IMUNISASI
ANJURAN HEPATITIS A
KELOMPOK 20
Disusun Oleh
EKA DARMA
JUWITA
ORIS SUSANTI
SRI NURISMA
DESITA
WULANDARI
STIKES ABDI
NUSANTARA JAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillaahirabbil’alaamiin, puji syukur senantiasa kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat, karunia dan
hidayahNya-lah kami dapat menyelesaikan makalah”Ajuran imunisasi hepatitis
A” ini.
Selain bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Askeb makalah ini
juga disusun dengan maksud agar pembaca dapat memperluas ilmu dan pengetahuan
tentang bagaiamana anjuran imunisasi hepatitis A.
Kritik dan saran selalu kami harapkan demi penyempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta,30 oktober 2014
DAFTAR ISI
Halaman judul..........................................................................................................
i
Daftar isi .............................................................................................................. ii...........
Kata Pengantar........................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang .................................................................................................. 1
1.2.Identifikasi
Masalah........................................................................................... 1
1.3.Rumusan
Masalah.............................................................................................. 1
1.4.Tujuan ............................................................................................................. 1
1.5.Manfaat
Penelitian............................................................................................. 1
BAB II.
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Hepatitis A....................................................................................... 2
2.2
Penyebab dan Cara Penularan Hepatitis............................................................ 2
2.3 Tanda dan Gejala ............................................................................................ 3
2.4 Pencegahan........................................................................................................ 4
2.5 Vaksin .............................................................................................................. 4
2.6 Imunisasi Hepatitis A......................................................................................... 5
BAB
IIIKESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan........................................................................................................ 6
B. Saran...................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Imunisasi
merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui
imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan
jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan
harus dirawat di rumah sakit.
Dengan
imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka
memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah
kesehatan. Namun demikian, sampai saat ini masih terdapat masalah-masalah dalam
pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih kurang pada
sebagian masyarakat, mitos salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi
yang terlambat.
Untuk
mengatasi masalah tersebut, diperlukan kerja sama lebih erat lagi antara masyarakat,
orang tua, petugas kesehatan, pemerintah, LSM, maupun akademisi. “Keberhasilan
upaya imunisasi telah terbukti dapat menyelamatkan jiwa manusia dari penyakit
infeksi berat seperti polio, difteri, pertusis, tetanus, campak, hepatitis,
dll,” dikatakan dr Badriul Hegar, Sp.A(K), Ketua Umum PP-IDAI.
Pada
kesempatan sama, dr Toto Wisnu Hendrarto, Sp.A, Ketua Panitia Simposium,
mengatakan, ”Data terakhir WHO, terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa
per tahun akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, misalnya: batuk
rejan 294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%), campak 540.000 (38%). Di Indonesia
sendiri, UNICEF mencatat sekitar 30.000-40.000 anak di Indonesia setiap tahun
meninggal karena serangan campak, ini berarti setiap dua puluh menit seorang
anak Indonesia meninggal karena campak."
Dr
Theresia Sandra Dyah Ratih, Kasubdit Imunisasi Ditjen P2ML Kemenkes RI
mengemukakan, ”Saat ini pemberian imunisasi untuk masyarakat dilakukan di
tempat-tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, klinik bersalin,
puskesmas, posyandu, dan praktek dokter swasta. Setiap tahun dilayani imunisasi
rutin kepada sekitar 4,5 juta (4.485.000) anak usia 0-1 tahun (diberikan vaksin
BCG satu kali, polio empat kali, DPT/HB tiga kali dan campak pada usia 9 bulan satu
kali), imunisasi BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) campak dan Td
(tetanus difteri) pada anak kelas satu, imunisasi Td (tetanus difteri)
pada anak kelas dua dan tiga, dengan sasaran sekitar 12.521.944 anak
sekolah (kelas satu sampai tiga), dan 4,9 juta (4.933.500) ibu
hamil dari sekitar 74 juta (74.983.674) WUS (Wanita Usia Subur)
untuk sasaran vaksin TT (Tetanus Toxoid).”
“Sasaran
tadi belum termasuk pemberian imunisasi tambahan (SIA/Supplement Immunization
Activity), misalnya pelaksanaan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) pada saat
terjadi Kejadian Luar Biasa polio, crash program campak pada daerah risiko
terjadi campak, imunisasi Td pada anak sekolah kelas empat, lima dan enam SD di
daerah-daerah risiko terjadinya kejadian luar biasa penyakit difteri di Jawa
Timur,” lanjutnya.
Lebih
lanjut dikemukakan dr Theresia, “Untuk mencapai cakupan tinggi dan merata di
setiap daerah, tentunya tidak bisa bekerja sendiri, sangat dibutuhkan
kemitraaan dengan pihak profesional seperti dengan para petugas medis lainnya.
Perawat, bidan, dokter umum maupun para dokter anak untuk
turut membantu memberikan pelayanan dan penjelasan pentingnya imunisasi
kepada masyarakat.”
“Hambatan
program imunisasi antara lain karena geografis negara Indonesia terdiri dari
pulau-pulau, ada yang sangat sulit dijangkau, sehingga pelayanan imunisasi
tidak dapat dilakukan setiap bulan, perlu upaya-upaya khusus di
daerah dan pendekatan luar biasa pada kawasan strategis, perkotaan,
pedesaan dan khususnya kawasan terisolir untuk mencapai sasaran, kemitraan
dengan program kesehatan lainnya seperti pelayanan KIA (Kesehatan Ibu dan
Anak), gizi, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Khususnya hambatan yang
berupa rumor dan isu-isu negatif tentang imunisasi, maka kepada para profesional
inilah kami mohon bantuannya untuk memberikan informasi bahwa vaksin yang
disediakan pemerintah aman, telah melalui tahapan-tahapan uji klinik dan izin
edar dari BPOM. Vaksin yang dipakai program imunisasi juga sudah mendapat
pengakuan dari Badan International WHO dan lolos PQ (praqualifikasi).”
“Ke
depan kita akan terus menggiatkan kampanye imunisasi supaya seluruh anak
Indonesia mendapatkan pelayanan imunisasi lengkap, sehingga anak-anak Indonesia
memiliki kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
sehingga dapat menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan. Hal ini akan
membantu percepatan pencapaian MDG-4. (Millenium Development Goal point 4),”
demikian dijelaskan dr Theresia.
“Sebagai
penerus bangsa, anak Indonesia harus sehat secara fisik maupun mental.
Imunisasi adalah pilihan terbaik untuk mencegah penyakit. Pemerintah dan orang
tua berkewajiban memberi upaya kesehatan terbaik demi tumbuh kembang anak,“
dikatakan Prof DR dr Sri Rezeki S. Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi
IDAI. ”Terdapat beberapa hal yang menghalangi dilakukannya imunisasi pada bayi,
antara lain sulitnya menjangkau populasi yang tidak dapat terakses fasilitas
kesehatan, menolak imunisasi, imunisasi yang terlambat, imunisasi ulangan tidak
diberikan, persepsi negatif terhadap imunisasi, bahkan pemikiran bahwa
imunisasi dapat menyebabkan efek samping berbahaya, yang seharusnya orang tua
lebih takut kepada penyakitnya daripada efek samping yang pada umumnya ringan,
kegagalan vaksin-vaksin baru dan karena takut pada keamanan imunisasi,”
tambahnya.
”Hal
yang penting diperhatikan adalah keteraturan dalam pemberian imunisasi. Jadwal
disesuaikan dengan kelompok umur yang paling banyak terjangkit penyakit
tersebut. Hasil beberapa penelitian melaporkan bahwa kadar kekebalan (antibodi)
yang terbentuk pada bayi lebih baik daripada anak yang lebih besar, maka
sebagian besar vaksin diberikan pada umur enam bulan pertama kehidupan.
Beberapa jenis vaksin memerlukan pemberian ulangan setelah umur satu tahun,
untuk mempertahankan kadar antibodi dalam jangka waktu lama,” ditekankan Prof
Sri Rezeki.
Hepatitis
merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati.
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus,
identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C,
D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester
Monica, 2002 : 93)
Penyakit
hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia.
Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun
gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru,
w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis
atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi
hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat
infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa
panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa
hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan
akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru
sembuh dalam waktu satu bulan.
(http://www2.kompas.com/ver1/Kesehatan/0710/19/o32215.htm )
Menurut guru
besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga ketua
kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis menginfeksi
sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000 orang
meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di Indonesia
sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari jumlah
yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati. Sebanyak
90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis. Karena
itu, pemeriksaan menjadi penting.
Insiden
hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit ini menjadi penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang
tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah atau pekerjaan untuk
waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus diperkirakan
berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari
keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada umumnya
klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau penurunan
nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan toksin oleh
hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal sehingga
klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat memproduksi enegi
metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus terapi nutrisi yang
didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau enteral bila penggunaan
standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak mungkin untuk
mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral lebih ditujukan
pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu mengkonsumsi masukan
nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena status perubahan metabolik
atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari saluran gastrointestinal
mencegah pemberian makan enteral. Asam amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin
dan elektrolit dapat diinfuskan melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E.
Doengoes, 1999: 758)
Pentingnya
mengetahui penyebab hepatitis bagi klien adalah apabila ada anggota keluarga
menderita penyakit yang sama, supaya anggota keluarga dan klien siap menghadapi
resiko terburuk dari penyakit hepatitis beserta komplikasinya sehingga
penderita mampu menyiapkan diri dengan pencegahan dan pengobatan yaitu:
penyediaan makanan dan air bersih yang aman, sistem pembuangan sampah yang
efektif, perhatikan higiene secara umum, mencuci tangan, pemakaian kateter,
jarum suntik dan spuit sekali pakai serta selalu menjaga kondisi tubuh dengan
sebaik-baiknya. Apabila hal ini tidak dilakukan dengan benar dan teratur
berarti keluarga dan penderita harus siap menerima resiko komplikasi lainnya
dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan
memerlukan asuhan keperawatan yang tepat, disamping itu juga memerlukan
pengetahuan dan keterampilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan,
sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari seperti memberi penjelasan
tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan gejala, pengobatan,
perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau pengobatan tidak dilakukan.
1.2 Identifikasi
Masalah
Dari latar belakang diatas dalam makalah ini penulis
mengidentifikasikan malakah imunisaspada Hepatitis A
1.3 Rumusan
Masalah
1.Apa itu imunisasi ?
2. Apa itu imunisasi hepatiti A?
3. Apa ituHepatitis A ?
4. Apa penyebab dan bagaimana cara
penularan penyakit hepatitis A?
3. Apa tanda dan gejala dari penyakit hepatitis itu?
4. Bagaimana cara pencegahan
penyakit hepatitis itu?
1.4 Tujuan
Untuk mengetahui Penyakit Hepatitis A, cara penularan
dan cara pencegahan penyakit hepatitis
1.5 Manfaat
penelitian
Untuk menambah pengetahuan tentang penyakit hepatitis
A dan cara pencegahan penyakit hepatitis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Imunisasi
Imunisasi adalah
pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke
dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal
atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, s
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, s
ehingga rentan
terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan
satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai
penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
2.2
Imunisasi Anjuran
Imunisasi
anjuran merupakan imunisasi non program seperti MMR (Mumps Measles Rubella),
Hib (Hemophilus Influenzae tipe B), menginitis, influenza, IPD (Invasive
Pneumococcal Disease), tifoid dan hepatitis A (Sostroasmoro, 2007).
2.3 Imunisasi
Hepatitis A
Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini menempel di makanan, minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anak lain maka dia akan tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap VHA atau tidak, harus dilakukan tes darah.
Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari dengan rata-rata kurang lebih 28 hari. Setelah itu barulah muncul gejala seperti lesu, lelah, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, rasa tak enak di bagian kanan atas perut, demam, merasa dingin, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan batuk. Biasanya berlangsung 4-7 hari. Selanjutnya, urine mulai berwarna lebih gelap seperti teh. Biasanya kuning ini menghilang.
Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini menempel di makanan, minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anak lain maka dia akan tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap VHA atau tidak, harus dilakukan tes darah.
Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari dengan rata-rata kurang lebih 28 hari. Setelah itu barulah muncul gejala seperti lesu, lelah, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, rasa tak enak di bagian kanan atas perut, demam, merasa dingin, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan batuk. Biasanya berlangsung 4-7 hari. Selanjutnya, urine mulai berwarna lebih gelap seperti teh. Biasanya kuning ini menghilang.
Tak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A, karena sesungguhnya penyakit ini dapat sembuh sendiri. Pengobatan dilakukan hanya untuk mengatasi gejala seperti demam dan mual. Selebihnya, anak harus banyak istirahat dan mengonsumsi makanan bergizi.
Meski tak separah hepatitis B, bukan berarti kita boleh menganggap remeh
hepatitis A. Pasalnya, penyakit yang kerap disebut penyakit kuning ini, bisa
menjadi berat bila terjadi komplikasi. Jadi, pencegahan tetap diperlukan, yakni
dengan pemberian imunisasi hepatitis A. Disamping, menjaga lingkungan agar
selalu bersih dan sehat, termasuk kebersihan makanan dan minuman.
a. Pemberian imunisasi
Dapat diberikan saat anak berusia 2 tahun, sebanyak 2 kali dengan interval pemberian 6-12 bulan.
b. Efek samping
Umumnya, tak menimbulkan reaksi. Namun, meski sangat jarang, dapat muncul rasa sakit pada bekas suntikan, gatal, dan merah, disertai demam ringan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.
c. Tingkat kekebalan
Efektif mencekal hingga 90%.
a. Pemberian imunisasi
Dapat diberikan saat anak berusia 2 tahun, sebanyak 2 kali dengan interval pemberian 6-12 bulan.
b. Efek samping
Umumnya, tak menimbulkan reaksi. Namun, meski sangat jarang, dapat muncul rasa sakit pada bekas suntikan, gatal, dan merah, disertai demam ringan. Reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.
c. Tingkat kekebalan
Efektif mencekal hingga 90%.
2.4
Pengertian Hepatitis A
Hepatitis A adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebarkan
oleh kotoran/tinja penderita; biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan
melalui aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan
dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Sementara hepatitis
B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual dan
lebih berbahaya dibanding hepatitis A.
Hepatitis adalah inflamasi/radang
dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap berbagai kondisi terutama
virus, obat-obatan dan alkohol.
(Ester monika, 2002 : 93)
Hepatitis adalah infeksi sistemik
yang dominan menyerang hati.Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk
infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn inflamasi pada sel-sel hati yang
menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia serta seluler yang
khas. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)
Hepatitis adalah suatu proses
peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa awam sering disebut
dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri
sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit
hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever
adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat
menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang
hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul
Huda)
Hepatitits adalah suatu proses
peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta bahan – bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999).
Hepatitis virus merupakan infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang
khas. (Smeltzer, 2001)
Dari beberapa pengertian di atas
dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan
hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2.5
Penyebab dan Cara Penularan
Hepatitis
Hepatitis A pada umumnya dapat di
tulari melalui mulut, misalnya melalaui gelas atau sendok bekas yang di pakai
penderita hepatitis A. Kadang – kadang dapat juga melalui keringat penderita
atau melalui jarum suntik bekas yang di pakai pada penderita pengdapa hepatitis
A.
Penularan virus Hepatitis
A atau Hepatitis Virus tipe A (HVA) melalui fecal oral,
yaitu virus ditemukan pada tinja. Virus ini juga mudah menular
melalui makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi, juga terkadang melalui
hubungan seks dengan penderita.
Gejala Hepatitis A biasanya tidak muncul sampai Anda
memiliki virus selama beberapa minggu. Hepatitis A sangat terkait
dengan pola hidup bersih. Dalam banyak kasus, infeksi Hepatitis A tidak pernah
berkembang hingga separah Hepatitis B atau C sehingga tidak akan menyebabkan
kanker hati. Meski demikian, Hepatitis A tetap harus diobati dengan baik karena
mengurangi produktivitas bagi yang harus dirawat di rumah sakit.
Waktu terekspos sampai kena penyakit kira-kira 2 sampai 6 minggu.
Penderita akan mengalami gejala-gejala seperti demam, lemah, letih, dan
lesu, pada beberapa kasus, seringkali terjadi muntah-muntah yang terus menerus
sehingga menyebabkan seluruh badan terasa lemas. Demam yang terjadi adalah
demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu
pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
2.6
Tanda dan Gejala
Seringkali tidak ada bagi anak
kecil;
Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3
stadium:
1. Pendahuluan (prodromal) dengan
gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan mual;
2. Stadium dengan gejala kuning (stadium
ikterik); dan
3. Stadium kesembuhan
(konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk
memastikan diagnosis dilakukan
pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada
hepatitis A juga bisa terjadi radang
saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan
alkali fosfatase dapat dilakukan d
samping kadar bilirubin.
Tanda dan gejala Hepatitis A yaitu:
a. Kelelahan
b. Mual dan muntah
c. Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama
di daerah hati (pada sisi kanan bawah tulang rusuk)
d. Kehilangan nafsu makan
e. Demam
f. Urin berwarna gelap
g. Nyeri otot
h. Menguningnya kulit dan mata (jaundice).
Masa pengasingan yang disarankan
Selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu setelah penyakit
kuning muncul. Pasien juga diharapkan menjaga kebersihan. Dan lebih baik
dirawat dirumah sakit agar mendapat bantuan medis yang memadai
2.5 Pencegahan
Kasus-kasus ringan Hepatitis A biasanya tidak memerlukan pengobatan dan
kebanyakan orang yang terinfeksi sembuh sepenuhnya tanpa kerusakan hati
permanen.
Perilaku hidup bersih seperti mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan
sesudah dari toilet adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi diri
terhadap virus Hepatitis A. Orang yang dekat dengan penderita mungkin
memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dalam
bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B
(Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua kali, yaitu vaksinasi dasar dan
booster yang dilakukan 6-12 bulan kemudian, sementara imunisasi hepatitis B
dilakukan tiga kali, yaitu dasar, satu bulan dan 6 bulan kemudian. Imunisasi
hepatitis A dianjurkan bagi orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni
asrama dan mereka yang sering jajan di luar rumah.
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A, sebab infeksinya
sendiri biasanya akan sembuh dalam 1-2 bulan. Namun untuk mengurangi dampak
kerusakan pada hati sekaligus mempercepat proses penyembuhan, beberapa langkah
penanganan berikut ini akan diberikan saat dirawat di rumah sakit.
1. Istirahat. Tujuannya untuk memberikan energi yang
cukup bagi sistem kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi.
2. Anti mual. Salah satu dampak dari infeksiHhepatitis A
adalah rasa mual, yang mengurangi nafsu makan. Dampak ini harus diatasi karena
asupan nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan.
3. Istirahatkan hati. Fungsi hati adalah memetabolisme
obat-obat yang sudah dipakai di dalam tubuh. Karena hati sedang mengalami sakit
radang, maka obat-obatan yang tidak perlu serta alkohol dan sejenisnya harus
dihindari selama sakit.
Pencegahannya untuk Hepatitis A adalah melakukan vaksinasi yang juga
tersedia untuk orang-orang yang berisiko tinggi.
BAB III
KESIMPULAN
dan SARAN
A.
KESIMPULAN
Imunisasi adalah
pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan
terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagi seseorang. Imunisasi
berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya
akan memberikan kekebalan atau resistensi pada
penyakit itu saja, sehingga untuk
terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Hepatitis A adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebarkan
oleh kotoran/tinja penderita; biasanya melalui makanan (fecal - oral), bukan
melalui aktivitas seksual atau melalui darah. Hepatitis A paling ringan
dibanding hepatitis jenis lain (B dan C). Sementara hepatitis
B dan C disebarkan melalui media darah dan aktivitas seksual dan
lebih berbahaya dibanding Hepatitis A.
B.
SARAN
1. Biasakan untuk selalu hidup
bersih dan sehat
2. Selalu periksa kesehatan
atau vaksinasi jika sudah terjangkit penyakit hepatitis
DAFTAR
PUSTAKA
Ester, Monica. 2002
. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Inayah, Iin. 2004. Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta: Salemba
Medika
Oswari, 2006. Penyakit Dan
Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru
Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku
Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Vol 2. Jakarta : EG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar