MICROSEPHALUS
Disusun Oleh:
Ø
Asiah Mujahidatul Haq
Ø
Jens
Kasandra
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI
NUSANTARA JAKARTA
TAHUN 2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Makalah Asuhan Kabidanan Neonatus, Microsephalus”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Neonatus . Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Feva Tridiyawati.SsiT,M.kes selaku ketua Stikes Abdi Nusantara Jakarta
2.
Ibu HJ.Maemunah,M.kes, selaku Ketua Yayasan Stikes Abdi Nusantara Jakarta
3.
Ibu Maryani selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4.
Kedua Orang tua yang telah member doa dan dukungan kepada penulis
Penulis menyadari bawha makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan semua pihak.
Bekasi, 15 November 2014
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG…………………
BAB II
Definisi
Mikrosefali adalah cacat pertumbuhan
otak secara menyeluruh akibat abnormalitas perkembangan dan proses destruksi
otak selama masa janin dan awal masa bayi. Ukuran kepala lebih dari 3 standart
deviasi di bawah rata-rata. 2
Mikrosefali adalah kasus malformasi
kongenital otak yang paling sering dijumpai. Ukuran otak pada kasus ini relatif
amat kecil, dan karena pertumbuhannya terhenti maka ukuran tengkorak sebagai
wadahnya pun juga kecil (sebenarnya nama yang lebih tepat adalah mikroensefalus).
Perbandingan berat otak terhadap badan yang normal adalah 1 : 30, sedangkan
pada kasus mikrosefalus, perbandingannya dapat menjadi 1 : 100. Bila kasus bisa
hidup sampai usia dewasa, biasanya berat otaknya hanya kurang dari 900 gram
(bahkan ada yang hanya 300 gram). 1
Otak mikrosefalik selalu
lebih ringan, dapat serendah 25 % otak normal. Jumlah dan kompleksitas girus
korteks mungkin berkurang. Lobus frontalis adalah yang paling parah, serebelum
sering kali membesar tak seimbang. Pada mikrosefali akibat
penyakit perinatal dan postnatal dapat terjadi kehilangan neuron dan gliosis
korteks serebri.
Mikrosefali yang paling parah cenderung
terjadi pada bentuk yang diwariskan resesif. Penderita anak memperlihatkan dahi
yang landai ke belakang dan telinga yang besar tak sebanding. Perkembangan
motorik sering kali baik, tetapi retardasi mental secara progresif makin nyata
dan sering kali berat.
Epidemologi
Data epidemiologi yang tersedia
mencakup angka kejadian mikrosefali di beberapa negara atau negara bagian. Di
New South Wales angka kejadian mikrosefali pada tahun 1994 tercatat sebesar 0,3
per 1000 kelahiran.2 Data yang di dapat di Georgia menunjukkan bahwa angka
kelahiran bayi dengan mikrosefali dari tahun 1989-1994 sebesar 0,04 per 1000
kelahiran.3 Di Minnesota, angka kelahiran bayi dengan mikrosefali
primer/kongenital adalah 1 per 40.000 kelahiran (atau 0,025 per 1000 kelahiran)
Etiologi
Berbagai kondisi dalam tabel 1
harus dipertimbangan dalam diagnosis banding bayi atau anak mikrosefali. Dahi
yang landai ke belekang, telinga yangbesar, dan pertalian darah pada orang tua,
mengarah pada diagnosismikrosefali herediter. Kemungkinan mikrosefali
akibat fenilkeonuria maternal harus selalu diteliti dengan pemeriksaan kemih
ibu yang tepat. Radiogram kranium, pungsi lumbal, tes serologis berguna dalam
diagnosismikrosefali akibat infeksi intrauterin. Kalsifikasi
serebrum difus sering kali ditemukan pada toksoplasma kongenital, kalsifikasi
periventrikular lebih sering pada penyakit virus sitomegalo. Sindroma alkohol
janin harus dipertimbangkan pada anak mikrosefalik dari ibu dengan riwayat
alkoholisme.
Penyebab utama:
- Sindroma
Down
- Sindroma
cri du chat
- Sindroma
Seckel
- Sindroma
Rubinstein-Taybi
- Trisomi 13
- Trisomi 18
- Sindroma
Smith-Lemli-Opitz
- Sindroma
Cornelia de Lange
Penyebab sekunder:
- Fenilketonuria
pada ibu yang tidak terkontrol
- Keracunan
metil merkuri
- Rubella
kongenital
- Toksoplasmosis
kongenital
- Sitomegalovirus
kongenital
- Penyalahgunaan
obat oleh ibu hamil
- Kekurangan
gizi (malnutrisi).
Perawatan pada mikrosefalus tergantung kepada
penyebabnya.
Bayi yang menderita mikrosefalus seringkali bisa bertahan hidup tetapi cenderung mengalami keterbelakangan mental, gangguan koordinasi otot dan kejang.
Bayi yang menderita mikrosefalus seringkali bisa bertahan hidup tetapi cenderung mengalami keterbelakangan mental, gangguan koordinasi otot dan kejang.
Tabel I. Sebab-sebab
Mikrosefali
Cacat Perkembangan Otak
|
Infeksi Intrauterin
|
Penyakit Postnatal dan Perinatal
|
Mikrosefali herediter (resesif)
|
Rubela kongenital
|
Anoksia intra uterin atau neonatal
|
Mongolisme dan sindroma trisoma lainnya
|
Infeksi virus sitomegali
|
Malnutrisi berat pada awal masa bayi
|
Paparan radiasi ionisasi pada janin
|
Toksoplasma kongenital
|
Infeksi virus herpes neonatal
|
Feniketonuria maternal
|
Sifilis kongenital
|
|
Cebol seckel
|
||
Sindroma cornelia de lange
|
||
Sindroma rubinstein-taybi
|
||
Sindroma smith-lemli-opitz
|
||
Sindroma alkohol janin
|
Ada yang membedakan etiologi
mikro-sefali sebagai berikut :
1.
Genetik
2.
Didapat, yaitu disebabkan :
1.
Antenatal pada morbili, penyinaran, sifilis, toksoplasmosis,
kelainan sirkulasi darah janin atau tidak diketahui penyebabnya.
2.
Intranatal akibat perdarahan atau anoksia.
3.
Pascanatal dan setelah ensefalitis, trauma kepala dan
sebagainya. 5
Patogenesis
Bakal serebrum mulai terlihat
sebagai struktur yang dapat dikenali pada embrio kehamilan 28 hari, saat ujung
anterior tuba neuralis mengalami suatu ekspansi globular, prosensefalon.
Dalam beberapa hari berikutnya, prosensefalon membelah menjadi 2 perluasan
lateral yang merupakan asal hemisferium serebri dan ventrikel lateralis.
Dinding ventrikel pada stadium ini dibentuk oleh lapisan benih neuroblas yang
aktif membelah. Neuroblas yang baru terbentuk bermigrasi dari dinding ventrikel
ke permukaan hemisferium primitif, berakumulasi dan membentuk korteks serebri.
Pendatang pertama membentuk
lapisan bawah korteks, dan pendatang selanjutnya melewati lapisan ini, membentuk
lapisan-lapisan atas. Diferensiasi neuroblas membentuk neuron ekstensi sel yang
bertambah panjang dan akhirnya membentuk akson dengan lumen ventrikel melalui
ekstensi sel yang bertambah panjang dan akhirnya membentuk akson substansi alba
subkortikal. Akson yang menyeberang dari 1 hemisferium ke hemisferium lainnya
untuk membentuk korpus kalosum, pertama kali aterlihat pada kehamilan bulan
ketiga, korpus kalosum terbentu lengkap pada bulan ke-5. Pada saat inilah
permukaan akorteks mulai memperlihatkan identasi yang terbentuk progresif
selama trimester terakhir, sehingga pada aterm, sulkus dan girus utama telah
berbatas tegas.
Otak bayi aterm memiliki seluruh
komplemen neuron dewasa, tetapi beratnya hanya sekitar sepertiga otak dewasa.
Peningkatan berat postnatal adalah akibat mielinisasi substansia alba
subkortikal, perkembangan penuh prosesus saraf, baik dendrit maupun akson serta
peningkatan selb glia.
Secara umum pengaruh abnormal
sebelum kehamilan bulan ke-6 cenderung mempengaruhi pertumbuhan struktur
makroskopik otak dan mengurangi jumlah neuron total. Pengaruh perubahan
patologik pada periode perinatal cenderung lebih ringan, seperti keterlambatan
mielinisasi dan berkurangnya pembentukan dendrit. Hilangnya substansi otak
akibat lesi destruktif dapat terjadi pada akhir masa janin dan awal masa bayi,
baik secara terpisah ataupun bersama cacat perkembangan lain. 2
Patologi
Secara patologis terdapat
kelainan seperti hipoplasia serebri, pakigiria, mikrogiria,
porensefali, atrofi serebri. 6 Biasanya ditemukan
penutupan fontanel dan sutura-sutura tengkorak sebelum waktunya (premature
closure). Anak dengan microgyria dapat hidup sampai dewasa. 1,8 Yang
berukuran kecil biasanya tidak menutupi serebelum dan corak girus-girus
kortikalnya abnormal. Arsitektur korteks menunjukkan sel-sel primitif. Sistem
ventrikel biasanya membesar serta biasanya dibarengi olehporensefalus,
lissensefalus, tidak adanya korpus kalosum serta heterotropia.1
Manifestasi Klinis
Kepala lebih kecil dari pada
normal, sekunder akibat jaringan otak yang tidak tumbuh. Kadang-kadang
ubun-ubun besar terbuka dan kecil. Didapatkan retardasi mental. Mungkin
didapatkan pula gejala motorik berupa diplegia spastik, hemiplegia dan
sebagainya. Terlambat bicara dan kadang-kadang didapatkan kejang. 5
Tampilan kasus mikrosefallus yang
khas adalah tulang frontal dan fosa anterior yang kecil.
Diagnosis
Diagnosis berdasarkan dari
manifestasi klinis dan radiologis. Tabel 2 menunjukkan diameter biparietal
standar dari rata-rata diameter biparietal pada USG. 7
Tabel
2.
BPD
vs Age (and Standar Deviations The Mean)
Age
|
Mean
|
-1SD
|
-2SD
|
-3SD
|
-4SD
|
-5SD
|
20
|
48
|
45
|
42
|
40
|
37
|
34
|
21
|
51
|
48
|
46
|
43
|
40
|
37
|
22
|
54
|
52
|
49
|
46
|
43
|
41
|
23
|
57
|
55
|
52
|
49
|
46
|
44
|
24
|
61
|
58
|
55
|
52
|
49
|
47
|
25
|
64
|
61
|
58
|
55
|
53
|
50
|
26
|
67
|
64
|
91
|
58
|
56
|
53
|
27
|
69
|
67
|
64
|
61
|
58
|
56
|
28
|
72
|
70
|
67
|
64
|
61
|
59
|
29
|
75
|
72
|
69
|
67
|
64
|
61
|
30
|
78
|
75
|
72
|
69
|
67
|
64
|
31
|
80
|
77
|
74
|
72
|
69
|
66
|
32
|
82
|
79
|
77
|
74
|
71
|
68
|
33
|
84
|
81
|
79
|
76
|
73
|
70
|
34
|
86
|
83
|
80
|
73
|
75
|
72
|
35
|
87
|
85
|
82
|
79
|
76
|
74
|
36
|
89
|
86
|
83
|
80
|
78
|
75
|
37
|
90
|
87
|
84
|
82
|
79
|
76
|
38
|
91
|
88
|
85
|
83
|
80
|
77
|
39
|
92
|
89
|
86
|
83
|
81
|
78
|
40
|
92
|
89
|
87
|
84
|
81
|
78
|
Atau
bisa menggunakan kurva dari Nellhaus.
Untuk menegakkan etiologinya dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium misalnya TORCH, VORL, CT, MRI.
Diagnosis
Banding
Mikrosefali harus dibedakan dari ukuran
kepala yang kecil sekunder darisinostosis sutura sagitalis dan
koronarius.2
Sinostosis biasanya terjadi pranatal
dan diketahui setelah dilahirkan. Perubahan bentuk tengkorak disebabkan
ekspansi jaringan otak yang tumbuh terhalang oleh penutupan sutura. Pada
stadium permulaan perubahan bentuk tengkorak merupakan kompensasi untuk
mencegah tekanan intrakranial yang meninggi. Pada brakisefali dan skafosefalikeadaan
kompensasi ini bisa berlangsung lama sampai berbulan-bulan, namun pada oksisefali tekanan
intrakranial sudah meninggi dalam minggu pertama sesudah lahir. Akibat tekanan
intrakranial yang meninggi akan terlihat iritabilitas, muntah, eksoftalmus
akibat tekanan pada orbita, retardasi mental dan motorik, kejang. Gangguan
visus dapat terjadi akibat tertariknya N II atau sebagai akibat papil N II
karena tekanan intrakranial yang meninggi.
Tanda dan
gejala
gejala yang muncul pada bayi:
· keterbelakangan
mental,
· tertunda fungsi motorik dan bicara,
· kelainan wajah
· perawakan pendek (pendek tidak tinggi)
· hiperaktif
· kejang,
· kesulitan dengan koordinasi dan
keseimbangan
· kelainan neurologis.
Komplikasi
Pengertian
tunagrahita sebagai:
1. Kelainan yg meliputi fungsi inelektual
umum di bawah rata-rata (Sub-avarage).yaitu IQ 84 kebawah sesuai tes;
2. Kelainan yg muncul sebelum usia 16 tahun;
3. Kelainan yg menunjukkan hambatan dalam
perilaku adaptif
Penggolongan
tunagrahita secara medis –biologis sbb:
1.
Tunagrahita tarat perbatasan (lQ:68 85).
2.
Tunagrahita ringan (lQ:36-51).
3.
Tunagrahita sedang (lQ:36-51)
4.
Tunagrahita sangat berat (lQ:kurang dari 20 ):dan
5.
Tunagrahita tak tergolongkan.
Penggolongan
anak Tunagrahita secara sosial-psikologis
Berdasarkan
kriteria psikometrik yaitu:
1.
Tunagrahita ringan (mild mental retardation )=lQ 55-69.
2.
Tunagrahita sedang (moderate mental retardation)dengan.lQ 40- 54
3.
Tunagrahita berat (severse mental retardation)dengan lQ :20-39.
4.
Tunagrahita sangat berat (profound mental retardation)dengan lQ 20 kebawah.
Terapi
Tak satupun bentuk mikrosefali dapat
diobati,1 pengobatan yang dilakukan yaitu simptomatik. Untuk
kejang diberi antikonvulsan. Selanjutnya dilakukan fisioterapi, speech therapy
dan sebagainya. 5
Prognosis
Bayi yang dilahirkan dengan mikrosefali biasanya
tidak bisa hidup lama, beberapa langsung meninggal setelah lahir, 1 dan
kebanyakan dari mereka yang masih bisa hidup mengalami retardasi mental dan
kelainan motorik seperti hemiplegia, diplegia spastik.5 Mikrosefali biasanya
disertai dengan kelainan-kelainan lain sebagai suatu sindrom.
Pencegahan
Mikrosefali tidak dapat diobati,
sehingga pencegahan sangat penting. Pencegahan meliputi bimbingan dan
penyuluhan genetika, pencegahan bahaya infeksi terutama selama kehamilan,
obat-obatan.
Microcephalus sekunder dapat
dihindari dengan vaksinasi yang tepat dan wanita hamil menghindari obat-obatan
dan alkohol.
BAB
III
KESIMPULAN
1.
Mikrosefali adalah
cacat pertumbuhan otak secara menyeluruh akibat abnormalitas perkembangan dan
proses destraksi otak selama masa janin dan awal masa bayi. Ukuran kepala lebih
dari 3 standar deviasi di bawah rata-rata.
2.
Etiologi mikrosefali yaitu cacat perkembangan
otak, infeksi intrauteri, anoxia intrauterin atau neonatal, malnutrisi berat
pada awal masa bayi, infeksi virus herpes neonatal.
3.
Patologi didapatkan mikrogiria, pakigiria, porensefali,
atrofi serebri. Biasanya ditemukan premature closure, corak giras-giras
kortikalnya. Abnormal. Arsitektur kortek menunjukkan sel-sel yang besar dan
didominasi oleh sel-sel primitif. Sistem ventrikel biasanya membesar, serta
biasanya dibarengi olehporensefalus, lissencefalus, tidak adanya corpus
collosum serta heterotropia.
4.
Diagnosis berdasarkan manifestasi klinis dan radiologis.
Manifestasi klinis kepala lebih kecil dari normal, premature closure. Ubun-ubun
besar terbuka dan kecil, retardasi mental, hemiplegia, diplegia,
terlambat bicara dan kejang.
5.
Diagnosis bandingnya yaitu kraniosinostosis.
6.
Terapi.
Terapi bersifat simptomatik yaitu
antikonvulsan, fisio terapi, speech terapi.
7.
Prognosa.
Ada yang langsung meninggal,
sedangkan yang hidup biasanya mengalami retardasi mental, kelainan motorik dan
kelainan-kelainan sebagai suatu sindrom.
8.
Pencegahan sangat penting.
Meliputi bimbingan dan penyuluhan
genetika, mencegah penyakit infeksi selama kehamilan, obat-obatan dan radiasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Satyanagara; Cacat Otak Bawaan Dalam Ilmu Bedah Syaraf,
ed III, Jakarta, 1998, Gramedia Pustaka Utama, 253-270.
2.
Haslam, R.A.H; Congenital Anomalies of
Central Nervous System dalam Nelson, W.E; Behrman, R.E; Kligman, R.M; Arvin,
A.M (eds) : Nelson Textbook of Pediatric 15th edition,
Philadelphia, 1996, WB Saunders Company, 1680-1683.
3.
Mardjono, M dan Sidharta, P; Pokok-Pokok Dari Mekanisme Penyakit
Saraf Herediter; Dalam Neurologi Klinis Dasar ed VII, Jakarta,
1998, Dian Rakyat, 390-400.
5.
Hasan, R dan Alatas, H (ed); Neurologi Dalam Ilmu
Kesehatan Anak, Buku Jilid II, Jakarta, 1991, Infomedia, 847-884.
6.
Tjahjadi, G; Susunan Saraf Dalam Himawan, S (ed) Dalam Kumpulan
Kuliah Patologi ed I, Jakarta, 1992, Bina Rupa Aksara, 388-420.
7.
Delong G, R dan Adams R, D; Development And Congenital
Abnormalitas of The Nervous System Dalam Isselbacher, K. J; et al (eds) : Harrison’s
Principle of Internal Medicine II, eleventh, edition, USA, 1989, Donnelley
And Sons.
8.
Romero, J; Obstetrical Ultrasound ed I, New
York, 1986, Mc Graw International, 107-III.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar