BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bidang
imunologi kuman atau racun kuman (toksin) disebut sebagai antigen.Secara khusus
antigen tersebut merupakan bagian protein kuman atau protein racunnya. Bila
antigen untuk pertama kali masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya
tubuh akan membentuk zat anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat
tubuh disebut antibodi.Zat anti terhadap racun kuman disebut
antioksidan.Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung
kepada jumlah zat anti yang dibentuk.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas.Virulen yang baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama
tubuh anak untuk membentuk antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah
terlalu kuat.Tubuh belum mempunyai “pengalaman” untuk mengatasinya.Tetapi pada
reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti
yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi antigen-anibody, tubuh anak dengan
kekuatan zat antinya dapat menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak
telah menjadi kebal (imun) terhadap penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting
ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang
ganas tanpa bantuan pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Vaksinasi BCG memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali
sebelum anak berumur 2 bulan.
BCG ulangan tidak
dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara
intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan
sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak
0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang
dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
B. Sejarah Vaksinasi BCG
Imunisasi BCG adalah imunisasi
yang digunakan untuk mengobati penyakit tuberkulosis. Tuberkulosis adalah
penyakit yang biasanya menyerang paru-paru, tapi bisa juga tuberkulosis ini
menyerang organ tubuh yang lain. Bagaimana sejarah awalnya imunisasi BCG ini
terbentuk?
Seperti dilansir dari
en.wikipedia.org, penemuan tentang vaksin BCG (vaksin yang digunakan untuk
imunisasi BCG) berkaitan sekali dengan penyakit variola atau smallpox. Jean
Antoine Villemin pertama kali menemukan tuberkulosis pada sapi pada tahun 1854,
kemudian dia mentransmisikan tuberkulosis tersebut.
Kemudian pada tahun yang sama,
Robert Koch pertama kali bisa membedakan Mycobacterium bovis dengan
Mycobacterium tuberculosis. Seperti Bunda ketahui, Mycobacterium bovis adalah
bakteri yang saat ini digunakan sebagai vaksin BCG, sedangkan Mycobacterium
tuberculosis adalah bakteri yang menyebabkan penyakit tuberkulosis.
Pada abad ke-18, para ilmuwan
telah berhasil memberi imunisasi untuk melawan penyakit variola atau smallpox.
Berdasarkan keberhasilan menghadapi variola tersebut, para ilmuwan berpikir
mungkin bisa mengobati tuberkulosis dengan cara yang serupa, yaitu membuat
imunisasi melawan tuberkulosis.
Para ilmuwan mencoba menemukan
korolari pada tuberkulosis dengan menggambar paralel antara tuberkulosis pada
sapi dengan cowpox. Cowpox adalah virus yang menyebabkan penyakit kulit.
Hipotesis yang dibuat ilmuwan
adalah tuberkulosis pada sapi tersebut mungkin bisa digunakan untuk memperkuat
sistem imun manusia agar dapat melindungi diri dari infeksi tuberkulosis.
Pada akhir abad ke-19, uji
klinis terkait hipotesis ilmuwan tersebut dilakukan di Itali. Ternyata, uji
klinis tersebut membawa bencana karena Mycobacterium bovis sama berbahayanya
dengan Mycobacterium tuberculosis.
C. Rumusan
Masalah
1.
Apa saja
definisi dari imunisasi?
2.
Apa saja
jenis imunisasi?
3.
Apa efek
samping dari imunisasi?
4.
Apa
penyakit-penyakit yang ditimbulkan pada anak yang tidak di imunisasi?
5.
Kapan jadwal
pemberian imunisasi pada anak?
D. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui apa definisi dari imunisasi.
2.
Untuk
mengetahui definisi imunisasi BCG.
3.
Untuk mengetahui
definisi TBC
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala TBC.
5. Untuk mengetahui cara pencegahan TBC
6.
Untuk
mengetahui jadwal pemberian imunisasi pada anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dengan cara memsukan vaksin yakni virus atau bakteri
yang sudah dilemahkan, dibunuh atau bagian-bagian dari bakteri (virus) tersebut
telah dimodifikasi.
Imunisasi adalah suatu cara untuk
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga
bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.
(Ranuh, 2008, p10)
Imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh.
Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT dan campak)
dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). (Hidayat, 2008, p54)
Imunisasi berasal dari kata imun,
kebal, resisten. Imunisasi berarti anak di berikan kekebalan terhadap suatu
penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit tapi belum kebal terhadap
penyakit yang lain. (Notoatmodjo, 2003)
Imunisasi merupakan suatu upaya
untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit. (Atikah, 2010, p1)
Imunisasi adalah pemberian kekebalan
tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar
tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya (Umar,2006).
Imunisasi adalah usaha memberikan
kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar
tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu
(Hidayat,2008).
Imunisasi adalah upaya yang
dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau imunitas pada bayi dan anak
sehingga terhindar dari penyakit (Supartini,2002).
Imunisasi adalah pemberian satu atau
lebih anti gen yang infeksius pada seorang individu untuk merangsang system
imun dan memproduksi anti bodi yang akan mencegah infeksi (Schwartz,2004)
Imunisasi adalah proses yang
menginduksi imunitas secara artifisial dengan pemberian bahan antigenic dan
penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau diinaktifkan (Wahab,2000)
Imunisasi adalah pemberian antigen
untuk memicu imunitas seseorang sehingga memiliki kemampuan untuk bertahan
terhadap infeksi (Hinchliff, 1999).
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada
anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa,
sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup
hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap
terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak (www.litbang.depkes.go.id).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk
mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau
bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. dengan
memasukan kuman atau bibit penyakit tersebut, tubuh dapat menghasilkan zat anti
yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit
penyerang tubuh (http://harry-arudam.blogspot.com/2012/03/pengertian-imunisasi.html).
Suatu cara untuk meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia
terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit (http://pkmdanaurawah.blogspot.com/2011/10/pengertian-imunisasi-dan-cara-pemberian.html).
Imunisasi adalah tindakan pemberian
kekebalan terhadap serangan penyakit tertentu dengan jalan memasukkan suatu zat
antibody ke dalam tubuh (http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2021254-pengertian-imunisasi/).
B.
Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi yaitu untuk
mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu
penyakit tertentu dari dunia. (Ranuh, 2008, p10)
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini,
penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis),
campak (measles), polio dan tuberkulosis. (Notoatmodjo, 2003)
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan
oleh penyakit yang sering berjangkit.
Secara umun tujuan imunisasi antara lain:
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak
mudah terserang penyakit menular.
2. Imunisasi sangat efektif
mencegah penyakit menular
3. Imunisasi menurunkan angka
mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita.
C. Manfaat imunisasi
a. Untuk anak: mencegah
penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga: menghilangkan
kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan
keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak
yang nyaman.
c. Untuk negara: memperbaiki
tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan
pembangunan negara.
D. Jenis-jenis
imunisasi
Imunisasi
telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang
merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisai aktif
Merupakan
pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan (vaksin) agar nantinya
sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap
antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak. Dalam
imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu:
1. Vaksin dapat berupa
organisme yang secara keseluruhan dimatikan, eksotoksin yang didetoksifikasi
saja, atau endotoksin yang terikat pada protein pembawa seperti polisakarida,
dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu
antigen. Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang
dijadikan vaksin.
2. Pengawet, stabilisator
atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan
lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba. Bahan-bahan
yang digunakan seperti air raksa dan antibiotik yang biasa digunakan.
3.
Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan
yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya antigen telur, protein
serum, dan bahan kultur sel.
4.
Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi meningkatkan sistem imun
dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat
melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin
tinggi peningkatan antibodi tubuh.
b. Imunisasi pasif
Merupakan
suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat
imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui
plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang
sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
E.Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG)
a.
Pengertian BCG
Bacille Calmette-Guérin
(BCG) adalah vaksin untuk tuberkulosis
yang dibuat dari baksil tuberkulosis (Mycobacterium bovis)
yang dilemahkan dengan dikulturkan di medium buatan selama bertahun-tahun.
Vaksin BCG 80% efektif dapat mencegah selama 15 tahun, tetapi efeknya
bervariasi tergantung kepada kondisi geografis.
Dokter Albert Calmette dan
seorang peneliti bernama Camille Guerin, berhasil
menemukan vaksin untuk mencegah penyakit TBC, yang dinamakan vaksin Bacillus
Calmette Guerin atau BCG. [1]Penelitian
mereka untuk menemukan vaksin ini telah dimulai sejak tahun 1906, ketika Guerin
menemukan bahwa ketahanan terhadap penyakit TBC berkaitan dengan adanya virus tubercle bacili
yang hidup di dalam darah.
[1]
Pada 1921, mereka berhasil
mengembangkan jenis basil yang tidak brbahaya bagi manusia, setelah ditemukan
vaksin ini mereka ujicobakan kepada bayi-bayi di Paris.Namun, pada 1930, program
vaksinasi BCG sempat menimbulkan bencana dengan meninggalnya sejumlah bayi di Jerman akibat TBC,
justru setelah mereka divaksin.
Pada 1950, University Illinois di
Amerika
Serikat mendapat lisensi untuk memproduksi vaksin ini dan menjualnya di AS.
Namun, karena masih kuatnya penentangan masyarakat AS, vaksin ini tidak
digunakan secara rutin.
b. Fungsi
Imunisasi BCG
berfungsi untuk mencegah penularan Tuberkulosis (TBC) tuberkulosis disebabkan
oleh sekelompok bakteria bernama Mycobacterium tuberculosis complex.
Pada manusia, TBC terutama menyerang sistem pernafasan (TB paru), meskipun
organ tubuh lainnya juga dapat terserang (penyebaran atau ekstraparu TBC). Mycobacterium
tuberculosis biasanya ditularkan melalui batuk seseorang. Seseorang
biasanya terinfeksi jika mereka menderita sakit paru-paru dan terdapat bakteria
didahaknya. Kondisi lingkungan yang gelap dan lembab juga mendukung terjadinya
penularan. Penularan penyakit TBC terhadap seorang anak dapat terjadi karena
terhirupnya percikan udara yang mengandung bakteri tuberkulosis. Bakteri ini
dapat menyerang berbagai organ tubuh, seperti paru-paru (paling sering
terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput
selaput otak (yang terberat). Infeksi primer terjadi saat seseorang terjangkit
bakteri TB untuk pertama kalinya. Bakteri ini sangat kecil ukurannya sehingga
dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berkembang. Komplikasi
pada penderitaan TBC, sering terjadi pada penderita stadium lanjut.
Berikut, beberapa komplikasi yang
bisa dialami:
1. Hemomtasis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah)
yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipofolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Lobus yang
tidak berfungsi akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat) pada proses pemulihan atau retraksi pada paru.
4. Pneumotorak spontan (adanya udara di dalam rongga
pleura): kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lainnya seperti otak,
tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
6. Insufiensi kardio pulmoner.
Menurut Nufareni
(2003), Imunisasi BCG tidak mencegah infeksi TB tetapi mengurangi risiko TB
berat seperti meningitis TB atau TB miliar. Faktor-faktor yang mempangaruhi
efektifitas BCG terhadap TB adalah perbedaan vaksin BCG, lingkungan, faktor
genetik, status gizi dan faktor lain seperti paparan sinar ultraviolet terhadap
vaksin.
c. Cara pemberian dan dosis
Vaksin BCG
merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah dilemahkan. Cara
pemberiannya melalui suntikan. Sebelum disuntikan, vaksin BCG harus dilarutkan
terlebih dahulu. Dosis 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang
dewasa. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi biasanya
diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat diberikan pada anak dan orang
dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin dengan hasil negatif.
Imunisasi BCG
disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas. Disuntikan ke dalam
lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan
intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek
yang sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerjasama antara ibu dengan petugas
imunisasi sangat diharapkan, agar pemberian vaksin berjalan dengan tepat.
Contoh
obat Vaksinasi BCG
Cara
pemberian vaksinasi BCG pada bayi dengan cara penyuntikan intracutan
d. indikasi
Merupakan imunisasi
yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab
terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun
sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat
seperti TBC yang selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC
tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan. Frekuensi pemberiaan imunisasi BCG adalah satu kali dan waktu
pemberian imunisasi BCG pada umur 0-11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan,
kemudiaan cara pemberiaan imunisasi BCG melalui intra derma. Efek samping pada
BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis
regional, dan reaksi panas.
e. Kontra indikasi
Kontraindikasi untuk
vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita
leukemia,penderita infeksi HIV).
Imunisasi BCG
tidak boleh diberikan pada kondisi:
1. Seorang anak menderita penyakit kulit
yang berat atau menahun, seperti eksim, furunkulosis, dan sebagainya.
2. Imunisasi tidak
boleh diberikan pada orang atau anak yang sedang menderita TBC karena reaksi yang mungkin terjadi:
1.
Reaksi
lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan
dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi
pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka
(ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut.
2.
Reaksi
regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai
nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
f. Efek samping
Setelah
diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak seperti pada imunisasi dengan
vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam. Setelah 1-2 minggu
diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang
berubah menjadi pastula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh dengen sendirinya secara spontan.
Kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak atau leher. Pembesaran
kelenjar ini terasa padat, namun tidak menimbulkan demam.
Komplikasi
yang mungkin timbul adalah:
1. Pembentukan abses (penimbunan nanah)
di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan
menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah
matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan
jarum) dan bukan disayat.
Limfadenitis
supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya
terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
g. Jadwal Vaksinasi BCG
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januari 2014.
Vaksin
BCG. Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2
bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin.
F. Penyakit Tuberculosis (TBC)
a. Pengertian TBC
Tuberkulosis (Tuberculosis, disingkat Tbc),
atau Tb (singkatan dari "Tubercle bacillus")
merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus
bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umumnya Mycobacterium tuberculosis
(disingkat "MTb" atau "MTbc"). Tuberkulosis biasanya
menyerang paru-paru,
namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar
melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau
menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatikdan
laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang
menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50%
orang yang terinfeksi bisa meninggal.
Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam
hari, dan berat badan turun.
(dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang
terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.) Infeksi pada organ lain
menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif
bergantung pada hasil radiologi (biasanya
melalui sinar-X dada) serta
pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis
cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung pada tes
tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit
dilakukan dan memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu
lama. Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani tes penapisan dan
diobati bila perlu. Resistensi antibiotik
merupakan masalah yang bertambah besar pada infeksi tuberkulosis
resisten multi-obat (TB MDR). Untuk mencegah TB, semua orang harus
menjalani tes penapisan penyakit tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil Calmette–Guérin.
Para ahli percaya bahwa sepertiga populasi
dunia telah terinfeksi oleh M. tuberculosis,[3]
dan infeksi baru terjadi dengan kecepatan satu orang per satu detik.[3]
Pada tahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis yang aktif di tingkat
global. Pada tahun 2010, diperkirakan terjadi pertambahan kasus baru sebanyak
8.8 juta kasus, dan 1,5 juta kematian yang mayoritas terjadi di negara
berkembang. Angka mutlak kasus Tuberkulosis mulai menurun semenjak tahun
2006, sementara kasus baru mulai menurun sejak tahun 2002. Tuberkulosis tidak
tersebar secara merata di seluruh dunia. Dari populasi di berbagai negara di
Asia dan Afrika yang melakukan tes tuberkulin, 80%-nya menunjukkan hasil positif,
sementara di Amerika Serikat, hanya 5–10% saja yang menunjukkan hasil positif. Masyarakat
di dunia berkembang semakin banyak yang menderita
Tuberkulosis karena kekebalan tubuh mereka yang lemah. Biasanya, mereka
mengidap Tuberkulosis akibat terinfeksi virus HIV dan berkembang
menjadi AIDS. Pada
tahun 1990-an Indonesia berada pada peringkat-3 dunia penderita TB, tetapi
keadaan telah membaik dan pada tahun 2013 menjadi peringkat-5 dunia.
b.Tanda-tanda dan Gejala
Dari kelompok yang bukan pengidap HIV namun
kemudian terinfeksi Tuberkulosis, 5-10% di antaranya menunjukkan perkembangan
penyakit aktif selama masa hidup mereka. Sebaliknya, dari kelompok yang
terinfeksi HIV dan juga terinfeksi Tuberkulosis, ada 30% yang menunjukkan
perkembangan penyakit aktif. Tuberkulosis dapat menginfeksi bagian tubuh mana
saja, tapi paling sering menginfeksi paru-paru (dikenal sebagai Tuberkulosis
paru). Bila Tuberkulosis berkembang di luar paru-paru, maka disebut TB ekstra
paru. TB ekstra paru juga bisa timbul bersamaan dengan TB paru. Tanda dan
gejala umumnya antara lain demam, menggigil, berkeringat di malam
hari, hilangnya nafsu makan, berat badan turun, dan lesu. Dapat pula terjadijari tabuh yang signifikan.
1. TB paru
Bila infeksi Tuberkulosis yang timbul menjadi
aktif, sekitar 90%-nya selalu melibatkan paru-paru. Gejala-gejalanya antara
lain berupa nyeri dada dan batuk berdahak
yang berkepanjangan. Sekitar 25% penderita tidak menunjukkan gejala apapun (yang
demikian disebut "asimptomatik").
Kadangkala, penderita mengalami sedikit batuk darah. Dalam kasus-kasus
tertentu yang jarang terjadi, infeksi bisa mengikis ke dalam arteri pulmonalis, dan
menyebabkan pendarahan parah yang disebut Aneurisma Rasmussen.
Tuberkulosis juga bisa berkembang menjadi penyakit kronis dan menyebabkan luka
parut luas di bagian lobus atas paru-paru. Paru-paru atas paling sering
terinfeksi. Alasannya belum begitu jelas. Kemungkinan karena paru-paru atas
lebih banyak mendapatkan aliran udara]
atau bisa juga karena drainase limfa yang kurang baik pada paru
bagian atas.
2. TB ekstra paru
Dalam 15–20% kasus aktif, terjadi penyebaran
infeksi hingga ke luar organ pernapasan dan menyebabkan TB jenis lainnya. TB
yang terjadi di luar organ pernapasan disebut "tuberkulosis ekstra
paru". TB ekstra paru umumnya terjadi pada orang dewasa dengan imunosupresi dan anak-anak.
TB ekstra paru muncul pada 50% lebih kelompok pengidap HIV.[12]
Lokasi TB ekstra paru yang bermakna termasuk: pleura (pada TB pleuritis), sistem saraf pusat (pada meningitisTB),
dan sistem kelenjar getah bening (pada skrofuloderma leher). TB
ekstra paru juga dapat terjadi di sistem urogenital (yaitu
pada Tuberkulosis
urogenital) dan pada tulang dan persendian (yaitu pada penyakit Pott tulang
belakang). Bila TB menyebar ke tulang maka dapat disebut "TB tulang",
yang merupakan salah satu bentuk osteomielitis.[1]
Ada lagi TB yang lebih serius yaitu TB yang menyebar luas dan disebut sebagai
TB diseminata, atau biasanya dikenal dengan nama Tuberkulosis Milier.
Di antara kasus TB ekstra paru, 10%-nya biasanya merupakan TB Milier.
c.Penyebab
1. Mikobakteria
Penyebab utama penyakit TB adalah
Mycobacterium tuberculosis, yaitu
sejenis basil aerobik
kecil yang non-motil. Berbagai karakter klinis unik patogen ini disebabkan oleh
tingginya kandungan lemak/lipid yang dimilikinya.
Sel-selnya membelah setiap 16 –20 jam. Kecepatan pembelahan ini
termasuk lambat bila dibandingkan dengan jenis bakteri lain yang umumnya
membelah setiap kurang dari satu jam. Mikobakteria memiliki lapisan ganda membran luar lipid. Bila dilakukan
uji pewarnaan
Gram, maka MTB akan menunjukkan pewarnaan "Gram-positif" yang
lemah atau tidak menunjukkan warna sama sekali karena kandungan lemak dan asam mikolat yang tinggi pada
dinding selnya.[18]
MTB bisa tahan terhadap berbagai disinfektan
lemah dan dapat bertahan hidup dalam kondisi kering
selama berminggu-minggu. Di alam, bakteri hanya dapat berkembang dalam sel inang
organisme tertentu, namun M. tuberculosis bisa dikultur di laboratorium.
Dengan menggunakan pewarnaan histologis
pada sampel dahak
yang diekspektorat, peneliti
dapat mengidentifikasi MTB melalui mikroskop (dengan pencahayaan) biasa. (Dahak
juga disebut "sputum"). MTB mempertahankan warna meskipun sudah
diberi perlakukan larutan asam, sehingga dapat digolongkan sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Dua jenis teknik pewarnaan asam yang paling umum yaitu: teknik pewarnaan
Ziehl-Neelsen, yang akan memberi warna merah terang pada bakteri BTA bila
diletakkan pada latar biru, dan teknik pewarnaan
auramin-rhodamin lalu dilihat dengan mikroskop fluoresen.
Kompleks M. tuberculosis (KMTB) juga
termasuk mikobakteria lain yang juga
menjadi penyebab TB: M. bovis, M. africanum,
M. canetti,
dan M. microti. M.
africanum tidak menyebar luas, namun merupakan penyebab penting
Tuberkulosis di sebagian wilayah Afrika. M. bovis merupakan penyebab
umum Tuberkulosis, namun pengenalan susu
pasteurisasi telah berhasil memusnahkan jenis mikobakterium yang selama ini
menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara-negara berkembang ini. M.
canetti merupakan jenis langka dan sepertinya hanya ada di kawasan Tanduk
Afrika, meskipun beberapa kasus pernah ditemukan pada kelompok emigran
Afrika. M. microti juga merupakan jenis langka dan seringkali ditemukan
pada penderita yang mengalami imunodefisiensi, meski demikian, patogen ini
kemungkinan bisa bersifat lebih umum dari yang kita bayangkan.
Mikobakteria
patogen lain yang juga sudah dikenal antara lain M. leprae, M. avium, dan M. kansasii.
Dua jenis terakhir masuk dalam klasifikasi "Mikobakteria
non-tuberkulosis" (MNT). MNT tidak menyebabkan TB atau lepra, namun
menyebabkan penyakit paru-paru lain yang mirip TB.
mikrobacterium
Tuberculosis
2.Faktor-faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa
orang lebih rentan terhadap infeksi TB. Di tingkat global, faktor resiko paling
penting adalah HIV;
13% dari seluruh kasus TB ternyata terinfeksi juga oleh virus HIV. Masalah
ini umum ditemukan di kawasan sub-Sahara
Afrika, yang angka HIV-nya tinggi. Tuberkulosis terkait erat
dengan kepadatan penduduk yang berlebihan serta gizi buruk. Keterkaitan ini
menjadikan TB sebagai salah satu penyakit kemiskinan
utama. Orang-orang yang memiliki resiko tinggi terinfeksi TB antara
lain: orang yang menyuntik obat terlarang, penghuni dan karyawan tempat-tempat
berkumpulnya orang-orang rentan (misalnya, penjara dan tempat penampungan
gelandangan), orang-orang miskin yang tidak memiliki akses perawatan kesehatan
yang memadai, minoritas suku yang beresiko tinggi, dan para pekerja kesehatan
yang melayani orang-orang tersebut. Penyakit paru-paru kronis adalah faktor
resiko penting lainnya. Silikosis meningkatkan resiko
hingga 30 kali lebih besar. Orang-orang yang merokok memiliki
resiko dua kali lebih besar terkena TB dibandingkan yang tidak merokok. Adanya
penyakit tertentu juga dapat meningkatkan resiko berkembangnya Tuberkulosis,
antara lain alkoholisme/kecanduan
alkohol dan diabetes mellitus (resikonya tiga kali lipat). Obat-obatan
tertentu, seperti kortikosteroid dan infliximab (antibodi monoklonal
anti-αTNF) juga merupakan faktor resiko yang semakin penting, terutama di
kawasan dunia berkembang. Meskipun
kerentanan genetik juga
bisa berpengaruh, namun para peneliti belum menjelaskan sampai sejauh mana
peranannya.
d. Mekanisme1. Penularan
Ketika seseorang yang mengidap TB paru aktif
batuk, bersin, bicara, menyanyi, atau meludah, mereka sedang menyemprotkan
titis-titis aerosol
infeksius dengan diameter 0.5 hingga 5 µm. Bersin dapat melepaskan partikel
kecil-kecil hingga 40,000 titis. Tiap titis bisa menularkan penyakit
Tuberkulosis karena dosis infeksius penyakit ini sangat rendah. (Seseorang yang
menghirup kurang dari 10 bakteri saja bisa langsung terinfeksi).
Orang-orang yang melakukan kontak dalam waktu
lama, dalam frekuensi sering, atau selalu berdekatan dengan penderita TB,
beresiko tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan angka infeksi sekitar 22%.
Seseorang dengan Tuberkulosis aktif dan tidak mendapatkan perawatan dapat
menginfeksi 10-15 (atau lebih) orang lain setiap tahun. Biasanya,
hanya mereka yang menderita TB aktif yang dapat menularkan penyakit ini.
Orang-orang dengan infeksi laten diyakini tidak menularkan penyakitnya.
Kemungkinan penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain tergantung pada
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain jumlah titis infeksius yang
disemprotkan oleh pembawa, efektifitas ventilasi lingkungan tempat tinggal, jangka
waktu paparan, tingkat virulensistrain M. tuberculosis,
dan tingkat kekebalan tubuh orang yang tidak terinfeksi. Untuk mencegah
penyebaran berlapis dari satu orang ke orang lainnya, pisahkan orang-orang
dengan TB aktif ("nyata") dan masukkan mereka dalam rejimen obat
anti-TB. Setelah kira-kira dua minggu perawatan efektif, orang-orang dengan
infeksi aktif yang non-resisten
biasanya sudah tidak menularkan penyakitnya ke orang lain. Bila ternyata
kemudian ada yang terinfeksi, biasanya perlu waktu tiga sampai empat minggu
hingga orang yang baru terinfeksi itu menjadi cukup infeksius untuk menularkan
penyakit tersebut ke orang lain.
2.Patogenesis
Sekitar 90% orang yang terinfeksi M. tuberculosis mengidap infeksi TB
laten yang bersifat asimtomatik, (kadang disebut LTBI/Latent TB Infections).
Seumur hidup, orang-orang ini hanya memiliki 10% peluang infeksi latennya
berkembang menjadi penyakit Tuberkulosis aktif yang nyata. Resiko TB pada
pengidap HIV untuk berkembang menjadi penyakit aktif meningkat sekitar 10%
setiap tahunnya. Bila tidak diberi pengobatan yang efektif, maka angka kematian
TB aktif bisa mencapai lebih dari 66%.
Infeksi TB bermula ketika mikobakteria masuk ke
dalam alveoli paru, lalu
menginvasi dan bereplikasi di dalam endosom makrofag
alveolus. Lokasi primer infeksi di dalam paru-paru yang dikenal dengan nama
"fokus Ghon", terletak di
bagian atas lobus bawah, atau di bagian bawah lobus atas.
Tuberkulosis paru dapat juga terjadi melalui infeksi aliran darah yang dikenal
dengan nama fokus Simon. Infeksi fokus
Simon biasanya ditemukan di bagian atas paru-paru. Penularan
hematogen (melalui pembuluh darah) ini juga dapat menyebar ke lokasi-lokasi
lain seperti nodus limfa perifer, ginjal, otak dan tulang.[1][46]
Tuberkulosis berdampak pada seluruh bagian tubuh, meskipun belum diketahui
kenapa penyakit ini jarang sekali menyerang jantung, otot skeletal, pankreas, atau tiroid.
Tuberkulosis digolongkan sebagai salah satu
penyakit yang menyebabkan radang granulomatosa.
Sel-sel seperti Makrofag,
limfosit T, limfosit B, dan fibroblast
saling bergabung membentuk granuloma. Limfosit mengepung makrofag-makrofag yang terinfeksi.
Granuloma mencegah penyebaran mikobakteria dan menyediakan lingkungan khusus
bagi interaksi sel-sel lokal di dalam sistem kekebalan tubuh. Bakteri yang
berada di dalam granuloma menjadi dorman lalu menjadi sumber infeksi laten.
Ciri khas lain granuloma adalah membentuk kematian sel abnormal (nekrosis) di pusat tuberkel. Dilihat
dengan mata telanjang, nekrosis memiliki tekstur halus, berwarna putih keju dan
disebut nekrosis kaseosa.
Bakteri TB bisa masuk ke dalam aliran darah dari
area jaringan yang rusak itu. Bakteri-bakteri tersebut kemudian menyebar ke
seluruh tubuh dan membentuk banyak fokus-fokus infeksi, yang tampak sebagai
tuberkel kecil berwarna putih di dalam jaringan. Penyakit TB yang
sangat parah ini disebut tuberkulosis milier.
Jenis TB ini paling umum terjadi pada anak-anak dan penderita HIV. Angka
fatalitas orang yang mengidap TB diseminata seperti ini cukup tinggi meskipun
sudah mendapatkan pengobatan (sekitar 30%).
Pada banyak orang, infeksi ini sering hilang
timbul. Perusakan jaringan dan nekrosis seringkali seimbang dengan kecepatan
penyembuhan dan fibrosis.
Jaringan yang terinfeksi berubah menjadi parut dan lubang-lubangnya terisi
dengan material nekrotik kaseosa tersebut. Selama masa aktif penyakit, beberapa
lubang ini ikut masuk ke dalam saluran udara bronkhi dan material nekrosis tadi
bisa terbatukkan. Material ini mengandung bakteri hidup dan dapat menyebarkan
infeksi. Pengobatan menggunakan antibiotik
yang sesuai dapat membunuh bakteri-bekteri tersebut dan memberi jalan bagi
proses penyembuhan. Saat penyakit sudah sembuh, area yang terinfeksi berubah
menjadi jaringan parut.
e. Pencegahan
1. Vaksin
Sejak tahun 2011, satu-satunya vaksin yang
tersedia adalah bacillus Calmette–Guérin
(BCG). Walaupun BCG efektif melawan penyakit yang menyebar pada masa
kanak-kanak, masih terdapat perlindungan yang inkonsisten terhadap TB paru.
Namun, ini adalah vaksin yang paling umum digunakan di dunia, dengan lebih dari
90% anak-anak yang mendapat vaksinasi.
Bagaimanapun, imunitas yang ditimbulkan akan berkurang setelah kurang lebih
sepuluh tahun. Tuberkulosis tidak umum di sebagian besar Kanada, Inggris Raya,
dan Amerika Serikat, jadi BCG hanya diberikan kepada orang
dengan resiko tinggi. Satu alasan vaksin ini tidak digunakan adalah karena
vaksin ini menyebabkan tes kulit tuberlulin
memberikan positif palsu, sehingga tes ini tidak membantu dalam penyaringan
penyakit. Jenis vaksin baru masih sedang dikembangkan.
2.Kesehatan masyarakat
World Health Organization (WHO) mendeklarasikan
TB sebagai "emergensi kesehatan global pada tahun 1993. Tahun 2006,
Kemitraan Stop TB mengembangkan gerakan Rencana
Global Stop Tuberkulosis yang ditujukan untuk menyelamatkan 14 juta orang
pada tahun 2015.Jumlah yang telah ditargetkan ini sepertinya tidak akan
tercapai pada tahun 2015, sebagian besar disebabkan oleh kenaikan penderita HIV
dengan tuberkulosis dan munculnya resistensi tuberkulosis multi-obat (multiple
drug-resistant tuberculosis, MDR-TB). Klasifikasi
tuberkulosis yang dikembangkan oleh American Thoracic
Society pada umumnya digunakan dalam program kesehatan masyarakat.
Karena kuman TB ada di mana-mana termasuk di Mal,
Kantor dan tentunya juga di Rumah Sakit, maka pencegahan yang paling efektif
adalah Gaya Hidup untuk menunjang Ketahanan Tubuh kita:
- Cukup gizi, jangan telat makan
- Cukup istirahat, jika capai istirahat dulu
- Jangan Stres Fisik, capai berlebihan
- Jangan Stres Mental, berusahalah berpikir positip dan legowo (bisa menerima)
Contoh
bayi yang terkena TBC
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Imunisasi
merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatananak anda.
Imunisasi bekerja dengan cara merangsang timbulmya kekebalan tubuhyang akan
melindungi anak anda dari penyakit-penyakit sebagai berikut: polio,campak,
gondongan, campak Jerman, influenza, tetanus, difteri dan pertusis
(batuk rejan).Tanpa pemberian vaksin, jumlah kematian anak-anak yang
ditimbulkan oleh penyakit tersebut meningkat dan banyak orang yang
mengalami komplikasi kronik setelah menderita penyakit tersebut.
B.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka di sarankan :
Perlu peningkatan ilmu pengetahuan
dan teknologi tentang imunisasi di kalangan paramedis sehingga pelayanan
kesehatan khususnya imunisasi dapat diberikan sesuai dengan standar asuhan
pelayanan kesehatan.
Perlu pemberian pendidikan kesehatan
kepada masyarakat yang sebenarnya tentang pentingnya imunisasi dan hal-hal yang
berkaitan sehingga masyarakat tidak perlu takut membawa anaknya imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA
^ a
b
c
d
e
Susilo, Taufik Afdi. Ensiklopedi Pengetahuan Dunia
Abad 20. Javalitera. Yogyakarta 2010. Halaman 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar