BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kelahiranseorangbayimerupakansaat yang membahagiakan orang tua,
terutamabayi yang lahirsehat.Bayi yang nantinyatumbuhmenjadianakdewasamelalui
proses yang panjang, dengantidakmengesampingkanfaktorlingkungankeluarga. Terpenuhinyakebutuhandasaranak
(asah-asih-asuh) olehkeluargaakanmemberikanlingkungan yang terbaikbagianak,
sehinggatumbuhkembanganakmenjadiseoptimalmungkin.
Tetapitidaksemuabayilahirdalamkeadaansehat.Beberapabayilahirdengangangguanpadamasa
prenatal, natal danpascanatal.Keadaaniniakanmemberikanpengaruhbagitumbuhkembanganakselanjutnya.
Proses kelahiran sangat
dipengaruhi oleh kehamilan. Dalamkehamilan yang tidakadagangguan,
diharapkankelahiranbayi yang normal melalui proses persalinan yang normal,
dimanabayidilahirkancukupbulan,
pengeluarandengantenagamengejanibudankontraksikandungrahimtanpamengalamiasfiksia
yang beratataupun trauma lahir.
Padasaatpersalinan,
perlukaanatau trauma
kelahirankadang-kadangtidakdapatdihindarkandanlebihseringditemukanpadapersalinan
yang
tergangguolehsalahsatusebab.Penangananpersalinansecarasempurnadapatmengurangifrekuensiperistiwatersebut.
Kelainanpadaibudanbayidapatterjadi
di beberapasaatsesudahpersalinanbahkanpersalinan normal
sekalipun.Padaumumnyakelahiranbayi normal cukupbulanmerupakantanggungjawabpenuhseorangbidanterhadapkeselamatannyadanjugapadaibupadapersalinan
normal.Saat ini angka kematian ibu dan
bayi di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di Asia Tenggara.
Chefalhematum
biasanya disebabkan oleh cedera pada periosteum tengkorak selama persalianan
dan kelahiran, meskipun dapat juga timbul tanpa trauma lahir. Cepalhematoma terjadi sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan
eritema pada kulit kepala. Insidennya adalah 2,5 %. Perdarahan dapat terjadi di
satu atau kedua tulang parietal. Tepi periosteum membedakan cefalhematum dari
caput sucsedeneum. Caput terdiri atas pembengkaakan local kulit kepala akibat
edema yang terletak di atas periosteum. Selain itu, sefalhematum mungkin timbul
beberapa jam setelah lahir, sering tumbuh semakin besar dan lenyap hanya
setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.Terdapat juga faktor predisposisi
yaitu seperti tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat
persalinan, moulage terlalu keras dan partus dengan tindakan seperti
forcep maupun vacum ekstraksi. Caput terdiri atas pembengkaakan lokal kulit
kepala akibat edema yang terletak di atas periosteum.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apapengertiandarichefallohematoma?
2. Apa
patofisiologi dari chefallo hematoma?
3. Apa etiologi
dari chefallo hematoma?
4. Apa tanda dan gejala dari
chefallo hematoma?
5. Bagaimana
penatalaksanaan dari chefallo hematoma?
C. TUJUAN
1. Untukmengetahuiapa yang dimaksuddenganchefallo hematoma
2. Untuk mengetahui
patofisiologi dari chefallo hematoma
3.
Untuk mengetahui etiologi dari
chefallo hematoma
4. Untuk
mengetahui tanda dan gejala dari chefallo hematoma
5. Untuk
mengetahui penatalaksanaan dari chefallo hematoma
D. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk
memberikan gambaran tentang Cephalhematoma yang terjadi pada bayi dan balita
2. Sebagai bahan masukan untuk memperluas dan
memperdalam pemahaman tentang Cephalhematoma
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI CEPHALHEMATOMA
Cephal
hematoma adalah pengumpulan darah di sub periosteal akibat ruptur pembuluh
darah yang berada diantara tulang tengkorak dengan poriesteum.
Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang
tengkorak yang sering terkena adalah tulang parietal, tetapi kadang-kadang
dapat terjadi pada tulang oksipital. Hematoma sefal dapat ditemukan pada 0,5-2
% dari kelahiran hidup. Hematoma sefal dapat terjadi pada persalinan normal,
tetapi lebih sering pada partus lama atau partus dengan menggunakkan forceps
atau vacum.
Kelainaniniagak lama
menghilang (1-3 bulan).Perdarahan yang terjadidapatmenimbulkan anemia danhipotensi. Namun hal ini jarang terjadi.
Penyembuhan hematoma merupakan predisposisi terhadap terjadinya
hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia terjadi akibat penghancuran sel darah
merah pada hematoma. Hiperbilirubinemia karena hematoma sefal terjadi lebih
lambat daripada hiperbilirubinemia fisiologi. Kadang-kadang hematoma sefal
jarang disertai dengan fraktur tulang tengkorak dibawahnya (5-20% kasus) atau
perdarahan intrakranial. Hematoma sefal jarang menjadi fokus infeksi yang
menyebabkan meningitis atau osteomielitis. Resolusi hematoma sefal terjadi
dalam beberapa minggu dan umumnya disertai klasifikasi. Tidak ada pemeriksaan
laboratorium yang diperlukan. Pemeriksaan radiologik kepala atau CT-scan kepala
dilakukan bila terdapat kelainan neurologis atau jika terdapat fraktur tulang
tengkorak.
2.2 ETIOLOGI CEPHAL HEMATOMA
Hematoma dapat terjadi karena :
a) Persalinan lama
Hematoma dapat terjadi karena :
a) Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
b) Tarikan vakum atau cunam.
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau
cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh
darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
c) Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi
c) Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi
Gejala lanjut yang mungkin terjadi ialah anemia dan
hiperbilirubinemia. Kadang-kadang cephalematoma disertai pula dengan fraktur
tulang tengkorak dibawahnya atau perdarahan intracranial. Bila tidak ditemukan
gejala lanjut, cephalematoma tidak memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini
dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang agak
luas, penyembuhan kadang-kadang disertai klasifikasi.
2.3 KLASIFIKASI
Menurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu :
Galea merupakan lapiasan aponeurotik yang melekat secara longgar pada sisi
sebelah dalan periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat
tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml
darah. Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada
suatu daerah tertentu.
Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial
dan periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi
karena komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama
persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis
darah.
Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat
edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat
dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar. 90%
terjadi akibat vacum yang dipasang pada kepala bayisaat proses kelahiran.
Hematoma subgaleal memiliki kekerapan yang tinggi terhadap terjadinya trauma
kepala (40%), seperti perdarahan intrakranial atau fraktur tulang tengkorak.
Kejadian tersebut tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan beratnya
perdarahan subgaleal.
Diagnosis umumnya atas
dasar klinik, yaitu adanya massa yang berfluktuasi pada kulit kepala (terutama
pada daerah oksipital). Pembengkakan tersebut timbul secara bertahap dalam
12-72 jam setelah proses persalinan. Meskipun demikian, pada kasus yang berat
dapat terjadi segera lahir. Hematoma tersebar melampaui seluruh kalvaria.
Hematoma subgaleal timbulnya secara perlahan dan kadang-kadang tidak dapat
dikenali dalam beberapa jam. Pasien dengan hematoma subgaleal dapat mengalami
syok hemoragik. Pembengkakan dpat mengaburkan fontanel dan melewati garis
sutura (berbeda dengan hematoma sefal). Harus dianstisipasi kemungkinan
terjadinya hiperbilirunemia yang signifikan. Bila tidak disertai syok atau
trauma intrakranial, prognosis jangka panjang umumnya baik.
Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan hematokrit. Penanganan
meliputi observasi ketat untuk mendeteksi perburukan klinik dan terapi terhadap
terjadinya syok dan anemia. Transfusi dan fototerapi mungkin diperlukan,
pemeriksaan untuk mengetahui adanya gangguan pembekuan darah mungkin
diperlukan.
2.) Subperiosteal
Karena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka
hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah
darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan pada tipe
subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai. Pinggirnya biasanya mengalami
klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh
tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus
neonatorum.
Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi
samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi
oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal.
Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami
klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh
tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus
neonatorum.
2.4 TANDA dan GEJALA CEPHAL HEMATOMA
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:
a) Adanya fluktuasi
b) Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:
a) Adanya fluktuasi
b) Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
c) Adanya chepal hematoma
timbul di daerah tulang parietal, berupa benjolan timbunan kalsium dan sisa
jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2
tahun.
d) Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum
e) Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak melewati sutura).
f) Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada tekanan dan berfluktuasi.
g) Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
h) Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas
i) Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.
d) Kepala tampak bengkak dan berwarna merah, karena perdaraahan subperiosteum
e) Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang tengkorak ( tidak melewati sutura).
f) Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak, tetapi tidak leyok pada tekanan dan berfluktuasi.
g) Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
h) Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga, pembengkakan terbatas
i) Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.
2.5 PATOFISIOLOGI CEPHAL HEMATOMA
Cephal hematoma tidak
mnyebabkan daya ingatnya menurun.
Cephal hematoma dapat
terjadi karena 4 hal yaitu :
a. Pada
partus lama (kala I lama, kala II lama), kelahiran janin dibantu dengan
menggunakkan vacum ekstraksi atau forcep yang sangat sulit. Sehingga mollase
berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan selpaut tengkorak rupture.
Sehingga menyebabkan perdarahan subperiosteum dan terjadi penumpukan darah
sehingga terjadi cephalhematoma.
b. Pada
kelahiran spontan (kepala bayi besar)
terjadi penekanan pada tulang panggul ibu. Sehingga mollase terlalu
keras atau berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan selaput tengkorak
rupture. Sehingga menyebabkan perdarahan subperiosteum dan terjadi penumpukan
darah sehingga terjadi cephalhematoma. Karena adanya tekanan yang berlebihan,
maka akan menyerap dan terabsorbsi keluar sehingg oedema.
c. Cephal
hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke
jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan
lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal
yang dari luar terlihat benjolan.
d. Bagian kepala yang hematoma biasanya berwarna merah akibat adanya
penumpukan daerah yang perdarahan sub periosteum.
2.6 KOMPLIKASI CEPHAL HEMATOMA
a) Ikterus
b) Anemia
c) Infeksi
d) Klasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun
Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial.
a) Ikterus
b) Anemia
c) Infeksi
d) Klasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun
Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan kadang-kadang disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial.
2.7 PENATALAKSANAAN
Cephalhematoma
umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi
khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun
apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3
bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
1.
Cegah infeksi. Tujuannya bila ada permukaan yang
mengalami luka maka jaga agar tetap kering dan bersih.
2.
Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal
hematoma. Tujuannya agar tidak terjadi perdarahan yang berlebihan.
3.
Pemberian vitamin K. Tujuannya dilakukan
pada setiap bayi baru lahir sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir atau mengurangi perdarahan.
4.
Pemeriksaan radiologi. Tujuannya bila ada indikasi
gangguan nafas, benjolan terlalu besar observasi ketat untuk mendeteksi
perkembangan
5.
Rujuk, bila ada fraktur tulang tengkorak, cephal
hematoma yang terlalu besar.
6.
Bila tidak ada komplikasi, tanpa pengobatan khusus
akan sembuh / mengalami resolusi dalam 2 - 8 minggu
7.
Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung
disusui oleh ibunya. Karena pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang
mulai pulih.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Cephalhematoma
merupakan perdarahan subperiosteum.Cephalhematoma terjadi sangat lambat,
sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Cephal
hematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada
ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan cephal hematoma tidak diperlukan
pengobatan, namun perlu dilakukan fototdrapi untuk mengatasi
hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi
karena dimungkinkan adanya resiko infeksi. Kejadian cephal hematoma dapat
disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. Maka dari
itu sebagai seorang bidan kita harus terampil memberikan asuhan pada bayi baru
lahir baik yang normal maupun memilik kelainan untuk menghindari terjadinya
cephal hematoma tersebut.
3.2. Saran
3.2. Saran
Pada
penderita cephal hematoma, bidan bisa menjelaskan kepada ibu dan keluarga bayi
bahwa tidak diperlukan tindakan atau penanganan khusus bila tanpa komplikasi.
Salah satu penyebab cephal hematom adalah trauma lahir, karena itu untuk
mencegah terjadinya cephal hematoma bisa dilakukan dengan memimpin persalinan
yang aman dan tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar