggu dan 45% setelah 12 minggu.
Adanya
perubahan dari hormone plasenta yaitu estrogen dan progesterone yang menurun. Hormon-hormon pituitary
mengakibatkan prolaktin meningkat,FSH menurun,dan LH menurun. Produksi asi mulai pada
hari ke 3 post partum yang mempengaruhi hormone prolaktin,oksitosin,reflek letting down dan reflek sucking. Selama proses persalinan
terdapat perubahan pada system endokrin.
Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut
antara lain :
a.
Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta
menyebabkan penurunan hormone yang diproduksi oleh plasenta. Hormone plasenta menurun
dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta menyebabkan kadar gula menurun
pada masa nifas. HCG(Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 post partum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke 3 post partum.
b.
Hormone Pituitary
Hormone
pituitary antara lain : hormone prolaktin, FSH dsn LH. Hormone prolaktin darah
meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2
minggu. Hormone prolaktin berperan dalam pembesaran
payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke 3 dan LH
tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c.
Hipotalamik
Pituitary Ovarium
Hipotalamik
pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita
yang menyusui maupun
yang tidak menyusui. Pada wanita yang menyusui mendapatkan menstruasi pada 6
minggu pasca melahirkan berkisar 16 % dan 45 % setelah 12 minggu pasca
melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan
menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24
minggu.
d.
Hormon oksitosin
Hormone
oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap
otot uterus dan
jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormone oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin,
sehingga dapat membantu involusi uteri.
e.
Hormone estrogen
dan progesterone
Volume
darah normal selama kehamilan,
akan meningkat. Hormone estrogen yang tinggi akan memperbesar hormone
antidiuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormone
progesterone mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus,
dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.
Selama
kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ± 135%. Akan tetapi, kelenjar
ini tidak begitu mempunyai arti penting dari kehamilan. Pada perempuan yang
mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon
prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya,
setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga
ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui.
Kelenjar
tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saat persalinan akibat
dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan vaskularisasi. Pengaturan konsentrasi
kalsium sangat berhubungan erat dengan magnesium, fosfat, hormon paratiroid,
vitamin D, dan kalsitonin. Adanya gangguan pada salah satu faktor itu akan
menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi plasma hormon paratoid
akan menurun pada trimester pertama dan kemudian akan meningkat secara
progresif. Aksi yang penting dari hormon paratirod ini adalah untuk memasok
janin dengan kalsium yang adekuat. Selain itu, juga diketahui mempunyai peran
dalam produksi peptida pada janin, plasenta, dan ibu. Pada saat hamil da
menyusui dianjurkan untuk mendapat asupan vitamin D 10 µg atau 400 IU¹⁰.
Kelenjar
adrenal pada kehamilan normal akan mengecil, normal akan mengecil, sedangkan
hormon androstenedion, testosteron, diokikortikosteron, aldostreron, dan
kortisol akan meningkat. Sementara itu, dehidroepiandrosteron sulfat akan
menurun.
2.2 Perubahan sistem
kardiovaskuler
2.2.1
Pengertian
Sistem kardiovaskuler atau
peredaran darah adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel.
2.2.2
Perubahan sistem kardiovaskuler
Setelah terjadi
diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali
kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali
normal pada hari ke-5.
Meskipun kadar
estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun
kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu
mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan darah
harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.
Volume darah
normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin, meningkat selama
kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon estrogen, yang
dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali.
Aliran ini
terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu
mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya progesteron membantu
mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada
jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama
persalinan.
Kehilangan darah
pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan darah
dengan persalinan SC menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri
dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan pervaginam,
hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan SC hemokonsentrasi cenderung stabil dan
kembali normal setelah 4-6 minggu.
Pasca melahirkan
shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah.
Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia.
Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya,
hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post partum.
Tiga perubahan fisiologi pascapartum yang melindungi
wanita:
- Hilangnya
sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah maternal 10%
sampai 15% .
- Hilangnya
fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasolitasi.
Terjadinya mobilisasi air
ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil.
Contohnya : Curah Jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung
meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadan ini
meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang
biasanya melintasi sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali kesirkulasi umum.
2.3 Perubahan Sistem Hematologi
Ilmu
yang mempelajari sistem darah serta jaringan yang membentuk darah.
2.3.2 Perubahan sistem hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan
kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah
peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan
hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 setelah persalinan.
Jumlah sel darah putih (leukosit) selama 10-12 setelah
persalinan umumnya berkisar antara 20.000-25.000/mm, faktor pembekuan darah
akan terjadi ekstensif setelah persalinan yang bersama dengan pergerakan,
trauma atau sepsis bisa menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi tertinggi
dan pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat pelepasan plasenta.
Pada masa hamil didapat hubungan pendek antara
sirkulasi ibu dan plasenta kemudian setelah melahirkan akan hilang dengan
tiba-tiba, volume darah ibu relatif bertambah sehingga beban jantung bertambah
menyebabkan dekompensasi kordis pada penderita-penderita vitium kordis. Diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi maka volume darah
kembali seperti sediakala ini terjadi pada hari ke 3 ke 15 postpartum.
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan kadar
fibrinogen dan plasma serta faktor – faktor pembekuan darah meningkat. Pada
hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Leokositosis adalah meningkat jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa
postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25.000
atau 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan eritrosit akan sangat
bervariasi pada awal postpartum disebabkan dari volume darah, volume plasenta
dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingakatan ini dipengaruhi oleh
status gizi wanita tersebut. Jika hematokrit dari hari pertama atau kedua lebih
rendah dari titik 2 % atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal,
maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2% kurang
lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada
kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari
ke 3 sampai ke 7 post partum dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu
pertama post partum berkisar 500-800ml dan selama sisa masa nifas berkisar
500ml.
2.4 Perubahan Sistem Pernapasan
2.4.1
Pengertian
Peristiwa menghirup udara
dari luar yang mengandung oksigen(O2), serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung karbondioksida(CO2) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh.
2.4.2 Perubahan Sistem Pernafasan
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah
±6cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik ±4cm selama
kehamilan.Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. Perubahan ini akan
mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti sediakala
dalam 24 minggu setelah persalinan.
a.
Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2
derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5
derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja
keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada
hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada
pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi
pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan
suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
b.
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per
menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih
cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan
infeksi atau perdarahan post partum.
Tindakan Bidan :
Bidan
memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun
peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain sebagai berikut :
1.
Memberikan
dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu
untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologisselama masa nifas.
2.
Sebagai promotor
antara hubungan ibudan bayi serta keluarga.
3.
Mendorong ibu
untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4.
Membuat
kebijakan perncanaan program kesehatan
yang berkaitan dengan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5.
Mendeteksi
komplikasi dan perlunya rujukan.
6.
Memberikan
konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya , menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan
kebersihan yang aman.
7.
Melakukan
manajemen asuhan dengan vara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana
tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
8.
Memberikan
asuhan secara profesional
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah masa setelah
lahirnya hasil konsepsi sampai pulihnya organ reproduksi seperti sebelum hamil,
pada masa ini banyak terjadi perubahan yang di alami oleh wanita postpartum
pada sistem endokrin terjadi perubahan peningkatan dan penurunan hormon –
hormon, pada sistem kardiovaskuler terjadi perubahan pada volume darah dan
curah jantung, pada sistem hematologi terjadi perubahan pembekuan sel-sel
darah, sedangkan cepat lambatnya sistem pernapasan di pengaruhi oleh suhu dan
nadi. Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis.
Oleh karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memahami
perubahan-perubahan tersebut agar dapat memberikan penjelasan dan intervensi
yang tepat kepada pasien.
3.2 Saran
- Keluarga
Bagi suami maupun keluarga diharapkan agar lebih
aktif, turut serta dalam menjaga kesehatan ibu. Dan dapat memberikan dukungan
secara psikis maupun moril terhadap ibu yang menghadapi masa post
partum.Mendukung kinerja pemerintah dalam menurunkan AKI.
- Tenaga
kesehatan
Bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan di harapkan
agar meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan asuhan kebidanan, serta lebih
peka untuk mengidentifikasi tanda bahya dalam persalinan agar dapat segera di
tangani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar