BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan Eksklusif. Bayi baru lahir
harus mendapat ASI dalam jangka waktu satu jam setelah lahir. Seorang ibu
dikodratkan untuk dapat memberikan air susunya kepada bayi yang telah
dilahirkannya, dimana kodrat ini merupakan suatu tugas yang mulia bagi Ibu itu
sendiri demi keselamatan bayi dikemudian hari. Tetapi pada suatu proses
kelahiran, terutama bagi yang baru pertama kali melahirkan, kadang air susu Ibu
tidak atau susah untuk keluar sehingga bayi tersebut sementara diberikan susu
botol yang akan mengakibatkan bayi terbiasa menghisap dot, sehingga dapat
mengalami bingung putting saat mulai meneteki. Reflleks pertama seorang bayi
yang normal adalah mencari putting susu ibu berupa hisapan mulut bayi merupakan
hal yang penting dalam proses produksi ASI. ASI eksklusif adalah pemberian ASI
termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak bayi lahir. Dengan perkataan
lain pemberian susu formula, air matang, air gula dan madu untuk bayi baru
lahir tidak dibenarkan.
Sejak abad ke-19 para pakar telah sepakat bahwa ASI lebih unggul daripada susu
sapi atau bahan pengganti lainnya.Sayangnya perilaku menyusui bayi sendiri
dianggap sebagian orang suatu tingkah laku tradisional, sehingga sedikit demi
sedikit ditinggalkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh kemajuan di negara-negara
industri yang memperkenalkan susu buatan untuk bayi yang mempunyai manfaat sama
dengan ASI, pemakaiannya lebih praktis, dengan promosi pemasaran yang gencar.
Oleh sebab itu Menteri Kesehatan Republik Indonesia
melalui peraturan Nomor: 450/MENKES/SKIV/2004 mengajak bangsa Indonesia
melaksanakan pemberian hanya ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupan bayi
dapat dilanjutkan sampai anak umur 2 tahun.
1.2 Rumusan
Masalah
Setelah diketahui latar belakang dari pembuatan makalah ini, maka rumusan
masalahnya akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Anatomi dan fisiologi payudara
2. Dukungan Bidan dalam Pemberian ASI
3. Manfaat Pemberian ASI
4. Komposisi Gizi dalam ASI
1.3 Tujuan
Penulisan
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan, dan untuk
mengetahui proses laktasi dan menyusui.
1.4 Metode
Penulisan
Metode penulisan dengan mengumpulkan refrensi yang berhubungan dengan
pembahasan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Anatomi dan Fisiologi Payudara
A. Anatomi Payudara
Setiap manusia pada umumnya
mempunyai payudara, tetapi antara laki - laki dan perempuan berbeda dalam
fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari
seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari
itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi
sumber utama dari kehidupan, karena Air Susu Ibu ( ASI ) adalah makanan bayi
yang paling penting terutama pada bulan - bulan pertama kehidupan.
Payudara (mammae, susu) adalah
kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara
adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat
menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di
puncak payudara.
Gambar 1. Anatomi payudara
1. Korpus
Alveolus,
yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
Lobulus,yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI di salurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
Lobulus,yaitu kumpulan dari alveolus.
Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI di salurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Kalang Payudara ( Areola Mammae )
Letaknya mengelilingi putting susu
dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen
pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya
kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga
kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan
warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini akan menetap untuk selanjutnya,
jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula.
Pada daerah ini akan didapatkan
kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang membentuk tuberkel dan
akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu
bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara
terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.
3. Papilla ( Putting
Susu).
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi
berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan
bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang - lubang kecil yang merupakan muara
dari duktus laktiferus, ujung - ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh
getah bening, serat - serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga
bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting
susu ereksi, sedangkan serat - serat otot yang longitudinal akan menarik
kembali putting susu tersebut. Payudara terdiri dari 15 - 25 lobus. Masing -
masing lobulus terdiri dari 20 - 40 lobulus. Selanjutnya masing - masing
lobulus terdiri dari 10 - 100 alveoli dan masing - masing dihubungkan dengan
saluran air susu ( sistem duktus ) sehingga merupakan suatu pohon.
Puting susu dapat pula menjadi tegak
bukan sebagai hasil dari beberapa bentuk perangsangan seksual yang alami dan
puting susu seorang wanita mungkin tidak menjadi tegak ketika ia terangsang
secara seksual. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak yang dihasilkan
oleh kelenjar Montgomery. Kelenjar ini dapat berbentuk gelombang-gelombang naik
dan sensitif terhadap siklus menstruasi seorang wanita. Kelenjar ini bekerja
untuk melindungi dan meminyaki puting susu selama menyusui. Beberapa puting
susu menonjol ke dalam atau rata dengan permukaan payudara. Keadaaan tersebut
kemudian ditunjukkan sebagai puting susu terbalik dan tidak satu pun dari
keadaan tersebut yang memperlihatkan kemampuan seorang wanita untuk menyusui,
yang berdampak negatif
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal,
pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).
Gambar 2.
Bentuk puting susu normal
|
Gambar 3.
Bentuk puting susu pendek
|
|||
Gambar 4.
Bentuk puting susu panjang
|
Gambar 5.
Bentuk puting susu terbenam/ terbalik
|
B. Fisiologi payudara
Payudara mengalami tiga perubahan
yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak
melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause.
Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan
sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi
lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata.
Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri
sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada
waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar
terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi waktu hamil
dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul
dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior
memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal :
534-535
2.2.
Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat
istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk
memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi.
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI
adalah :
Ø Meyakinkan
bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya.
Ø Membantu ibu
sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI,
dengan :
1. Membiarkan bayi bersama ibunya
segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.
Bayi mulai meyusu sendiri segera
setelah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu dini (early initiation)
atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi
dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat
memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara
ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling
sedikit 30 menit setelah lahir.
2. Mengajarkan cara merawat payudara
yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga
pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan
tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai
dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan
cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan
minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim,
minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.
3. Membantu ibu pada waktu pertama
kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui
bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting
susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan
bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon
oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI
tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.
Posisi menyusui dapat dilakukan dengan :
Ø Posisi
berbaring miring
Ø Posisi duduk
Ø Posisi ibu
tidur telentan
Posisi berbaring miring
Posisi ini baik dilakukan pada saat
pertama kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri.
Posisi duduk
Pada saat pemberian ASI dengan
posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan topangan pada/ sandaran pada punggung
ibu dalam posisi tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Posisi ini
dapat dilakukan dengan bersila di atas tempat tidur atau lantai, ataupun duduk
di kursi.
Tidur telentang
Seperti halnya pada saat dilakukan
inisiasi menyusu dini, maka posisi ini juga dapat dilakukan oleh ibu. Posisi
bayi berada di atas dada ibu diantara payudara ibu.
Tanda-tanda bayi bahwa telah berada
pada posisi yang baik pada payudara antara lain:
a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu;
b) Mulut dan dagu bayi berdekatan dengan payudara;
c) Areola tidak akan tampak jelas;
d) Bayi akan melakukan hisapan lamban dan dalam, dan
menelan ASInya;
e) Bayi terlihat senang dan tenang;
f) Ibu tidak akan merasa nyeri pada daerah
payudaranya.
4. Menempatkan bayi didekat ibu pada
kamar yang sama (rawat gabung).
Rawat gabung adalah merupakan salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi
yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam
ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat
dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi maupun
medis.
1. Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat
mempermudah bayi menyusu setiap saat, tanpa terjadwal (nir-jadwal). Dengan
demikian, semakin sering bayi menyusu maka ASI segera keluar.
2. Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan
bayinya, maka bayi lebih sering disusui. Sehingga bayi mendapat nutrisi alami
dan kecukupan ASI. Refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses menyusui akan
membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu oleh refleks prolaktin.
Selain itu, berbagai penelitian menyatakan bahwa dengan ASI eksklusif dapat
menjarangkan kehamilan atau dapat digunakan sebagai KB alami.
3.
Aspek
psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan
batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother bounding).
Hal ini disebabkan oleh adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan tubuh
ibu memberikan stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi
kelanjutan perkembangan psikologis bayi. Ibu yang dapat memberikan ASI secara
eksklusif, merupakan kepuasan tersendiri.
4. Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalaman
bagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan.
Pada saat inilah, dorongan suami dan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu.
5. Aspek ekonomi
Rawat gabung tidak hanya memberikan
manfaat pada ibu maupun keluarga, tetapi juga untuk rumah sakit maupun
pemerintah. Hal ini merupakan suatu penghematan dalam pembelian susu buatan dan
peralatan lain yang dibutuhkan.
6. Aspek medis
Pelaksanaan rawat gabung dapat
mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Selain itu, ibu dapat melihat perubahan
fisik atau perilaku bayinya yang menyimpang dengan cepat. Sehingga dapat segera
menanyakan kepada petugas kesehatan sekiranya ada hal-hal yang dianggap tidak
wajar.
5. Memberikan ASI pada bayi sesering
mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering
mungkin tidak perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan keinginannya (on
demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong
dalam 2 jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena
isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
6. Memberikan kolustrum dan ASI
saja.
ASI dan kolustrum merupakan makanan
yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi ASI sangat sesuai dengan
kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang melahirkan prematur
sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.
7. Menghindari susu botol dan “dot
empeng”.
Pemberian susu dengan botol dan
kempengan dapat membuat bayi bingung puting dan menolak menyusu atau hisapan
bayi kurang baik. Hal ini disebabkan, mekanisme menghisap dari puting susu ibu
dengan botol jauh berbeda.
2.3. Manfaat Pemberian ASI
Manfaat Pemberian ASI Bagi Ibu, yaitu:
Saat menyusui,tanpa disadari ibu
melapaskan hormone prolaktin,yaitu hormonyang menghasilkan kedamaian.Sehingga
membuat ibu merasa lebih santai. Selain prolaktin juga menghasilkan hormone
oksitosin,hormone yang mengakibatkan perasaan kasih sayang dan hubungan emosional
antara ibu dengan bayinya. Di samping kepuasan emosional,menyusui memberikan
keuntungan kesehatan bagi ibu. Hormon oksitosin berfungsi mengembalikan uterus
ke ukuran normal dengan lebih cepat dan mencegah pendarahan pasca
melahirkan. Para ahli menyatakan bahwa menyusui dapat mengurangi resiko
timbulnya kanker ovarium dan kanker payudara di masa yang akan datang. Menyusui
secara ekslusif bisa menunda kembalinya masa menstruasi ibu sehinggamerupakan
kontrasepsi alami. Menyusui lebih praktis ekonomis dan menghemat waktu. Saat
menyusui,merupakan saat yang kerap dimanfaatkan oleh ibu untuk mempercepat
hubungan emosional antara ibu dan bayi. Mengurus bayi,termasuk
menyusui,membutuhkan kalori yang banyak.sehingga mempercepat proses penerunan
berat badan. Menyusui bisa membantu meningkatkan kepadatan mineral tulang
setelah menyapih,sehingga melindungi anda dari osteoporosis dan keretakan
tulang pada usia tua.
Manfaat Pemberian ASI untuk Bayi, yaitu:
Ø Pemberian
ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur
kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat
gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan
pertama kehidupannya
Ø Pada umur 6
sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi, karena mengandung
lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu
ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Ø Setelah umur
1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30% dari kebutuhan bayi, akan tetapi
pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat
Ø ASI
disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu sapi adalah yang
terbaik untuk sapi
Ø Komposisi
ASI ideal untuk bayi
Ø Dokter
sepakat bahwa ASI mengurangi resiko infeksi lambung-usus, sembelit, dan alergi
Ø Bayi ASI
memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit. Contohnya, ketika si ibu
tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti gastroentretis atau polio),
antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan kepada bayi melalui ASI
Ø Bayi ASI
lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice). Level bilirubin dalam darah bayi
banyak berkurang seiring dengan diberikannya kolostrum dan mengatasi
kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti
ASI.
Ø ASI selalu
siap sedia setiap saat bayi menginginkannya, selalu dalam keadaan steril dan
suhu susu yang pas
Dengan adanya kontak mata dan badan,
pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman,
nyaman dan terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa
depan.
Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik
untuk diberikan karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh.
Bayi prematur lebih cepat tumbuh
apabila mereka diberikan ASI perah. Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai
dengan kebutuhan bayi, dan ASI bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan
menumbuhkan sel otak pada bayi prematur.
Beberapa penyakit lebih jarang
muncul pada bayi ASI, di antaranya: kolik, SIDS (kematian mendadak pada bayi),
eksim, Chron’s disease, dan Ulcerative Colitis.
IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9
point daripada IQ bayi non-ASI. Menurut penelitian pada tahun 1997, kepandaian
anak yang minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi
daripada anak-anak yang minum susu formula.
Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anak. Sambil
menyusui, eluslah si bayi dan dekaplah dengan hangat. Tindakan ini sudah dapat
menimbulkan rasa aman pada bayi, sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi
dan spiritual yang tinggi. Ini menjadi dasar bagi pertumbuhan manusia menuju
sumber daya manusia yang baik dan lebih mudah untuk menyayangi orang lain.
2.4. Komposisi Zat dalam ASI
Kandungan ASI nyaris tak tertandingi. ASI mengandung zat gizi yang secara
khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan memperkuat
daya tahan alami tubuhnya. Kandungan ASI yang utama terdiri dari:
1. LAKTOSA
Merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan penting sebagai sumber energi . Selain itu laktosa juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan dalam perkembangan sistem syaraf. Zat gizi ini membantu penyerapan kalsium dan magnesium di masa pertumbuhan bayi.
Merupakan jenis karbohidrat utama dalam ASI yang berperan penting sebagai sumber energi . Selain itu laktosa juga akan diolah menjadi glukosa dan galaktosa yang berperan dalam perkembangan sistem syaraf. Zat gizi ini membantu penyerapan kalsium dan magnesium di masa pertumbuhan bayi.
2. LEMAK
Merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu: asam linoleat dan asam alda linolenat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA. AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan otak bayi.
Merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi. Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu: asam linoleat dan asam alda linolenat yang akan diolah oleh tubuh bayi menjadi AA dan DHA. AA dan DHA sangat penting untuk perkembangan otak bayi.
3. OLIGOSAKARIDA
Merupakan komponen bioaktif di ASI yang berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah bakteri sehat yang secara alami hidup dalam sistem pencernaan bayi.
Merupakan komponen bioaktif di ASI yang berfungsi sebagai prebiotik karena terbukti meningkatkan jumlah bakteri sehat yang secara alami hidup dalam sistem pencernaan bayi.
4. PROTEIN
Komponen dasar dari protein adalah
asam amino, berfungsi sebagai pembentuk struktur otak. Beberapa jenis asam
amino tertentu, yaitu taurin, triptofan, dan fenilalanin merupakan senyawa yang
berperan dalam proses ingatan.
Komposisi zat utama dalam ASI:
1. Laktosa- 7gr/100ml.
2. Lemak- 3,7-4,8gr/100ml.
3. Oligosakarida- 10-12 gr/ltr.
4. Protein- 0,8-1,0gr/100ml.
Ø Komposisi
Zat Gizi Kolostrum, ASI dan PASI
Kandungan zat gizi dalam kolostrum,
ASI dan PASI (pengganti air susu ibu) memiliki komposisi yang berbeda.
Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini
menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum ia
sudah mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu
pertama.
Ø Komposisi
zat gizi dalam kolostrum, ASI dan PASI
Kandungan zat gizi dalam kolostrum,
ASI dan PASI (pengganti air susu ibu) memiliki komposisi yang berbeda.
Kandungan protein dalam kolostrum jauh lebih tinggi dari pada ASI. Hal ini
menguntungkan bayi yang baru lahir karena dengan mendapat sedikit kolostrum ia
sudah mendapat cukup protein yang dapat memenuhi kebutuhan bayi pada minggu
pertama.
Karbohidrat
Karbihdrat dalam ASI berbentuk
laktosa yang jumlahnya berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh
kembang bayi. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 sehingga ASI
terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan bayi yang
sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Dengan demikian
pemberian ASI akan semakin sukses.
Hidrat arang dalam ASI merupakan
nutrisi yang penting untuk pertumbuhan sel syaraf otak dan pemberi energi untuk
kerja sel-sel syaraf. Selain itu karhidrat memudahkan penyerapan kalsium
mempertahankan factor bifidus di dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan
bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang baik bagi bakteri yang
menguntungkan) dan dan mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibody bayi
Protein
Protein dalam ASI lebih rendah
dibandingkan dengan PASI. Namun demikian protein ASI sangat cocok karena unsur
protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernan bayi yaitu protein
unsur whey. Perbandingan protein unsur whey dan casein adalam ASI adalah 80:40,
sedangkan dalam PASI 20:80.
Artinya protein pada PASI hanya
sepertiganya protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan
harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini
yang memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces
berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila
bayi diberikan PASI.
Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya
rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap
kali diisap oleh bayi dan hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada
lima menit pertama isapan akan berbeda dengan 10 menit kemudian, Kadar lemak
pada hari pertama berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut
perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan. Jenis lemak yang ada
dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang dibutuhkan oleh sel jaringan
otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung enzim lipase.
Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6,
dan DHA yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu
formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan.
Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI sehingga
menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam linoleat dalam ASI
sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6:1. Asam linoleat adalah
jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang berfungsi untuk memacu
perkembangan sel syaraf otak bayi.
Mineral
ASI megandung mineral yang lengkap
walaupun kadarnya relatif rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai
berumur 6 bulan. Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat
stabil dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu.
Dalam PASI kandungan mineral
jumlahnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat diserap. Hal ini akan
memperberat kerja usus bayi serta menganggu keseimbangan dalam usus dan
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan
kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi
atau ganguan metabolisme.
Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap
yang dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena
bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses laktasi dan menyusui
Laktasi atau pengeluaran susu serta
penyaluran keluar dari payudara sewaktu diisap adalah fungsi dari payudaran,
dan di dalam proses laktasi ibu menyusui ada manfaat memberian asi bagi bayi
yaitu membantu bayi memulai kehidupan dengan baik, kolostrum ataupun susu
pertama mengandung antibody yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi
menjadi kuat. Dan bagi ibu membantu memulihkan diri dari proses persalinannya,
pemberian asi selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan
cepat dan memperlambat perdarahan.Bagi semua orang asi selalu bersih dan bebas
hama yang dapat menyebabbkan infeksi.
Cara memberikan asi:
Bila ibu dan bayi sehat, hendaknya
asi cepat diberikan, asi yang diproduksi pada 1-5 hari pertama dinamakan
kolostrum yaitu cairan kental yang berwarna kekuningan, klostrum ini mengandung
lebih banyak antibody. ASI mengandung lebih dari 200 unsur- unsur pokok, antara
lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, factor pertumbuhan,
harmon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih.
B. Saran
Perlu adanya peningkatan dalam memberikan penyuluhan atau konseling tentang menyusui terutama tentang manfaat yang bisa didapatkan oleh bayi atau pun ibu. Ada baiknya konseling menyusui ini tidak hanya dilakukan pada ibu yang sudah memiliki bayi tetapi juga yang sedang dalam masa kehamilan dengan tujuan untuk pembekalan ibu ketika melahirkan nanti akan menerapkan inisiasi menyusu dini dan dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi.
http://aku-anak-peternakan.blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Menyusui.com
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
http://id.wikipedia.org/wiki/Menyusui.com
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Mitra Cendikia.
http://parekita.wordpress.com/2008/10/17/managemen-menyusui.com
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta.
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum.
http://parekita.wordpress.com/2008/10/17/managemen-menyusui.com
Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta.
Pusdiknakes, 2003. Buku 4: Asuhan Kebidanan Post Partum.
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar