BAB I
PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang
Keadaan Bayi sangat bergantung pada
pertumbuhan janin di dalam uterus, kualitas pengawasan antenatal,
penyakit-penyakit ibu selama hamil, penaganan persalinan dan perawatan sesudah
lahir. penaggulangan bayi tergantung pada keadaannya, apakah ia normal atau
tidak. Diantara bayi yang normal dan yang membutuhkan pertolongan medik segera
(sydroma gangguan pernafasan).
Adaptasi pada Bayi Baru Lahir
merupakan proses penyesuaina fungsional neonataus dari kehidupan di dalam uterus
ke keluar uterus. Bila terdapat gangguan pada adaptasi maka Bayi akan
sakit.sedangkan pada Bayi yang kurang bulan terdapat gangguan mekanisme
adaptasi. adaptasi segera adalah pada fungsi-fungsi vital yaitu gastroinestinal
Pada umumnya kelahiran Bayi normal
cukup di hadiri oleh Bidan yang dapat di beri tanggung jawab penuh terhadap
keselamatan Ibu dan Bayi pada persalinan normal.maka seorang Bidan harus
mengetahui dengan segera timbulnya perubahan-perubahan pada ibu dan bayi.
1.2 Rumusan
masalah
1.2.1
Apa pengertian tentang
gastroinestinal ?
1.2.2
Apa yang di maksud dengan Adaptasi
Bayi Baru Lahir Di luar uterus?
1.2.3
Perubahan-perubahan apa terjadi pada
Bayi Baru Lahir ?
1.2.4
Apa perbedaan gastrointestinal pada
bayi dan neonatal?
1.2.5
Apa yang dilakukan pada keadaan
klinik bayi segera setelah lahir ?
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui proses adaptasi pada Bayi Baru Lahir
terutama pada gastroinestinalnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Gastrointestinal
Gastrointestinal
adalah merupakan suatu saluran pencernaan yang panjangnya sekitar 9 meter mulai
dari mulut sampai anus, meliputi oropharing, esophagus, stomach(lambung), usus
halus dan usus besar. Di mulut makanan dikunyah dan dicampur dengan sekresi
kelenjar saliva sehingga menjadi bolus. Esophagus mengantarkan bolus dari mulut
ke stomach (lambung), Lambung, usus halus dan usus besar sebagai tempat
penampung makan/bolus dan produk akhir dari pencernaan.
Lumen gastrointestinal secara umum memiliki lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot. Sistem gastro intestinal dan organ accesoris memperoleh aliran darah sekitar 25 – 30 % dari cardiac out put. Saraf yang terlibat dalam mengendalikan sistem gastrointestinal melibatkan saraf autonom saraf parasimpatis dan simpatis.
Lumen gastrointestinal secara umum memiliki lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot. Sistem gastro intestinal dan organ accesoris memperoleh aliran darah sekitar 25 – 30 % dari cardiac out put. Saraf yang terlibat dalam mengendalikan sistem gastrointestinal melibatkan saraf autonom saraf parasimpatis dan simpatis.
2.2 Fungsi Secara Umum Sistem Gastrointestinal
Fungsi secara umum sistem Gastrointestinal yaitu tarnsport air dan makanan, mencerna makanan secara mekanik dan kimia, mengabsorbsi nutrien hasil pencernaan ke dalam pembuluh darah, serta mengeluarkan produk sisa.Saluran gastrointestinal memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan makanan, yang terus-menerus. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan :
1.
Pergerakan makan melalui saluran gastrointestinal
2.
Sekresi getah pencernaan dan makanan
3.
Absorbsi hasil pencernaan, air, dan berbagai
elektrolit
4.
Sirkulasi darah
melalui organ-organ gastrointestinal untuk membawa zat-zat yang di absorbsi
5.Pengaturan semua fungsi ini oleh sistem saraf dan hormonal
2.3 Anatomi
Sistem Gastroinstestinal
Sistem
pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.
A.
Mulut
Merupakan
suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya
terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan
lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan
relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari
berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
B.
Tenggorokan ( Faring)
Merupakan
penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani
yaitu Pharynk.
Didalam
lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini
terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan
dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak
terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian
media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang
sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring
bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian
media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian
inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
C.
Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan
adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan
dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa
Yunani: οiσω, oeso - "membawa", dan έφαγον, phagus -
"memakan"). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
§ bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka)
§ bagian
tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
§ bagian
inferior (terutama terdiri dari otot halus).
D. Lambung
Merupakan
organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu :
1.Kardia
Terdiri dari 3 bagian yaitu :
1.Kardia
Merupakan bagian yang berbatasan dengan esophagus. yang menerima makanan dari
kerongkongan, fundus adalah bahwa bagian lambung yang dibentuk oleh
besar kelengkungan.
2.Fundus
Fundus adalah
bagian atas rahim. Pada 12 minggu kehamilan, fundus berada di atas tulang
kemaluan (simfisis pubis). Pada kira-kira 20 minggu, fundus telah mencapai
pusar (umbilikus). Setelah minggu ke-20, tinggi fundus (diukur dari atas tulang
kemaluan) adalah sama dengan jumlah minggu kehamilan. Sebagai contoh, pada 25
minggu, fundus akan menjadi sekitar 25cm di atas tulang kemaluan.
3.Antrum
3.Antrum
Antrum adalah suatu istilah umum untuk ruang atau
ruangan yg memiliki arti spesifik pada bagian2 organ tertentu dalam tubuh.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
• Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
• Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
• Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
• Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
• Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
• Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah
bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke
hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi
usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula
dan lemak.
Lapisan usus halus terdiri dari:
1.
lapisan mukosa ( sebelah dalam )
2.
lapisan otot
melingkar ( M sirkuler )
3.
lapisan otot memanjang ( M Longitidinal )
4.
lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus
halus terdiri dari tiga bagian yaitu
1.
Usus dua belas jari (duodenum)
2.
Usus kosong (jejunum)
3.
Usus penyerapan (ileum).
1)
Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum
adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang
tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat
dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal
dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke
dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
2)
Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang
sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang
seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa
membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari
usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.
Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
"lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa
Laton, jejunus, yang berarti "kosong".
3)
Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah
bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki
panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi
adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah
menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
• Kolon asendens (kanan)
• Kolon transversum
• Kolon desendens (kiri)
• Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
• Kolon asendens (kanan)
• Kolon transversum
• Kolon desendens (kiri)
• Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di
dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan
zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat
penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik
bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
G. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus,
"buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung
pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar
herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
H. Umbai Cacing (Appendix)
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah
organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau
radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah
dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga
abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm.
Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai
cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
I. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan,
mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens.
Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di
dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk
melakukan defekasi.
Jika defekasi tidak
terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan
ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung
saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus
terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter.
Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.
J. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki
dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
• Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
• Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
• Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
• Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan
mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke
dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif.
Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas
juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi
duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
2.2 Adaptasi Sistem
Gastrointestinal Bayi Baru Lahir Dan Feeding Setelah Kelahiran
A. Adaptasi
Sistem Gastrointestinal
Bayi
Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencernadan
mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi
ini (Gorrie, et al., 1998).Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6
ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai
sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama
kehidupan.
Lambung akan kosong dalam 3 jam (Olds, et al., 1980) untuk pemasukan makanan
dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al., 1998).
Spingter
cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus
masih immatur(Olds, et al., 1980), mengalami relaksasi sehingga dapat
menyebabkan regurgitasi makanan segera
setelah diberikan (Gorrie,et al., 1998). Regurgitasi juga dapat
terjadikarena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al., 1980).
BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan
jika dibandingkan dengan orang dewasa.
Keadaan
ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi lebih luas (Gorrie,etal.,1998).Bising
usus pada keadaan normaldapat didengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam pertama
setelah lahir akibat bayimenelan udara saat menangis dan sistem saraf simpatis
merangsang peristaltik (Simpson & Creehan, 2001).
Saat
lahir saluran cerna steril. Sekalibayi terpapar dengan lingkungan luar dan
cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan
terbentuk dalam beberapa hari pertamakehidupan (Gorrie, et al., 1998)
sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri
dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir.
Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk
sintesa vitamin K (Olds, et al., 1980). Enzim-enzim penting untuk
mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhanaada pada minggu ke-36-38 usia
gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan
mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak
(Jensen et al., 2004). Amilase
pankreas mengalamidefisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir. Sebagai
akibat, BBL tidak bisamencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang
terdapat pada sereal.
Selain itu BBL juga mengalami defisiensi
lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih
sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat padasusu formula ( Gorrie, et
al., 1998). Feses pertama yang dieksresi olehbayi disebut mekonium,
berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut,
tidak berbau, danlengket.
Mekonium
terkumpul dalam usus fetus sepanjang usia gestasi, mengandung partikel-partikel
dari cairan amnion seperti sel kulit dan rambut, sel-sel yang terlepas dari
saluran cerna,empedu dan sekresi usus yang lain (Gorrie, et al., 1998
& Olds, et al.,1980).
Feses
mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir.Jika tidak
keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan
distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998
& Simpson & Creehan, 2001).
Tipe
kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna
coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses
ini merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya
sesuai tipe makanan yang didapat oleh bayi (Gorrie, et a., 1980). Tabel
berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum dan setelah
lahir.
Tabel
1. Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran.
Sebelum
lahir
|
Setelah
lahir
|
ü gastrointestinal
relatif inaktif.Fetus
ü menelan
cairan amnion dan memperlihatkan gerakan mengisap dan menelan dalam uterus.
ü tidak
ada makanan yang diterimamelalui G.I.T.
ü tidak
terjadi pengeluaran feses. Pada keadaan hipoksis atau distres, spingteranal
relaksasi dan mekonium terlepas kedalam cairan amnion,mengindikasikan fetal
distres.
|
ü bayi
dapat mengisap dan menelan, mampu mencerna dan mengeliminasi Asi dan susu
formula.
ü bayi mudah menelan udara selama makan dan menangis.
ü peristaltik
aktif pada bagian abdomen yang lebih bawah karena bayi harus mengeluarkan feses.
Tidak adanya feses
ü dalam
48 jam pertama mengindikasikan obstruksi isi usus.
|
B. Feeding
Setelah Kelahiran
Feeding
(pemberian
makanan)pertama jika memungkinkan diberikan saatmelakukan pengkajian pada BBL.
Perawat mengobservasi tanda-tanda yang
dapatmenggambarkan keadaan hubungan antara trakhea dan esophagus seperti ada
tidaknya batuk, keadaan seperti tercekik dan sianosis.
Selain
pernafasan, mengisap dan menelan merupakan pengalaman tambahan baru setelah
kelahiran. BBL biasanya mampu mengisap, menelan dan mengkoordinasi
pernafasannya.
Setelah lahir,
BBL mengalami perubahan-perubahan perilaku yang terjadi dalam beberapa fase
yang tidak stabil. Selama jam-jam pertama BBL terus mengalami perubahan,
dikenal dengan periode reactivity. Pengetahuan tentang periode ini
membantu mendukung attachment orang tua-bayi dan pemberian feeding.Terdapat
dua periode reactivity yangdiselingi dengan periode tidur.
Periode pertama reactivity dimulai
setelah lahir.BBL berada dalam keadaan diam, bangun dan terjaga. Matanya dibuka
dan waspada,berespons terhadap rangsangan,menggerakgerakkan tangan dan kaki
dengan energik, berusaha mencari dan tampak lapar. Fase ini akan diikuti dengan
dengan fase aktifsiaga.
Selama
fase aktif-siaga BBL akan memperlihatkan refleks isap yang kuat dan tampak
lapar. Ini merupakan waktu yang sangat ideal untuk menyusui pertama. Setelah 30
menit bayi akan mengantuk, tidur dan akhirnya masuk periode tidur terlelap
sekitar 2 sampai 4 jam. Selama waktu ini bayi tidak berespons, nadi dan
respirasi turun pada nilai normal namun
suhu mungkin
rendah. Ketika BBL terbangun dari periode tidur, mereka masuk periode kedua reaktivity.
Periode ini dapat
berlangsung 4 sampai 6 jam. BBL bangun, siaga dan dapat menangis. BBL menjadi
berkeinginan terhadap makanan, memperlihatkan aktivitas seperti mencari puting,
mengisap dan menelan dan kelihatan lapar. Feeding mungkin dapat dimulai
jika ia belum dimulai pada periode awal reactivity. Mekonium mungkin
keluar selama periode ini. Sekresi mukus meningkat dan BBL dapat mengalami gag
atau regurgitasi (Gorrie, et al., 1998 & Burroughs & Leifer,
2001).
Pada
beberapa fasilitas, bayi diberikan cairan (air) steril dalam jumlah sedikit
sebelum diberikan feeding formulam pertama. Fasilitas yang lain
memberikan asi atau susu formula untuk semua feeding. Feeding pertama
tidak lebih dari 1 ons untuk mengurangi regurgitasi karena overdistensi
abdomen. Beberapa bayi dapat mengalami cekukan atau gag selama feeding
permulaan dan sebagian yang lain dapat mengalami kebiruan atau sianosis karena
terjadi apnea saat pemberian feeding.
Pada
keadaan ini perawat menghentikan sementara pemberian makanan, disuction
jika perlu dan bayi dirangsang agar menangis dengan menggosok-gosok bagian
belakang badannya. Banyak BBL yang belajar mengkoordinasikan isapan, menelan dan
bernafas saat feeding pertama (Gorrie et al., 1998)
Feeding
menyebabkanBBLmempunyai stool. Peristaltik menjadi cepat dan
meningkat dengan pemberian makanan. Reflek gastrokolik dapat terangsang saat
lambung terisi, menyebabkan peningkatan peristaltik usus. Bayi akan
mengeluarkan feses selama atau setelah pemberian makanan. Feses mekonium juga
dapat keluar ketika dilakukan pengukuran suhu rektal. Meskipun pemeriksaan suhu
rektal tidak direkomendasikan, termometer dapat
dimasukkan
dengan hati-hati ke dalam rektum untuk mengetahui patensi anus dan merangsang
pengeluaran feses mekonium (Gorrie et al., 1998).
Keterlambatan
feeding menyebabkan stasis usus sehingga isi usus yang mengandung
mekonium lama dikeluarkan. Mekonium merupakan penyimpan bilirubib dalam jumlah
yang sangat besar dan ini dapat diabsrobsi kembali ke dalam sirkulasi jika
tertunda dieliminasi. Kegagalan dalam membersihkan mekonium dengan cepat
mempertinggi reabsrobsi usus dan
meningkatkan
bilirubin serum (Simpson & Creehan, 2001).
Hal ini dapat terjadi karenabilirubin direct
yang ada dalam mekonium dikonversi ulang oleh enzim beta glukoronidase
menjadi bilirubin indirect, diabsrobsi oleh dinding usus dan masuk
kembali ke sirkulasi enterohepatik.
Efek proses ini adalah joundice pada
BBL
(Melson et
al., 1999). Rutinitas beberapa rumah sakit dalam pola pemberian feeding pada
BBL berkontribusi terhadap tingginya level bilirubin. Sistem yang tidak
mendukung
rooming in mengurangi
jumlah pemberian feeding seperti penjadwalan pemberian
feeding (Simpson
& Creehan, 2001). Menyusui dini yang efisien berkorelasi
dengan penurunan
kadar bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum mempermudah
ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk perjalanan mekonium (bobak,
Lowdermilk & Jensen, 2004).
Skema
berikut menggambarkan hubungan antara feeding setelah kelahiran dengan
pengeluaran mekonium dan level bilirubin indirect dalam serum setelah
kelahiran.
C.Hubungan feeding setelah kelahiran dengan penurunan level
bilirubin setelah kelahiran
x
BAB 3
PENUTUP
3.1
Simpulan
Dengan terselesaikannya makalah ini
kelompok kami menyimpulkan bahwa terlahirnya individu baru sangatlah
membutuhkan perawatan dari orang lain.dan individu baru tersebut pasti mengalami suatu adaptasi,oleh karena itu
adaptasi neonatal merupakan proses penyesuaian fungsional neonataus dari
kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.apabila terdapat suatu
gangguan pada adaptasi maka akan mengakibatkan bayi akan sakit.hal tersebut
terjadi karena ada gangguan pada Homeostasis yang meliputi terganggunya
fungsi-fungsi vital yang dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya.
3.2
Saran
Dengan adanya adaptasi Bayi Baru
lahir terjadilah perubahan-perubahan pada bayi, oleh karena itu pada proses
adaptasi perlunya penambahan pengetahuan perawatan bayi baru lahir bagi para
ibu.terutama pada seorang wanita yang pertama kali menjadi seorang ibu.
Untuk itu kelompok kami sangat
mengharapkan saran dan kritik dalam pembuatan makalah ini, dan sebagai
reverensi dalam pembuatan makalah selanjutnya.karena sedikitnya kesalahan dapat
mengurangi nilai kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
Burroughs
A & Leifer G. (2001). Maternity Nursing an Introductory Text. 8 th
edition.
Gorrie
T.M., McKinney E.S., & Murray S.S. (1998). 2nd edition. Foundation of
Maternal–Newborn Nursing.Philadelphia. W.B. Saunders Company.
Hastono,
S.P. (2001). Modul Analisa Data.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Melson
A. Katrryn et al., (1999). Maternal-Infant Care Planning.
Pennsylvania, Springhouse Cooporation.Philadelphia. W.B. Saunders
Company.
Simpson
R.K. & Creehan A.P. (2001).Perinatologi Nursing. Lippincott,Philadelphia.
Thomson,
E. (1995). Introduction to Maternity and Pediatric Nursing 2nd edition.
WB. Saunders. USA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar