ASUHAN
KEBIDANAN NEONATUS
ATRESIA
DUODENUM
Disusun oleh:
1. EKA
YUNIARTI
2.TIKA DESTI
NATALIA
Kelas : II B
STIKes ABDI
NUSANTARA JAKARTA
Jurusan DIII
Kebidanan
2014/2015
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan kasih
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ‘Tentang asuhan kebidanan noenatus atresia duodenum’
Kami menyadari bahwa dalam menyusun tugas makalah ini kami banyak menumukan
berbagi hambatan ataupun kesulitan. Namun atas bantuan dari banyak pihak maka
kami pun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing
dan teman-teman yang telah membantu penyelesaian dari makalah ini
Tak lupa kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah
ini. kami sadar bahwa manusia tidak ada yang sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kebesaran hati dari para pembaca dengan memberikan kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan.
Bekasi, 14 oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..........................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang............................................................................................................4
B.
Rumusan
masalah......................................................................................................5
C.
Tujuan
masalah..........................................................................................................5
D. Manfaat masalah.......................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definsi Atresia duodenum.......................................................................................6
B.
Patosiologis..............................................................................................................7
C.
Epidimiologi.............................................................................................................8
D.
Penyebab dan
tanda gejala.......................................................................................9
E.
Pemeriksaan
dan diagnosis....................................................................................10
F.
Penataklasaan.........................................................................................................11
G.
Peran bidan
jika menemukan atresia duodenum....................................................13
H.
Asuhan
kebidanan..................................................................................................14
I.
Pencegahan.............................................................................................................14
PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................15
B. Saran.........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Atresia duodenum adalah penyakit bayi baru lahir. Kasus
stenosis duodenal atau duodenal web denganperforasi jarang tidak terdiagnosis hingga
masa kanak-kanak atau remaja.Penggunaan USG telahmemungkinkan banyak bayi
dengan obstruksi duodenum teridentifikasi sebelum kelahiran. Padapenelitian
cohort besar untuk 18 macam malformasi kongenital di 11 negara Eropa, 52% bayi
denganobstruksi duodenum diidentifikasi sejak in utero. Obstruksi duodenum
ditandai khas oleh gambarandouble-bubble (gelembung ganda) pada USG prenatal.
Gelembung pertama mengacu pada lambung,dan gelembung kedua mengacu pada loop
duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi.Diagnosis prenatal
memungkinkan ibu mendapat konseling prenatal dan mempertimbangkan
untukmelahirkan di sarana kesehaan yang memiliki fasilitas yang mampu merawat
bayi dengan anomalisaluran cerna.Insiden atresia duodenum di Amerika Serikat
adalah 1 per 6000 kelahiran. Obstruksi duodenumkongenital intrinsik merupakan
dua pertiga dari keseluruhan obstruksi duodenal kongenital (atresiaduodenal
40-60%, duodenal web 35-45%, pankreas anular 10-30%, stenosis duodenum 7-20%).
Insidenobstruksi kongenital di Finlandia (intrinsik, ekstrinsik, dan campuran)
adalah 1 per 3400 kelahiran hidup.Tidak terdapat predileksi rasial dan gender
pada penyakit ini.Jika atresia duodenum atau stenosis duodenum signifikan tidak
ditangani, kondisinya akan segeramenjadi fatal sebagai akibat gangguan cairan
dan elektrolit. Sekitar setengah dari neonatus yangmenderita atresia atau
stenosis duodenum lahir prematur. Hidramnion terjadi pada sekitar 40%
kasusobstruksi duodenum. Atresia atau stenosis duodenum paling sering dikaitkan
dengan trisomi 21. Sekitar 22-30% pasien obstruksi duodenum menderita
trisomi 21
B. Rumusan masalah
Untuk memudahkan dalam pembuatan makalah
ini penulis mencoba untuk merumuskan masalah diantaranya :
1.
Apa pengertian dari Atresia Duodenum?
2.
Jelaskan patosiologis dari Atresia Duodenum?
3.
Sebutkan penyebab ,Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni!
4.
Jelaskan pemeriksaan atau diagnosis Atresia Duodeni!
5.
Jelaskan Penatalaksanaan dan Pengobatan dari Atresia Duodeni!
6.
Jelaskan tindakan bidan bila menemukan penyakit!
7.
Sebutkan pencegahan Dari Atresia Duodenium
C. Tujuan Masalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
memberikan kemampuan kepada mahasiswi untuk memahami kelainan kelainan yang
terjadi pada bayi baru lahir
a.
Untuk mengetahui pengertian dari Atresia Duodeni.
b.
Untuk mengetahui dari Patofisiologi
Atresia Duodeni.
c.
Untuk mengetahui penyebab Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni.
d. Untuk mengetahui pemeriksaan atau
diagnosis
e.
Untuk mengetahui Penatalaksanaan dan Pengobatan dari Atresia Duodeni.
f.
Untuk mengetahu tindakan bidan bila menemukan
g.
Untuk mengetahui pencegahaan dari atresia duodeni.
D.
Manfaat Masalah
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis mengharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat
pada umumnya, dan dapat menambah pengetahuan tentang Asuhan Neonatus pada Bayi
dan Balita dengan Atresia Duodeni kususnya pada mahasiswa kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defnisi
atresia duodenum
Atresia
duodenum adalah kondisi dimana duodenum tidak berkembang
baik.
Atresia intestinal merupakan obstruksi yang sering terjadi pada neonatus
yang
baru lahir. Atresia intestinal dapat terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran. Atresia
intestinal
dapat terjadi pada berbagai tempat pada usus halus. 50% kasus atresia
intestinal
terjadi pada duodenum. Gejala yang sering ditimbulkan yakni obstruksi
usus.
Gejala akan nampak dalam 24 jam setelah kelahiran. Muntah yang terus
menerus
merupakan gejala yang paling sering. Apabila kondisi anak tidak
ditangani
dengan cepat, maka anak akan mengalami dehidrasi, penurunan berat
badan,
gangguan keseimbangan elektrolit. Jika dehidrasi tidak ditangani, dapat
terjadi
alkalosis metabolik hipokalemia atau hipokloremia. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan
distensi abdomen. Pemeriksaan penunjang saat masa prenatal yakni
dengan
menggunakan prenatal ultrasonografi. Pemeriksaan penunjang postnatal
yakni
roentgen. Pemeriksaan roentgen yang pertama kali dilakukan yakni plain
abdominal
x-ray. X-ray akan menujukkan gambaran double-bubble sign tanpa gas
pada
distal dari usus. Managemen yang dilakukan meliputi menagemen
preoperatif,
intraoperatif serta managemen postoperatif. Angka harapan hidup
untuk
bayi dengan duodenal atresia yakni 90-95%. Mortalitas yang tinggi
disebabkan karena prematuritas
serta abnormalitas kongenital yang multiple.
meskipun penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum diketahui, patofisologinya telah dapat diterangkan dengan baik. seringnya ditemukan keterkaitan atresia atau stenosis duodenum dengan malformasi neonatal lainnya menunjukkan bahwa anomali ini disebabkan oleh gangguan perkembangan pada masa awal kehamilan. atresia duodenum berbeda dari atresia usus lainnya, yang merupakan anomali terisolasi disebabkan oleh gangguan pembuluh darah mesenterik pada perkembangan selanjutnya. tidak ada faktor resiko maternal sebagai predisposisi yang ditemukan hingga saat ini. meskipun hingga sepertiga pasien dengan atresia duodenum menderita pula trisomi 21 (sindrom down), namun hal ini bukanlah faktor resiko independen dalam perkembangan atre
2.2 Patofisiologi
Gangguan perkembangan duodenum terjadi akibat proliferasi endodermal yang tidak adekuat (elongasi saluran cerna melebihi proliferasinya) atau kegagalan rekanalisasi pita padat epithelial (kegagalan proses vakuolisasi). Banyak peneliti telah menunjukkan bahwa epitel duodenum berproliferasi dalam usia kehamilan 30-60 hari lalu akan terhubung ke lumen duodenal secara sempurna.
Proses selanjutnya yang dinamakan vakuolisasi terjadi saat duodenum padat mengalami rekanalisasi. Vakuolisasi dipercaya terjadi melalui proses apoptosis atau kematian sel terprogram, yang timbul selama perkembangan normal di antara lumen duodenum. Kadang-kadang, atresia duodenum berkaitan dengan pankreas anular (jaringan pankreatik yang mengelilingi sekeliling duodenum). Hal ini sepertinya lebih akibat gangguan perkembangan duodenal daripada suatu perkembangan dan atau berlebihan dari pancreatic buds.
Pada tingkat seluler, traktus digestivus berkembang dari embryonic gut, yang tersusun atas epitel yang merupakan perkembangan dari endoderm, dikelilingi sel yang berasal dari mesoderm. Pensinyalan sel antara kedua lapisan embrionik ini tampaknya memainkan peranan sangat penting dalam mengkoordinasikan pembentukan pola dan organogenesis dari duodenum
.
Epidemiologi
Insiden atresia duodenum di Amerika Serikat adalah 1 per 6000 kelahiran. Obstruksi duodenum kongenital intrinsik merupakan 2/3 dari keseluruhan obstruksi duodenal kongenital (atresia duodenal 40-60%, duodenal web 35-45%, pankreas anular 10-30%, stenosis duodenum 7-20%). Insiden obstruksi kongenital di Finlandia (intrinsik, ekstrinsik, dan campuran) adalah 1 per 3400 kelahiran hidup. Tidak terdapat predileksi rasial dan gender pada penyakit ini
Mortalitas dan Morbiditas
Jika atresia duodenum atau stenosis
duodenum signifikan tidak ditangani, kondisinya akan segera menjadi fatal
sebagai akibat gangguan cairan dan elektrolit. Sekitar setengah dari neonatus
yang menderita atresia atau stenosis duodenum lahir prematur.Kemudian
Hidramnion terjadi pada sekitar 40% kasus obstruksi duodenum. Atresia atau
stenosis duodenum paling sering dikaitkan dengan trisomi 21. Dan Sekitar 22-30%
pasien obstruksi duodenum menderita trisomi 21
Manifestasi Penyakit
Atresia duodenum adalah penyakit bayi baru lahir. Kasus stenosis duodenal atau duodenal web dengan perforasi jarang tidak terdiagnosis hingga masa kanak kanak atau remaja. Penggunaan USG telah memungkinkan banyak bayi dengan obstruksi duodenum teridentifikasi sebelum kelahiran. Pada penelitian cohort besar untuk 18 macam malformasi kongenital di 11 negara Eropa, 52% bayi dengan obstruksi duodenum diidentifikasi sejak in utero.
Obstruksi duodenum ditandai khas oleh gambaran double-bubble (gelembung ganda) pada USG prenatal. Gelembung pertama mengacu pada lambung, dan gelembung kedua mengacu pada loop duodenal postpilorik dan prestenotik yang terdilatasi. Diagnosis prenatal memungkinkan ibu mendapat konseling prenatal dan mempertimbangkan untuk melahirkan di sarana kesehaan yang memiliki fasilitas yang mampu merawat bayi dengan anomali saluran cerna.
2.3 Penyebab atresia duodenum
Penyebab dari atresia duodenum merupakan kerusakan yang terjadi disuplay
darah yang rendah pada masa kehamilan sehinggau duodenum mengalamipenyempitan
dan menjadi obstruksi.
·
Tanda dan gejala
- Pembengkakan abdomen Pada bagian atas
- Muntah terus-menerus, meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam
- Tidak memproduksi urine setelah beberapa kali buang air kecila
- Muntah banyak segera setelah lahir & berwarna hijau karena empedu
- Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar
- Pembengkakan abdomen Pada bagian atas
- Muntah terus-menerus, meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam
- Tidak memproduksi urine setelah beberapa kali buang air kecila
- Muntah banyak segera setelah lahir & berwarna hijau karena empedu
- Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar
Tanda dan gejala yang ada adalah akibat dari obstruksi intestinal tinggi.
Atresia duodenum ditandai dengan onset muntah dalam beberapa jam pertama
setelah lahir. Seringkali muntahan tampak biliosa, namun dapat pula non-biliosa
karena 15% kelainan ini terjadi proksimal dari ampula Vaterii. Jarang sekali,
bayi dengan stenosis duodenum melewati deteksi abnormalitas saluran cerna dan
bertumbuh hingga anak-anak, atau lebih jarang lagi hingga dewasa tanpa
diketahui mengalami obstruksi parsial. Sebaiknya pada anak yang muntah dengan
tampilan biliosa harus dianggap mengalami obstruksi saluran cerna proksimal
hingga terbukti sebaliknya, dan harus segera dilakukan pemeriksaan menyeluruh.
Setelah dilahirkan, bayi dengan atresia duodenal khas memiliki abdomen skafoid. Kadang dapat dijumpai epigastrik yang penuh akibat dari dilatasi lambung dan duodenum proksimal. Pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama kehidupan biasanya tidak terganggu. Dehidrasi, penurunan berat badan, ketidakseimbangan elektrolit segera terjadi kecuali kehilangan cairan dan elektrolit yang terjadi segera diganti. Jika hidrasi intravena belum dimulai, maka timbullah alkalosis metabolik hipokalemi/hipokloremi dengan asiduria paradoksikal, sama seperti pada obstruksi gastrointestinal tinggi lainnya. Tuba orogastrik pada bayi dengan suspek obstruksi duodenal khas mengalirkan cairan berwarna empedu (biliosa) dalam jumlah bermakna.
Radiografi polos yang menunjukkan gambaran double-bubble tanpa gas pada distalnya adalah gambaran khas atresia duodenal.
Adanya gas pada usus distal mengindikasikan stenosis duodenum, web
duodenum, atau anomali duktus hepatopankreas. Kadang kala perlu dilakukan
pengambilan radiograf dengan posisi pasien tegak atau posisi dekubitus. Jika
dijumpai kombinasi atresia esofageal dan atresia duodenum, disarankan untuk
melakukan pemeriksaan ultrasonograf
2.4 Pemeriksaan
dan diagnosis
Pemeriksaan diagnostik
·
Dengan
X-ray abdomen memperlihatkan pola gelembung ganda jika obstruksi tidak lengkap
dapat ditemukan sejumlah kecil udara dalam usus bagian bawah.
·
Dapat
ditegakkan dengan foto polos abdomen 3 posisi, secara klasik akan terlihat
suatu gelembung ganda pada film tegak yang merupakan udara dalam duodenum yang
mengembung naik ke puncak. Selain itu isi duodenum dapat membentuk satu garis
batas permukaan saluran udara. Pada atresia yang sempurna tidak akan terlihat
udara dibagian abdomen.
·
Dapat ditegakkan dengan foto polos abdomen 3 posisi,
secara klasik akan terlihat suatu gelembung ganda pada film tegak yang
merupakan udara dalam deodenum yang mengembung naik ke puncak. Selain itu isi
deodenum dapat membentuk satu garis batas permukaan saluran udara. Pada atresia
yang sempurna tidak akan terlihat udara dibagian abdomen
Diagnosis
·
Dikonfirmasi
dengan pemeriksaan x-ray abdomen. Sebuah foto upright abdomen menunjukkan
gambaran klasik “double bubble”. Pemeriksaan dengan kontras tidak diperlukan.
·
Bila
udara terlihat pada usus distal dari duodenum, obstruksinya incomplete,
mengarahkan pada stenosis duodenal atau malrotasi
·
Malrotasi
dengan volvulus harus dicurigai (dan disingkirkan) bila abdomen tidak berbentuk
scaphoid setelah pemasangan nasogastric tube
Komplikasi
·
Pada
peristiwa atresia duodenum ini biasanya akan diikuti adanya obstruksi-obstruksi
yang lain, seperti:
·
Obstruksi
lumen oleh membrane utuh, fail fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum
yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak
bersambung. Penyebab obstruksi yang tidak lazim adalah jaringan “windscocle”
yakni suatu flap jaringan yang dapat mengembang yang terjadi karena anomaly
saluran empedu.
·
Atresia
membranosa adalah bentuk yang paling sering obstruksinya terjadi di sebelah
distal ampula vateri pada kebanyakan penderita.
·
Obstruksi
duodenum dapat juga disebabkan oleh kompresi ekstrinsik seperti pancreas anular
atau oleh pita-pita laad pada penderita malrotasi.
2.5 Penatalaksanaan
·
Pengobatan
awal bayi dengan atresia duodenum meliputi dekompresi naso atau arogastrik
dengan penggantian cairan secara intravena.
·
Ekokardiogram
dan foto rontgent dada serta tulang belakang harus dilakukan untuk mengevaluasi
anomaly yang lain karena 1/3 bayi dengan atresia duodenum mempunyai anomaly
bawaan yang dapat mengancam kehidupan.
·
Koreksi
definitive atresia duodenum biasanya ditunda untuk mengevaluasi dan mobati
anomaly lain yang berakibat fatal.
·
Duodenoduodenostomi
yaitu operasi perbaikan atresia duodenum. Usus proksimal yang melebar dapat
dikecilkan secara perlahan dalam upaya memperbaiki peristaltic
·
Pemasangan
pipa gastrostomi dipasang untuk mengalirkan lambung dan melindungi jalan nafas.
·
Dukungan
nutrisi intravena atau pipa jejunum transanastomosis diperlukan sampai bayi
mulai makan per oral.
·
Jika
obstruksi disebabkan oleh pipa ladd dengan malrotasi, operasi diperlukan tanpa
boleh ditunda. Setelah lipatan atau pita peritoneum yang tidak normal dipisahkan,
seluruh usus besar diletakkan di dalam perut sebelah kiri, setelah mula-mula
membuang appendiks dan usus halus diletakkan di sebelah kanan posisi janin
tidak berputar (non rotasi).
·
Apendektomi
dilakukan menghindari salah diagnose apendisitis di kemudian hari.
·
Memasang
kateter nasogastrik berujung balon ke dalam jejerum sebelah bawah obstruksi,
balon ditiup dan dengan pelan-pelan menarik kateternya. Ini dilakukan jika
terjadi malrotasi yang muncul bersama dengan obstruksi duodenum intrinsic
seperti membrane atau stenosis.
·
10. Pada
pancreas anular paling baik ditangani dengan duodenoduodenostomi tanpa memisah
pancreas, dengan meninggalkan sependek mungkin bagian lingkungan yang tidak
berfungsi. Obstruksi duodenum diafragmatika dikelola dengan diodenoplasti karena
ada kemungkinan bahwa duktus koledokus dapat bermuara pada diafragma sendiri
1. Pemberian terapi cairan intravena
2. Dilakukan
tindakan duodenoduodenostomi
Tuba orogastrik dipasang untuk mendekompresi lambung. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dikoreksi dengan memberikan cairan dan elektrolit melalui infus intravena. Lakukan juga evaluasi anomali kongenital lainnya. Masalah terkait (misalnya sindrom Down) juga harus ditangani.
Pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan
duodenum perlu dilakukan namun tidak darurat. Pendekatan bedah tergantung pada
sifat abnormalitas. Prosedur operatif standar saat ini berupa
duodenoduodenostomi melalui insisi pada kuadran kanan atas, meskipun dengan
perkembangan yang ada telah dimungkinkan untuk melakukan koreksi atresia
duodenum dengan cara yang minimal invasif.
Indikasi operasi : Kecuali bila ada kondisi yang mengancam jiwa, operasi
diindikasikan untuk semua bayi yang mengalami kondis ini, karena malformasi ini
dapat diperbaiki dengan sempurna
Komplikasi
Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Mudah terjadi dehidrasi,
terutama bila tidak terpasang line intravena. Setelah pembedahan, dapat terjadi
komplikasi lanjut seperti pembengkakan duodenum (megaduodenum), gangguan
motilitas usus, atau refluks gastroesofageal
2.6 Penanganan bidan bila menemukan bayi
atresia duodenum
Pada pengobatan awal
bayi pada atresia duodenum meliputi dekompresi naso atau orogastrik dengan
penggantian cairan secara intervena.
·
Ekokardiogram
dan fotorontgen dada serta tulang belakang harus dilakukan untuk mengevaluasi
anomaly yang lain anomaly bawaan yang dapat mengancam kehidupan.
·
Koreksi
definitive atresia avodenum biasanya ditunda untuk mengevaluasi dan mengobati
anomaly lain yang berakibat fatal.
·
Duodoni
Duodenostami adalah operasi perbaikan atresia duodenum, usus proksimal yang
telah melebar dapat dikecilkan secara perlahan dalam upaya memperbaiki
peristaltik.
·
Pemasangan
pipa gestratomi dipasang untuk mengalirkan lambung dan melindungi jalan nafas.
·
Dukungan
nutrisi intravena atau pipa jejunum frensencstomosis diperlukan sampai bayi
mulai makan peroral.
·
Jika
obstruksi disebabkan oleh pipa lada dengan meliotosi operasi diperlukan tanpa
boleh ditunda setelah lipatan atau pita peritoneum yang tidak normal
dipisahkan, seluruh usus besar diletakkan didalam harus diletakkan disebalah
kanan posisi janin tidak berputar (mal rotasi)
·
Aapendektomi
dilakukan menghindari salah diagnose apendisitis kemudian hari.
·
Memasang
kateter nasagastik berujung balon ke dalam jejunum kesebelah obstruksi, balon
ditiup dengan pelan-pelang, menarik kateternya. ini dilakukan apabila terjadi
malrotasi yang muncul bersama dengan obstruksi duodenum instrisik seperti
membrane atau sterosis.
·
Pada
Pancrease anilare paling baik ditangani dengan duodenoduoderostomi tanpa
memisahkan pancrease dengan meninggalkan sependek mungkin bagian lingkungan
yang tidak berfungsi. obstruksi duodenum diafragmatika dikelola dengan
diadenoplasti karena ada kemungkinan bahwa duktus koledafus dapat bermuara pada
diafragma sendiri (Ngastiyah, 1997).
Asuhan Kebidanan
·
Perbaikan
keadaan umum dengan mengatasi muntah-muntah sebelum operasi.
·
Berikan
informed consent dan informena chace sebelum dilakukan rujukan atau tindakan pembedahan.
2.7 Pencegahan
dicegah dengan
suplementasi asam folat, sehingga defisiensi asam folat dianggap sebagai salah
satu faktor penting dalam teratogenesis meningokel. Basis molekul defisiensi
asam folat adalah kurang adekuatnya enzim enzim yang mentransfer gugus, karbon
dalam proses metilasi protein dalam sel, baik dalam nukleus maupun
mitokhondria, sehingga terjadi gangguan biosintesis DNA dan RNA. serta kenaikan
kadar homosistein.
ini juga bermanfaat untuk memperluas aspek
pencegahan bagi kasus meningokel dan kelainan neural tube defect pada umumnya,
serta aspek pengobatan terhadap kasus defek tulang kepala, bahkan sejak pasien
masih berada di dalam kandungan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
.
Atresia
duodenum adalah kondisi dimana duodenum tidak berkembang
baik.
Atresia intestinal merupakan obstruksi yang sering terjadi pada neonatus
yang
baru lahir. Atresia intestinal dapat terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran.
Atresia
intestinal
dapat terjadi pada berbagai tempat pada usus halus. 50% kasus atresia
intestinal
terjadi pada duodenum
© Penyebab
atresia duodenum :
Kegagalan
rekanalisasi lumen usus selama masa kehamilan minggu ke-4 dan ke-5
© Gejala atresia duodenum:
1. Bisa ditemukan pembengkakan abdomen
bagian atas
2. Muntah banyak segera setelah lahir,
berwarna kehijauan akibat adanya empedu (biliosa)
3. Muntah terus-menerus meskipun bayi
dipuasakan selama beberapa jam
4. Tidak memproduksi urin setelah
beberapa kali buang air kecil
5. Hilangnya bising usus setelah
beberapa kali buang air besar mekonium
© Masalah
1. Dehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit
2. Prematuritas
3. Anomaly yang berhubungan : trisomi 21
( 33 % ), jantung, ginjal, CNS, dan musculoskeletal
© Penatalaksanaan
1. Pemberian terapi cairan intravena
2. Dilakukan tindakan
duodenoduodenostomi
B.
Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa kebidanan harus mempelajari tentang
kelaianan bawaan dan penatalaksanannya khususnya atresia duodenum sebagai
tambahan ilmu pengetahuan dan bekal kita apabila sudah mengabdi dimasyarakat
atau di tempat pelayanan kesehatan, demi kesejahteraan neonatus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar