MASALAH
DALAM PEMBERIAN ASI
DisusunOleh :
1.
Resy Nira Sovia
2.
Risti Azita
3.
Sella Putri Utami
PROGRAM STUDI DIII
KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
JAKARTA
2014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha
esa, karena berkat kemurahanNya makalah
ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami
membahas “Masalah Pemberian ASI” yang
selalu dialami oleh seluruh manusia terutama pada bayi,balita dan
anak-anak.
Makalah ini dibuat dalam rangka
memperdalam pemahaman masalah
transplantasi yang sangat diperlukan
dalam suatu harapan mendapatkan keamanan dalam membantu kita untuk selalu memantaukeadaan anak balita
dan pemberi imunisasi campak untuk menghindari terjadinya penyakit campak di
dalam masyarakat dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa
yang mengikuti mata kuliah ini.
Dalam proses pendalaman materi ini,
tentunya kami akan berharap
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu
kamimengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya yang dapat kami
sampaikan.
Bekasi,
November 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN
..... 1.1 Latar
belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................ 1
..... 1.3 Tujuan............................................................................................................ 1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Pengertian ASI............................................................................................ 2
2.2 Manfaat ASI............................................................................................... 2
2.3 Masalah
Menyusui Pada Ibu........................................................................
2.1.1
Payudara
Bengkak (Engorgement)Kelainan Puting
Susu....................... 3
2.1.2
Kelainan Puting....................................................................................... 4
2.1.3
Putting Susu
Nyeri (Sore Nipple)........................................................... 5
2.1.4
Saluran Susu
Tersumbat (Obstructive Duct)........................................... 6
2.1.5
Radang
Payudara (Mastitis).................................................................... 6
2.1.6
Abses
Payudara....................................................................................... 7
2.1.7
Air Susu
Kurang..................................................................................... 7
2.2 Masalah
Menyusui Pada Bayi.......................................................................... 8
2.2.1
Bayi Sering Menangis............................................................................ 8
2.2.2
Bayi Bingung
Puting (Nipple Confusion).............................................. 9
2.2.3
Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur................................................ 9
2.2.4
Bayi dengan Ikterus............................................................................... 10
2.2.5
Bayi dengan Bibir Sumbing................................................................... 10
2.2.6
Bayi Kembar.......................................................................................... 10
2.2.7
Bayi Sakit............................................................................................... 11
2.2.8
Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual
Frenulum).................................... 11
2.2.9
Bayi yang Memerlukan Perawatan........................................................ 11
2.3 Ibu
Menyusui dengan Penyakit....................................................................... 11
2.3.1
Ibu dengan Penyakit HIV...................................................................... 12
2.3.2
Ibu dengan Penyakit Hepatitis B........................................................... 12
2.3.3
Ibu dengan Penyakit TBC..................................................................... 13
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan........................................................................................................... 14
3.2 Saran... 14
DAFTAR
PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada pemberian ASI sering terdapat masalah, baik
pada teknik pemberian ibu dan anatomi payudara ibu, serta kemampuan anak untuk
menghisap dan anatomi orofaringeal anak. Seringkali ketidakcukupan jumlah susu
sering dinilai sebagai suatu masalah, sehingga terjadi pemberhentian pemberian
ASI. Seringkali juga wanita mengeluh karena luka pada puting susu, dimana hal
ini terjadi karena posisi dan perlekatan anak yang salah ketika menyusui. Dalam
keadaan normal, wanita secara fisiologis mampu untuk memproduksi susu yang
cukup.Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menyusui
menyebabkan ibu – ibu mudah terpengaruh dan beralih kepada susu botol (susu
formula). Kesehatan/status gizi bayi/anak serta kelangsungan hidupnya akan
lebih baik pada ibu- ibu yang berpendidikan rendah. Hal ini karena seorang ibu
yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan
untuk menerima informasi lebih tinggi.
Menyusui merupakan aktivitas yang sangat penting
baik bagi ibu maupun bayinya. Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat
dan dekat antara ibu dan anak. Tentunya kaum ibu ingin dapat melaksanakan
aktivitas menyusui dengan nyaman dan lancar. Namun demikian, terkadang ada
hal-hal yang mengganggu kenyamanan dalam menyusui. Masalah-masalah yang sering
dialami oleh ibu sehubungan dengan menyusui dan bagaimana mengatasinya akan
dipaparkan pada pembahasan kali ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah masalah-masalah yang terjadi pada ibu saat pembererian ASI?
2. Apakah masalah yang terjadi pada bayi saat pemberian ASI?
1.3 TUJUAN
1. Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada ibu.
2. Memberikan pengetahuan tentang masalah menyusui pada bayi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam
larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar
mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol
sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI eksklusif
ini.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada
bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI
merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat
mencapai tumbuh kembang yang optimal. Pada tahun 2001 World Health Organization
/ Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan
pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan sebelumnya
(bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
2.2 Manfaat Asi Untuk Bayi
Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan
bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga
bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan
untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.Pada umur 6
sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung
lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu
ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa
memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan
karena masih memberikan manfaat. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia,
seperti halnya susu sapi adalah yang terbaik untuk sapi.
2.3.1 Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau
keempat sesudah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta
nyeri. Keadaan seperti itu disebut engorgement (payudara bengkak) yang
disebabkan oleh adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini
merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Apabila dalam keadaan
tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu memberikan
prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan tersebut justru
berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi ASI terus
berlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan
pada puting susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI
tidak dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk
pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari
puting) lebih menonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi
ketika disusukan. Bila keadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara
akan nampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam
seperti influenza.
Untuk mencegah terjadinya
payudara bengkak, beberapa cara yang dianjurkan antara lain sebagai berikut :
a.
menyusui bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan.
b.
Menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka
bayi).
c.
Keluarkan asi dengan tangan atau
pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
d.
Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.
e.
Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah
payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di
pembuluh darah dan pembuluh getah bening dalam payudar
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi payudara bengkakadalah
sebagai berikut :
a.
Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudarah dengan lap bersih
atu dengan daun pepaya basah
b.
Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek,
sehingga puting lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi.
c.
Bila bayi belum dapat menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan atau pompa
dan berikan pada bayi dengan cangkir atau sendok.
d.
Tetap mengeluarkan asi sesering yang diperlukan sampai bendungan
teratasi.
e.
Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara,
dankompres hangat untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu.
f.
Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.
g.
Lakukan pemijatan pada daerah payudarah yang bengkak, bermanfaat untuk
membantu memperlancar pengeluaran asi.
h.
Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileks
i.
Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
memperbanyak minum.
j.
Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti : pilek,
usahakan tetap memberikan asi dengan meutup mulut dn hidung dengan masker.
2.3.2 Kelainan Puting Susu
Kebanyakan ibu tidak
memiliki kelainan anatomis payudara. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai
juga kelainan antomis yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya
puting susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping
kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang disebabkan oleh
suatu proses, misalnya tumor.
a.
Puting Susu Datar
Apabila areola dijepit
antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang puting, puting yang normal akan
menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi
lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting berkontraksi, meskipun
demikian pada keadaan puting datar akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut
bayi.
b.
Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting
susu tampak terpendam atau masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini
karena ada sesuatu di bawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya tumor
atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut seharusnya sudah dapat
diketahui sejak hamil atau sebelumnya sehingga dapat diperbaiki dengan
meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian
dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan. Perlu diketahui bahwa tidak
semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan cara tersebut. Untuk
itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan)
atau pompa kemudian diberikan pada bayi dengan sendok/pipet/gelas.
2.3.3 Putting
Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)
Puting susu nyeri pada ibu
menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebab sebagai berikut:
a.
Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk
kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting
susu saja. Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan
menimbulkan rasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
b.
Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat
mengiritasi puting susu
c.
Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan
bayi sulit mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.
d.
Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu
(mengisap).
Puting susu nyeri biasanya
dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya
letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola sehingga tidak
nampak dari luar, puting di atas lidah bayi, areola di antara gusi atas dan
bawah.
Untuk menghindari puting susu nyeri atau
lecet, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan
obat-obat yang dapat mengiritasi.
b.
Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu
bayi atau pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke
mulut bayi.
c.
Ibu dianjurkan tetap menyusui bayinya mulai dari puting yang tidak sakit
serta menghindari tekanan lokal pada puting dengan cara merubah-rubah posisi
menyusui. Untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui.
Apabila dengan tindakan tersebut di atas puting tetap nyeri,
sebaiknya dicari sebab-sebab lain (misalnya moniliasis). Puting susu lecet/luka
akan memudahkan terjadinya infeksi pada payudara (mastitis).
2.3.4
Saluran Susu Tersumbat
(Obstructive Duct)
Saluran susu tersumbat
(obstructive duct) adalah suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau
lebih saluran susu yang disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau
pemakaian BH yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi
payudara bengkak yang berlanjut yang mengakibatkan kumpulan ASI dalam saluran
susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan sumbatan. Sumbatan ini pada
wanita yang kurus dapat terlihat dengan jelas sebagai benjolan yang lunak pada
perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya
saluran susu tersumbat (obstructive duct) ada beberapa hal yang dianjurkan,
antara lain.
a. Sebaiknya ibu melakukan
perawatan payudara setelah melahirkan dengan teratur agar tidak terjadi stasis
dalam payudara yang mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastitis).
b. Gunakan BH dengan desain
menopang (menyangga), bukan menekan payudara.
c. Keluarkan ASI setiap kali
selesai menyusui bila payudara masih terasa penuh.
Sumbatan saluran susu ini
harus segera diatasi karena dapat berlanjut menjadi radang payudara (mastitis).
Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres
hangat dan dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan
mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah menyusui untuk
mengurangi rasa nyeri dan bengkak pada payudara.
2.3.5 Radang
Payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis)
adalah infeksi yang menimbulkan reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal
ini biasanya terjadi pada 1-3 minggu setelah melahirkan dan sebagai komplikasi
saluran susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu
lecet/luka. Gejala-gejala yang bisa diamati pada radang payudara antara lain
kulit nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol
(merongkol).
Keadaan
ini disebabkan kurangnya asi diisap/dikeluarkan atau dikeluarkan penghisapan
yang tidak efektif, dapat juga karena kebiasaan menekan payudarah dengan jari
atau karena tekanan baju atau bra, serta pengeluaran asi yang kurang baik pada
payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.
Ada 2
jenis mastitis, yaitu yang terinfeksi milk statis disebut non infective
mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri : infective mastitis.
Lecet pada kulit yang mengundang infeksi bakteri.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar tetap
menyusui bayinya supaya tidak terjadi stasis dalam payudara yang cepat
menyebabkan terjadinya abses. Ibu perlu mendapatkan pengobatan (Antibiotika,
antipiretik/penurun panas, dan analgesik/pengurang nyeri) serta banyak minum
dan istirahat untuk mengurangi reaksi sistemik (demam). Bila mana mungkin, ibu
dianjurkan melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu menggerakkan lengan
secara berputar sehingga persendian bahu ikut bergerak ke arah yang sama.
Gerakan demikian ini akan membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di
daerah payudara sehingga statis dapat dihindari yang berarti mengurangi
kemungkinan terjadinya abses payudara.
2.3.6
Abses Payudara
Kelanjutan/komplikasi dari
radang payudara akan menjadi abses. Hal ini disebabkan oleh meluasnya
peradangan dalam payudara tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah
sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras seperti pada
radang payudara (mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan.
Bila payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya
mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu dilakukan tindakan
insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan analgesik.
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk menyusui
sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh dapat disusukan kembali.
Akan tetapi, bayi tetap bisa menyusui pada payudara yang sehat tanpa dijadwal
(sesuka bayi).
2.3.7 Air Susu Kurang
Masih banyak ibu mengira
bahwa mereka tidak mempunyai cukup banyak ASI untuk bayinya, sehingga keinginan
untuk menambah susu formula atau makanan tambahan sangat besar.
Dugaan makin kuat apabila
bayi sering menangis/bayi menolak menyusu, tinja bayi keras kering atau
berwarna hijau, payudara tidak membesar selama kehamilan atau asi tidak keluar
pasca kelahiran, berat bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram perbulan,
berat badan bayi dalam waktu 2 minggu belum kembali, mengompol rata-rata kurang
dari 6 kali dalam 24 jam cairan urine pekat bau berwarna kuning. pada ibunya
dan terasa kosong/lembek meskipun produksi ASI cukup lancar.
Menilai kecukupan ASI sebenarnya bukan dari hal tersebut di atas tapi
terutama dari berat badan bayi. Apabila ibu mempunyai status gizi yang baik,
cara menyusui benar, secara psikologis percaya diri akan kemauan dan kemampuan
untuk bisa menyusui bayinya serta tidak ada kelainan pada payudaranya maka akan
terjadi kenaikan berat badan pada 4-6 bulan pertama usia bayi. Hal ini
dapat dilihat dari KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi setiap kali penimbangan
di Posyandu. Apabila tidak terjadi kenaikan berat badan bayi sesuai dengan
usianya biasanya hal ini disebabkan oleh jumlah ASI yang tidak mencukupi
sehingga diperlukan tambahan sumber gizi yang lain.
Masalah pada bayi
dapat berupa bayi
sering menangis, bingung puting, bayi dengan kondisi tertentu
seperti BBLR,
ikterus, bibir sumbing, bayi kembar, bayi sakit, bayi dengan lidah pendek(lingual frenulum), bayi yang memerlukan perawatan.
2.4.1 Bayi
Sering Menangis
Tangisan bayi dapat dijadikan sebagai
cara berkomuniksi antara ibu dan buah hati. Pada saat bayi menangis, maka cari sumber
penyebabnya. Dan yang paling sering karena kurang ASI.
Beberapa penyebab bayi
menangis antara lain sebagai berikut :
- Bayi merasa tidak aman
- Bayi merasa sakit
- Bayi basah (seperti mengompol)
- Bayi kurang gizi
Tindakan yang dapat dilakukan oleh ibu antara lain :
ibu tidak boleh cemas karen akanmengganggu proses laktasi, perbaiki
posisimenyusui, periksa pakai bayi( apakah basah, jangan biarkan bayi menangis
terlalu lama).
2.4.2
Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion)
Bingung Puting(Nipple Confusion) terjadi akibat pemberian susu formula
dalam botol yang berganti-ganti. Hal
ini akibat mekanisme menyusu pada puting susu
ibu berbeda dengan mekanisme menyusu pada botol. Menyusu pada ibu memerlukan kerja otot-otot pipi, gusi, langit-langit dan lidah. Sedangkan menyusu pada botol bersifat pasif, tergantung pada faktor pemberi yaitu kemiringan botol atau tekanan gravitasi susu, besar
lubang dan ketebalan karet dot.
- Bayi menolak menyusu.
- Isapan bayi terputus-putus dan sebentar-bentar.
- Bayi mengisap puting seperti mengisap dot.
2.4.3
Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur
Bayi dengan berat badan lahir rendah, bayi
prematur maupun bayi kecil mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya
lemah. Oleh karena itu, harus segera dilatih untuk menyusu.
Bila bayi dirawat di rumah sakit,
harus lebih sering dijenguk, disentuh dengan kasih sayang
dan bila memungkinkan disusui.
Pada bayi prematur susui
dengan sering walau pendek-pendek, rangsang dengan sentuh langit-langit bayi
dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat menghisap berikan dengan pipa
nasogastrik, tangan dan sendok.
Uraian sesuai dengan umur
bayi adalah sebagai berikut :
1.
bayi umur kehamilan <30 minggu : BBL <1250 gr. Biasanya diberi
cairan infus selama 24-28 jam lalu diberikan asi menggunakan pipa nasogastrik.
2.
Usia 30-32 minggu : BBL 1250-1500 gr. Dapat menerima asi dari sendok 2
kali sehari, namun masih menerima makanan lewat pipa, namu lama kelamaan
makanan pipa makin berkurang dan asi ditingkatkan.
3.
Usia 32-34 minggu : BBL 1500-1800 gr bayi mulai menyusui langsung dari
payudara namun perlu kesabaran.
4.
Usia kurang >34 minggu : BBL > 1800 gr mendapatkan semua kebutuhn
dari payudara.
2.4.4
Bayi dengan Ikterus
Ikterik pada bayi sering terjadi pada bayi yang kurang mendapatkan ASI. Ikterik
dini terjadi pada bayi usia
2-10 hari yang disebabkan oleh kadar bilirubin
dalam darah
tinggi.
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
Untuk mengatasi agar tidak terjadi hiper bilirubinemia pada bayi maka:
Oleh karena itu, menyusui
dini sangat penting karena bayi
akan mendapat kolustrum.
Kolustrum
membantu bayi mengeluarkan mekonium, bilirubin dapat dikeluarkan melalui
feses sehingga mencegah bayi tidak
kuning.
2.4.5 Bayi dengan Bibir Sumbing
Bayi dengan bibir sumbing tetap masih bisa menyusu. Pada bayi
dengan bibir sumbingpallatum
molle (langit-langit lunak) dan pallatum durum (langit-langit keras), dengan
posisi tertentu masih dapat menyusu tanpa kesulitan. Meskipun bayi terdapat kelainan,
ibu harus tetap menyusui
karena dengan menyusui
dapat melatih kekuatan otot rahang dan lidah. Memperbaiki perkembangan bicara mengurangi resiko
terjadinya otitis media.
- Posisi bayiduduk
- Saat menyusui,
puting dan areola
dipegang.
- Ibu jari digunakan sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
- Asi
perah diberikan pada bayi
dengan labiopalatoskisis
(sumbing pada bibir dan langit-langit).
Sedangkan bayi yang
mengalami labiopalatoskisis diberikan asi dengan sendok, pipet, dan dot
panjang.
2.4.6 Bayi Kembar
Posisi yang dapat digunakan pada saat menyusuibayi kembar adalah dengan posisi memegang bola (football position). Susuilah bayi sesering mungkin Pada saat menyusui
secara bersamaan, bayi
menyusu secara bergantian dan kemampuan mengisap mungkin berbeda. Yakin kan ibu
bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi semua makhluk, sesuai dengan
kebutuhan. Apabila bayi ada yang dirawat di rumah sakit,
berikanlah ASI peras dan susuilah bayi
yang ada dirumah. Agar ibu dapat beristirahat maka sebaiknya mintalah bantuan
pada anggota keluarga
atau orang lain untuk mengasuh bayi Anda.
2.4.7
Bayi Sakit
Bayi sakit dengan indikasi khusus tidak diperbolehkan mendapatkan makanan
per oral, tetapi pada saat kondisi bayi
sudah memungkinkan maka berikan ASI. Menyusui
bukan kontraindikasi pada bayi
sakit dengan muntah-muntah ataupun diare. Posisi menyusui
yang tepat dapat mencegah timbulnya muntah,
antara lain dengan posisi duduk.
Berikan ASI sedikit tapi sering kemudian sendawakan. Pada saat bayi akan ditidurkan, posisikan tengkurap
atau miring kanan untuk mengurangi bayi
tersedak karena regurgitasi.
2.4.8
Bayi dengan Lidah Pendek (Lingual Frenulum)
Bayi dengan
lidah pendek atau lingual
frenulum (jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut) yang pendek dan tebal serta kaku tak elastis,
sehingga membatasi gerak lidah dan bayi
tidak dapat menjulurkan lidahnya untuk “mengurut” puting dengan optimal.
Akibat lidah bayi tidak sanggup “memegang” puting dan areola dengan baik, maka proses laktasi
tidak dapat berjalan dengan sempurna. Oleh karena itu, ibu dapat membantu
dengan menahan kedua bibir bayi
segera setelah bayi
dapat “menangkap” putting dan areola
dengan benar. Kemudian posisi kedua bibir bayi dipertahankan agar tidak
berubah-ubah.
2.4.9
Bayi yang Memerlukan Perawatan
Pada saat bayi sakit
dan memerlukan perawatan, padahal bayi
masih menyusu, sebaiknya ibu tetap merawat dan memberikan ASI. Apabila tidak
terdapat fasilitas, maka ibu dapat memerah ASI dan menyimpannya. Cara penyimpanan
ASI perahpun juga perlu diperhatikan, agar tidak mudah basi.
2.5 Ibu Menyusui dengan
Penyakit
2.5.1 Ibu
dengan Penyakit HIV
Padatahun 2001,
PersatuanKesehatanDunia (the World Health Assembly)
mengeluarkanrekomendasibahwabayiharusdiberikan ASI secaraeksklusifselama 6
bulanpertamadalamkehidupannyauntukmendapatkantingkatpertumbuhan,
perkembangansertakesehatan yang optimal. Setelahitu, bayijugaharusmendapatkanmakananpendamping yang
bergizidanjugaamanselain ASI yang diberikansampaiusia 24 bulan (WHO, 2007).
pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan bayi
dikaitkan dengan risiko penularan HIV yang justru tiga hingga empat kali lipat
lebih rendah dibandingkan bayi yang mendapat ASI namun juga mengasup susu lain
atau makanan lain.
Ibudengan HIV positifdihadapkanpadaduapilihansulit,
menyusuibelummengertitehnikmenyusuinyasehinggaternjadi MTCT (Mother-to-Child
Transmission), tidakmenyusuidantidak AFASS sehinggabayimenjadikuranggizi,
diare, atau pneumonia.Konselingpemberianmakanbayipadaibu HIV dapatmembantuibu
HIV menentukanpilihan yang
terbaikuntukbayinya.
Tabel
Perkiraan angka mutlak MTCT HIV dengan waktu transmisi, tanpa intervensi
Tingkat penularan HIV (%)
|
|||
waktu penularan HIV
|
TidakMenyusui
|
Menyusui 6 bulan
|
menyusui 18-24 bln
|
Selama kehamilan
|
50 – 10
|
5 – 10
|
5 - 10
|
Selama persalinan
|
10 – 15
|
10 – 15
|
10 - 15
|
Selama
menyusui
|
0
|
5 – 10
|
15 – 20
|
Keseluruhan
|
15 – 25
|
20 – 35
|
30 – 45
|
2.5.2 Ibu dengan Penyakit Hepatitis B
Bayi dengan ibu hepatitis B boleh
diberikan ASI. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan membagi dua kelompok
yaitu kelompok pertama ibu pembawa virus hepatitis B memberikan ASI sedangkan
kelompok kedua memberikan susu formula. Hasilnya adalah ASI tidak
terbukti dalam meningkatkan resiko penularan hepatitis B.
Mencegah penularan dari ibu yang mengidap hepatitis B ke bayi dan juga
penularan disarankan untuk memberikan
vaksinasi yaitu vaksin hepatitis B yang pertama kalinya setelah lahir setelah
itu dilanjutkan dengan pemberian yang ke dua dan yang ke tiga sesuai dengan
jadwal.
Ibu penderita hepatitis B tetap memberikan ASI kepada bayinya
dengan ketentuan mengikuti program Nasional yaitu memberikan vaksinasi
hepatitis B kepada bayinya segera setelah lahir sebelum berusia 24 jam.
2.5.3 Bayi dengan Ibu
Penyakit Tuberculosis (TBC)
Menurut WHO, TBC tidak termasuk dalam
penghalang ibu untuk menyusui. Ibu justru disarankan melanjutkan pengobatan
hingga sembuh, sehingga tidak menulari bayinya,” kata konselor ASI, Danar
Kusumawardhani dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) pada seminar tentang
persiapan menyusui bersama New Parent Academy, Minggu (23/3/2014).
Pengobatan secara teratur bisa menekan terjadinya infeksi
bakteri penyebab TBC. Pengobatan dengan rifampisin dan isoniazid selama dua
minggu akan menyebabkan pasien noninfeksius sehingga tidak menularkan bakteri
pada lingkungan sekitar, termasuk anaknya yang masih menyusu. Ibu dengan TBC tidak perlu khawatir pada kualitas ASI yang dihasilkan. Pasalnya, konsentrasi obat TBC yang masuk ke dalam ASI sangat sedikit sehingga tidak menimbulkan efek keracunan pada bayi. Ibu yang menyusui biasanya mendapat pengobatan isoniazid dan suplementasi pyridoxine (vitamin B6), sebanyak 10-25 miligram per hari.
“Bakteri penyebab TBC tidak menular melalui ASI, sama halnya dengan obat untuk pemulihannya. Dengan ini maka ibu dengan TBC tidak perlu khawatir melanjutkan pemberian ASI eksklusif maupun hingga dua tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
PemberianAsi merupakan aktivitas yang sangat penting baik bagi ibu maupun bayinya.
Dalam proses menyusui terjadi hubungan yang erat dan dekat antara ibu dan anak.Dalampelaksanaannya proses
menyusuitidakselalulancarkarenaterdapatmasalah-masalahdalampemberian ASI
baikdariibumaupunbayi.
Masalah Menyusui Pada Ibu yaitu Payudara Bengkak (Engorgement), Kelainan Puting Susu, Putting Susu
Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple), Saluran Susu
Tersumbat (Obstructive Duct), Radang Payudara (Mastitis), Abses Payudara, Air
Susu Kurang.
Masalah Menyusui Pada Bayi yaitu Bayi Sering Menangis, Bayi Bingung Puting (Nipple Confusion),Bayi dengan BBLR dan Bayi Prematur, Bayi
dengan Ikterus, Bayi dengan Bibir Sumbing, Bayi Kembar, Bayi Sakit, Bayi dengan
Lidah Pendek (Lingual Frenulum),
Bayi yang Memerlukan Perawatan.
3.2 SARAN
Bagi kita tenaga kesehatan sangat penting untuk mengetahui
masalah-masalah yang terjadi dalam pemberian ASI baik dari ibu maupun bayi.
Karena dengan demikian kita dapat
memberikan asuhan yang tepat pada ibu agar ibu dapat mengatasi masalahnya lebih
dini dan dapat dilakukannya sendiri maupun dengan bantuan dari keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Danuatmaja,Bonny dan mila miliasari.2003.40 Hari Pasca Persalinan.Jakarta:Puspa Swara
Chapman,Vicky.2006.Asuhan Kebidanan:Persalinan dan
Kelahiran.Jakarta:EGC.
http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/menyusui-pada-ibu-penderita-hepatitis-b.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar