BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Labioskisis dan
labio-palato-gnatoskisis merupakan kelainan diduga terjadi akibat infeksi
kronis yang diderita ibu pada kehamilan Trimester I. Bayi akan mengalami
gangguan pertumbuhan karena sering menderita infeksi saluran pencernaan akibat
aspirasi.
Kasus bibir
sumbing dan celah langit-langit merupakan cacat bawaan yang masih menjadi
masalah ditengah masyarakat, antara Februari – Mei 1992, IKABI cabang padang
mengadakan pengabdian masyarakat di dua Kabupaten 50 Kota dan Solok berbentuk
operasi bibir sumbing secara gratis. Dilakukan penelitian pada 126 penderita
yang dilakukan operasi Hardjowasito dengan kawan-kawan di Propinsi Nusa
Tenggara Timur antara April 1986 sampai November 1987 melakukan operasi pada
1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa
diantara 3 juta penduduk.
- Tujuan
1.
Memenuhi tugas
mata kuliah Kebidanan Anak yang diberikan oleh dosen
2. Menambah dan memperluas pengetahuan tentang Labio palanto skisis bagi penulis
3. Memberikan informasi kepada pembaca tentang Labio plato skisis bagi
pembaca.
C.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu Labio Gnato Platoschisis?
2.
Bagaimana Labio Gnato Platoschisis bisa terjadi?
3.
Bagaimana mendiagnosis Labio Gnato Platoschisis?
4.
Bagimana cara menangani pasien dengan Labio Gnato Platoschisis?
5.
Bagaimana tindakan bidan bila menemukan Pasien dengan Labio Gnato
Platoschisis?
6.
Rujukan seperti apa yang harus dilakukan bidan jika menemukan pasien dengan
Labio Gnato Platoschisis?
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
- DEFENISI
Labio /
Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk pada
struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167)
Bibir
sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median
dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embriotik. (Wong, Donna L.
2003)
Palatoskisis
adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi
untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003)
Beberapa
jenis bibir sumbing :
- Unilateral
Incomplete
Apabila
celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak memanjang hingga
ke hidung.
- Unilateral
complete
Apabila
celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang hingga ke hidung.
- Bilateral
complete
Apabila
celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
- Labio
Palato skisis
merupakan
suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palato skisis (subbing
palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan
embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)
- Etiologi
1. Faktor Herediter :
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan
resesif dan 25% bersifat dominan.
a. Mutasi gen.
b. Kelainan kromosom
2. Faktor Eksternal / Lingkungan :
a. Faktor usia ibu
b.Obat-obatan,Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin, Fenasetin,
Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen,
Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit.
Antineoplastik, Kortikosteroid
c. Nutrisi
d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella
e. .Radiasi
f. Stres emosional
g. Trauma, (trimester pertama). (Wong, Donna L. 2003)
- Anatomi
Fisiologi
·
Mulut (oris)
Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan
dan berisi organ aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan.
Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi
2. Bagian rongga mulut ( bagian )
dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan
mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.
Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang berlapis-lapis , dibawahnya
terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini kaya akan
pembuluh darah juga memuat banyak ujung saraf asesoris. Di sebelah luar mulut
ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa.
Ada beberapa
bagian yang perlu diketahui :
1.Palatum
a)Palatum
durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan
tulangmaksilaris.
b)Palatum
mole terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat
bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
2.Rongga mulut
a)Bagian
gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat kuat dan gigi
osterior tugasnya menggiling.
Pada umumnya
otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motorik dari saraf cranial ke 5.
Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan
formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulkan
pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu.
Mengunyah
makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk
sebagian besar buah dan sayur-sayuran
mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna
diantara bagian-bagian zat nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat
digunakan.
Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder :
ØGigi primer, dimulai dari tulang diantara
dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 3 geraham dan untuk total
keseluruhan 20 gigi
ØGigi sekunder, terdiri dari 2 gigi seri, 1
taring, 2 premoral dan 3 geraham utuk total keseluruhan 32 buah.
Gigi ada 2 macam yaitu :
Ø Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan
Ø Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah
Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk
kekedalam mulut di potong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
·
Lidah
Indera
pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel beberapa
diantaranya disebut sel sustentakular dan yang lainnya disebut sel pengecap.
Lidah berfungsi untuk menggerakan makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah
terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal
lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu
menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas.
Kerja otot
dapat di gerakkan 3 bagian :
ÆRadiks lingua = pangkal lidah
ÆDorsum lingua = punggung lidah
ÆApek lingua = ujung lidah
Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa :
ÆAsin dibagian lateral lidah
Æ Manis dibagian ujung dan anterior lidah
ÆAsam, dibagian lateral lidah
ÆPahit dibagian belakang lidah
·
Kelenjar
ludah
Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus
wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ini
mensekresikan saliva kedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut
dipersarafi oleh saraf tak sadar.
a)Kelenjar
parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan
kanan mandibularis pada duktus stensoni.
b)Kelenjar submaksilaris
terletak dibawah rongga mulut bagian belakang, duktuswartoni
c)Kelenjar
sublingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar rongga mulut.
Fungsi
saliva :
Memudahkan makan untuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk
menjadi bolus
Mempertahankan
bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah bergerak untuk berbicara
Mengandung
ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zattepung menjadi maltose
polisakarida
Seperti zat
buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi
kedalam saliva
Sebagai zat
anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan
membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.
D.
Manifestasi Klinik
Pada labio Skisis :
1. Distorsi pada hidung
2. Tampak sebagian atau keduanya
3. Adanya celah pada bibir
Pada palato skisis:
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau
foramen incisive
2. Adanya rongga pada hidung
3. Distorsi hidung
4. Teraba celah atau terbukanya -langit saat diperiksa dengan jari
5. Kesukaran dalam menghisap atau langit makan
E.
Patofisiologi
Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital
yang memiliki prevalensi cukup tinggi. Bibir sumbing memiliki beberapa
tingkat kerusakan sesuai organ yang mengalami kecacatannya. Bila hanya dibibir
disebut labioschizis, tapi bisa juga mengenai gusi dan palatum atau
langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi keberhasilan
operasi.
Cacat bibir
sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak terbentuknya
suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada
masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal kekurangan zat besi,
obat2 tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing sering
ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan kehamilan
yang baik serta gizi yang buruk.
Bayi-bayi
yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa kesulitan menghisap
ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut. Jika demikian,
ASIdari ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan sendok atau
dengan botol berlubang besar pada bayi yang posisinya tubuhnya ditegakkan.
Posisi bayi yang tegak sangat membantu masuknya air susu hingga ke kerongkongan.
Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran napas mengingat
refleks pembukaan katup epiglottis( katup penghubung mulut dengan kerongkongan)
mesti dirangsang dengan gerakan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur.
Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya
infeksi di rongga hidung, tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung
telinga dan tenggorokan) sebagai akibat mudahnya terjadi iritasi akibat air
susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah sumbingnya.
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang
selama fase embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya
bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan maksilaris untuk
menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis
adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan
penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4. Penggabungan
komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
F.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah
efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya.
Adanya kemajuan teknik bedah, orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil
akhir tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung
dari berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan
secara bertahap.
Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan
dilakukan bila bayi tersebuttelah berumur 1-2 bulan.Setelah memperlihatkan
penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran
nafas atau sistemis.
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia
4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda
hingga mencapi usia pubertas.
Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.
Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.
Penatalaksanaan
Keperawatan
- Perawatan Pra-Operasi:
1)Fasilitas
penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
a.Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
b.Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
c.Diskusikan tentang pembedahan
d.Berikan
informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positifterhadap bayi
e. Tunjukkan sikap penerimaan
terhadap bayi.
2)Berikan
dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan bayi.
a.Tahap-tahap intervensi bedah
b.Teknik pemberian makan
c.Penyebab devitasi
3)Tingkatkan
dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.
a.Fasilitasi
menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang cocok.Monitor
atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
b.Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan
aliran susu ke dinding mulut.
c.Arahkan cairan ke sebelah dalam gusi di dekat lidah.
d. Sendawakan bayi dengan sering selama pemberian makan
e.Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
f.Akhiri pemberian susu dengan air.
4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
a.Pantau status pernafasan
b. Posisikan bayi miring kekanan
dengan sedikit ditinggikan
c.Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
- Perawatan Pasca-Operasi
1)Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
a.Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan
alat penetes atau sendok.
b. Lanjutkan dengan makanan
formula sesuai toleransi.
c.Lanjutkan dengan diet lunak
d. Sendawakan bayi selama
pemberian makanan.
2) Tingkatkan penyembuhan dan
pertahankan integritas daerah insisi anak.
a.Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
b. Oleskan salep antibiotik pada
garis sutura (Keiloskisis)
c. Bilas mulut dengan air sebelum
dan sesudah pemberian makan.
d. Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan
untuk mencegah terjadinya aspirasi.
e. Pantau tanda-tanda infeksi
pada tempat operasi dan secara sistemik.
f. Pantau tingkat nyeri pada bayi
dan perlunya obat pereda nyeri.
g.Perhatikan pendarahan, odema, drainage.
h.Monitor keutuhan jaringan kulit
i.Perhatikan
posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril, missal
alat tensi
G. Komplikasi
1. Gangguan bicara dan pendengaran
2. Terjadinya otitis media
3. Aspirasi
4. Distress pernafasan
5. Resiko infeksi
saluran nafas
6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
H. Tindakan Bidan bila menemukan
pasien yang terkena labio gnato plato schisis
Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan:
a. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi dengan posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan minum
dengan menggunakan sendok atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk punggung bayi
setiap 15 mL-30 mL minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi
masih mengisap.
b. Jelaskan
pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian infus,
perhatikan
keadaan umum bayi.
c. Jelaskan
pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan
usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan pada palato dilakukan
pada waktu 6 bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung
pada derajat kecacatan. Untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of
ten yaitu umur > 10 minggu (3 bulan), >5 kg, leukosit > 1000/ uL. Cara
operasi yang umum dipakai adalah cara mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu
bicara. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
d. Prosedur
perawatan setelah operasi: rangsangan untuk menelan atau menghisap, dapat
menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut
7-10 hari, bila sudah toleran berikan minum pada bayi, dan makanan lunak sesuai
usia dan dietnya.
e. Peran
bidan: memberi dukungan dan keyakinan ibu, menjelaskan pada ibu yang terpenting
untuk saat ini, adalah memberi bayi cukup minum untuk memastikan pertumbuhan
sampai operasi dapat dilakukan. Apabila hanya labioskiziz dapat menganjurkan
ibu untuk tetap menyusui. Apabila kasus labiopalatoskizis pemberian ASI peras
untuk memenuhi kevbutuhan nutrisinya. Bila masalah minum teratasi BB naik,
rujuk bayi untuk operasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
- PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama,alamat,umur
2. Keluhan utama :
Alasan klien masuk ke rumah sakit
3. Riwayat Kesehatan
a)Riwayat
Kesehatan Dahulu
Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah
mengalami trauma pada
kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu
saat hamil, obat-obat yang
pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah
stress saat hamil.
b)Riwayat
Kesehatan Sekarang
Mengkaji berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan,
pertambahan/penurunan
berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran
pernafasan atas.
c)Riwayat
Kesehatan Keluarga
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan,
labiopalatoskisis dari keluarga, penyakit sifilis
dari orang tua laki-laki.
4. Pemeriksaan Fisik
a)Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk
mengidentifikasi karakteristik sumbing.
b)Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c)Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d)Kaji tanda-tanda infeksi
e)Palpasi dengan menggunakan jari
f)Kaji tingkat nyeri pada bayi
vPengkajian Keluarga
a)Observasi infeksi bayi dan keluarga
b)Kaji harga diri / mekanisme kuping dari
anak/orangtua
c) Kaji reaksi orangtua terhadap
operasi yang akan dilakukan
d)Kaji kesiapan orangtua terhadap
pemulangan dan kesanggupan mengatur perawatan
di rumah.
e)Kaji tingkat pengetahuan keluarga
- DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko
aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan. (NANDA, 2005-2006)
2. Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks menghisap pada anak tidak adekuat. (NANDA, 2005-2006)
3.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan anatomis
(labiopalatoskizis). (NANDA, 2005-2006)
4.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA,
2005-2006)
5. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan. (NANDA,
2005-2006)
6.Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
penyakit. (NANDA, 2005-2006)
- INTERVENSI
KEPERAWATAN
Rencana
Keperawatan
No
|
Dx
Keperawatan
|
Tujuan/Kriteria
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1.
|
Resiko
aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan.
|
Tidak akan
mengalami aspirasi:
· Menunjukkan peningkatan kemampuan
menelan.
· Bertoleransi thd
asupan oral dan sekresi tanpa aspirasi.
· Bertoleransi
thd pemberian perenteral tanpa aspirasi.
|
· Pantau
tanda-tanda aspirasi selama proses pemberian makan dan pemberian pengobatan.
· Tempatkan
pasien pada posisi semi-fowler atau fowler.
· Sediakan
kateter penghisap disamping tempat tidur dan lakukan penghisapan selama
makan, sesuai dengan kebutuhan.
|
· Perubahan yg tjd pada proses
pemberian makanan dan pengobatan bisa saja menyebabkan aspirasi.
· Agar
mempermudah mengeluarkan sekresi.
· Mencegah
sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan menelan terganggu.
|
|||
2.
|
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks menghisap pada anak
tidak adekuat
|
Menunjukkan status gizi :
· Mempertahankan
BB dalam batas normal.
· Toleransi thd
diet yang dianjurkan.
· Menyatakan
keinginannya untuk mengikuti diet.
|
· Pantau
kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
· Ketahui
makanan kesukaan pasien.
· Ciptakan
lingkungan yang menyenangkan untuk makan.
|
· Memberikan informasi sehubungan
dgn keb nutrisi & keefektifan terapi.
· Meningkatkan selera makan
klien.
· Meningkatkan sosialisasi &
memaksimalkan kenyamanan klien bila kesakitan makan menyebabkan malu.
|
|||
3.
|
Kerusakan komunikasi verbal
berhubungan dengan kelainan anatomis (labiopalatoskizis).
|
Menunjukkan kemampuan
komunikasi :
· Menggunakan
bahasa tertulis, berbicara atau nonverbal.
· Mengguanakan
bahasa isyarat.
· Pertukaran
pesan dengan orang lain.
|
· Anjurkan
pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan mengulangi permintaan.
· Sering
berikan pujian positif pada pasien yang berusaha untuk berkomunikas
· Menggunakan
kata dan kalimat yang singkat.
|
· Melatih agar bisa berkomunikasi lebih lancar.
· Pujian dapat membuat keadaan klien akan lebih membaik karena mendapat
dorongan.
· Membantu klien memahami pembicaraan.
|
|||
4.
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan insisi pembedahan.
|
Meningkatkan rasa nyaman :
· Menunjukkan teknik relaksasi
secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
·Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (skala 0-10)
·Melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan.
|
· Kaji pola
istirahat bayi/anak dan kegelisahan.
· Bila klien
anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan kondisinya.
· Berikan
analgetik sesuai program.
|
· Mencegah
kelelahan dan dapat
meningkatknkoping terhadap stres atau
ketidaknyamanan.
· Meningkatkarelaksasi
dan membantu pasien memfokusknperhatian pada sesuatu disamping diri sendiri / ketidaknyamanan dapat
menurunkankebutuhan dosis / frekuensi analgesik.
· Derajat nyeri
sehubungan dengan luas dan dampak psikologi pembedahan sesuai dengan kondisi
tubuh.
|
|||
5.
|
Resiko infeksi berhubungan
dengan insisi pembedahan.
|
Mencegah infeksi
·Terbebas dari tanda atau gejala infeksi.
·Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.
·Menggambarkan faktor yang menunjang penularan infeksi.
|
· Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan, kepala agak
sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat
berakibat pneumonia.
· Kaji
tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam.
|
· Meningkatkan mobilisasi sekret,
menurunkan resiko pneumonia.
· Deteksi dini terjadinya infeksi
memberikan pencegahan komplikasi lebih serius.
· Mencegah
kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
|
|||
6.
|
Ansietas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit.
|
Rasa cemas teratasi :
· Mencari informasi untuk
menurunkan kecemasan.
· Menghindari sumber kecemasan
bila mungkin.
· Menggunakan teknik relaksasi
untuk menurunkan kecemasan.
|
· Kaji tingkat
kecemasan klien.
· Berikan
terapi bermain kepada si anak untuk mengalihkan ras cemasnya.
· Berikan
penyuluhan pada klien dan keluarga tentang penyakit dan proses
penyembuhannya.
|
· Untuk
mengetahui seberapa besar kecemasan yang dirasakan klien sekarang.
· Untuk
mengurangi kecemasan yang dirasakan klien, berikan suasana yang tenang dan
nyaman.
· Untuk
mengetahui bagaimana untuk memudahkan memberikan support atau penyuluhan.
|
|||
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat
dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Kelainan kongenital merupakan kelainan
dalam pertumbuhan strukturbayi yang
timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum
kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran.
2.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital atau cacat bawaan padaneonatus
yaitu kelainan genetik dan kromosom, faktor genetik, faktor infeksi, faktor
obat, faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan
faktor-faktor lainnya.
3. Kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus yaitu encephalocele, hidrocephalus, bibir sumbing (Labio Paltoskiziz), atressia esofagus, atrssia ani, hirschprung, spina bifida, kelainan jantung kongenital, omfalokel.
4. Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
5. Kelainan congenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah, melainkan resiko terjadinya dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok , obat terlarang, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, menjalani vaksinasi, melakukan pemeriksaan prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya lainnya.
3. Kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus yaitu encephalocele, hidrocephalus, bibir sumbing (Labio Paltoskiziz), atressia esofagus, atrssia ani, hirschprung, spina bifida, kelainan jantung kongenital, omfalokel.
4. Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
5. Kelainan congenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah, melainkan resiko terjadinya dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok , obat terlarang, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, menjalani vaksinasi, melakukan pemeriksaan prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya lainnya.
B. Saran
Adapun saran
yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:
1. Dalam mempelajari asuhan neonatus, seorang calon bidan diharapkan mengetahui kelainan kongenital atau cacat bawaan yang biasanya terjadi pada neonatus sehingga mampu memberikan asuhan neonates dengan baik dan sesuai dengan kewenangan profesi.
2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik.
1. Dalam mempelajari asuhan neonatus, seorang calon bidan diharapkan mengetahui kelainan kongenital atau cacat bawaan yang biasanya terjadi pada neonatus sehingga mampu memberikan asuhan neonates dengan baik dan sesuai dengan kewenangan profesi.
2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar