BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spina Bifida (Sumbimg
Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vetebrata), yang
terjadi karena bagian dari suatu atau beberapa vetebrata gagal menutup atau
gagal terbentuk secara utuh.
Gangguan fusi tuba neural terjadi
sekitar minggu ketiga setelah konsepsi, sedangkan penyebabnya belum diketahui
dengan jelas. Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya.
Factor janinnya sendiri dan factor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi
factor penyebabnya.masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertemia diduga
dapat menjadi factor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan congenital tidak
diketahui.
Salah satu kelainan kongenital yang sering
terjadi adalah spina bifida. Angka kejadiannya adalah 3 di antara 1000 kelahiran.
1.2 Tujuan
Adapun
tujuan dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian kelainan spina bifida
2.
Untuk mengetahui patofisiologi dari spina bifida
3.
Untuk mengetahui penyebab dari spina bifida
4.
Untuk mengetahui diagnosis dari spina bifida
5.
Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari spina bifida
6.
Untuk mengetahui bagaimana tindakan bidan bila menemukan kelainan seperti
spina bifida
7.
Untuk mengetahui cara pencegahan dari spina bifida
1.3 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalh dalam makalah ini, adalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan spina bifida ?
2.
Apa patofisiologi dari spina bifida ?
3.
Apa saja penyebab dari spina bifida ?
4.
Apa diagnosis dari spina bifida ?
5.
Bagaimana penatalaksaan dari spina bifida ?
6.
Bagaimana tindakan bidan bila menemukan kelainan seperti spina bifida?
7.
Bagaimana cara pencegahan dari spina bifida ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Spina Bifida (Sumbing
Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vetebrata), yang
terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vetebrata gagal menutup atau gagal
terbentuk secara utuh. Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat masa
embrio.(Chairuddin Rasyad. 1998)
Spina bifida adalah gagal menutupnya columna vetebralis padamasa
perkembangan fetus. Defek ini berhubungan dengan herniasi jaringan dan gangguan
fusi tuba neural.Gangguaan fusi tuba neural terjadi sekitar minggu ketiga
setelah konsepsi, sedangkan penyebabnya belum diketahui dengan jelas.
Beberapa hipotesis terjadinya spina
bifida antara lain adalah :
1.
Terhentinya proses pembentukan tuba neural karena penyebab tertentu.
2.
Adanya tekanan yang berlebih di kanalis sentralis yang baru terbentuk sehingga
Menyebabkan rupture permukaan tuba neural.
3.
Adanya kerusakan pada dinding tuba neural yang baru terbentuk karena suatu
Penyebab.
Spina Bifida (Sumbing Tulang
Belakang) adalah suatu celah tulang belakang (vetebrata), yang terjadi karena
bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk
secara utuh.
2.2. Patofisiologi
Cacat terbentuk pada
trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm pada
daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu(prosesus nasalis dan
maksilaris) pecah kembali.
Hidrosefalus terdapat pada hampir semua anak yang menderita
spina bifida (85% sampai 90%), kira-kira 60% sampai 70% tersebut memiliki IQ
normal. Banyak ahli percaya bahwa defek primer pada NTD ( neural tuba defect )
merupakan kegagalan penutupan tuba neural selama perkembangan awal embrio. Akan
tetapi ada bukti bahwadefek ini merupakan akibat dari pemisahan tubaneural yang
sudah menutup karena peningkatan abnormal tekanan cairan serebrospinal selama
trimester pertama.
2.3. Penyebab
Penyebab spesifik dari
spina bifida tidak diketahui, tetapi diduga akibat :
1. Genetik (keturunan)
2. Kekurangan asam folat pada masa kehamilan
3. Kekurangan asam folid acid
Folid acid dipercaya berperan membantu
tabung saraf tulang belakang tertutup
Dengan sempurna.
4.
Ibu dengan epilepsi yang menderita panas tinggi dalam kehamilannya
mengkonsumsi obat-obat asam volproic,anti
konsulvan,klomifen.
Biasanya penutupan tabung saraf
terjadi pada minggu ke empat masa embrio. Namun, jika sesuatu yang mengganggu
dan tabung gagal untuk menutup dengan baik, cacat tabung saraf akan terjadi.
Diperkirakan bahwa hamper 50% defek tabung saraf dapat dicegah jika wanita yang
bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi termasuk asam folat.
2.4. Diagnosis
Diagnosis
spina bifida ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada
trimester pertama wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple
screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindrom down, dan
kelainan bawaan lainnya. Sebanyak 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina
bifida, akan mengalami kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi, karena itu
jika hasilnya positif perlu dilukakan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat
diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina
bifida. Kadang-kadang dilakukan amniosentesis ( analisa cairan ketuban ).
Setelah
bayi lahir dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1.
Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan
2.
USG tulang belakang bisa menunjukkan
adanya kelainan pada korda spinalis
maupun vertebra
3.
CT-scan atau MRI tulang belakang kedang-kadang dilakukan untuk menentukan
lokasi dan luasnya kelainan.
2.5. Penatalaksanaan
1. Sebelum dioperasi,
bayi dimasukkan ke dalam incubator dengan kondisi
tanpa baju.
2. Bayi dalam posisi telungkup atau tidur jika kantongnya
besar untuk
mencegah infeksi.
3. Berkolaborasi dengan dokter anak, ahli bedah,
ahli ortopedi, dan ahli urologi,
terutama untuk tindakan
pembedahan, dengan sebelumnya melakukan
informed consent dan informed
choice pada keluarga.
4.
Lakukan pengamatan dengan cermat terhadap adanya tanda-tanda
hidrosefalus (dengan mengukur
lingkar kepala setiap hari) setelah dilakukan
pembedahan atau juga kemungkinan
terjadinya meningitis (lemah, tidak mau
minum, mudah terangsang, kejang,
dan ubun-ubun besar menonjol). Selain
itu, perhatikan pula banyak
tidaknya gerakan tungkain dan kaki, retensi
urine, dan kerusakan kulit akibat
iritasi urine dan feses.
2.6. Tindakan Bidan Jika Menemukan
1.
Biasanya kalau ada kelainan bawaan yang berat
dan dapat mengancam nyawa si
bayi, maka begitu lahir bidan sudah melakukan kolaborasi bersama tim dokter
untuk menanganinya. Misalnya dari bedah saraf, bedah anak, ortopedi, dan dokter
saraf anak. Terlebih bila spina bifidanya terbuka dan terjadi kebocoran, maka
harus segera ditutup lewat operasi. Karena bagaimanapun, tidak bisa dibiarkan
adanya hubungan dunia luar dengan susunan saraf pusat. Tindakan operasi yang
dilakukan pun memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk penutupan kalau ada defect atau
kalau ada hubungan langsung susunan saraf pusat dengan dunia luar. Selain itu,
tujuan utama lainnya adalah operasi untuk membebaskan jaringan saraf bila
mungkin ada yang menyangkut di tulang belakang yang defect (berlubang).
2.
Bila kelainan spina bifidanya terbuka luas, bayi harus dirawat di rumah sakit
dan tidak dibolehkan pulang. "Sebab, ia termasuk bayi berisiko
tinggi." Sementara pada spina bifida yang dilapisi oleh kulit yang normal,
bisa didiamkan saja, tanpa perlu tindakan operasi. "Bisa dibawa pulang dan
kontrol 3-5 bulan, asalkan dihindari dari cedera seperti jatuh atau terbentur.
3.
Bila spina bifida disertai dengan hidrosefalus sebaiknya dilakukan terlebih
dulu pemasangan 'selang' atau VP shunt (pintas dari rongga cairan otak ke
perut). Kalau tidak, tekanan cairan dari otak akan tinggi terus. Akibatnya,
seringkali bocor dan merembes. Dengan pemasangan selang, cairan otak dialirkan
ke rongga perut sehingga tekanan cairan pun tidak terlalu tinggi. Kalau tidak
dipakaikan selang, lama-lama kepala anak akan terus membesar karena cairan otak
akan bertambah atau berproduksi terus. Pertumbuhan jaringan otak pun akan
tertekan dan kalau dibiarkan terus, bisa menjadi tipis.
4.
Kalaupun ada penundaan operasi, misal karena kondisi si anak tak memungkinkan,
untuk sementara waktu diberikan obat-obatan. Terutama untuk mengurangi produksi
cairan otaknya. Selain berusaha secepat mungkin melakukan tindakan sampai
kondisinya memungkinkan. Kalau tidak, akan mengalami masalah di atas meja
operasi atau sesudahnya." Pemberian obat-obatan pun diberikan setelah atau
segera sebelum operasi.
5.Sebelum melakukan tindakan pun, biasanya kondisi sarafnya dinilai lebih dahulu, apakah masih berfungsi atau tidak. Misalnya, apakah anak mengalami kelumpuhan atau tidak. Lalu, apakah ia bisa menahan pipis atau tidak. Jika ternyata saraf sudah tak berfungsi, Jadi, tindakan operasi dilakukan menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu bedah anak. Selain itu, dicari waktu yang terbaik untuk melakukan operasi. Kalau pada usia anak yang lebih besar, lebih mudah untuk diambil tindakan karena fungsi organ tubuhnya sudah matang.
5.Sebelum melakukan tindakan pun, biasanya kondisi sarafnya dinilai lebih dahulu, apakah masih berfungsi atau tidak. Misalnya, apakah anak mengalami kelumpuhan atau tidak. Lalu, apakah ia bisa menahan pipis atau tidak. Jika ternyata saraf sudah tak berfungsi, Jadi, tindakan operasi dilakukan menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu bedah anak. Selain itu, dicari waktu yang terbaik untuk melakukan operasi. Kalau pada usia anak yang lebih besar, lebih mudah untuk diambil tindakan karena fungsi organ tubuhnya sudah matang.
6.
Selain pengobatan dengan tindakan operasi, juga dilakukan stimulasi fisioterapi
dan rehabilitasi medik untuk melatih motoriknya. Misalnya dengan menggerakan otot-ototnya
supaya tidak lemah. Jadi, fungsi-fungsi saraf yang ada harus dilatih semaksimal
mungkin. Termasuk melatih BAB dan BAK. Ini amat penting mengingat tidak mungkin
untuk membuat saraf baru.
2.7. Pencegahan
Bagi ibu yang
berencana hamil ada baiknya mempersiapkan jauh-jauh hari misalnya makan makanan
yang bergizi serta menambah suplemen yang mengandung asam folat, serta menjaga
kebersihan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya beberapa kelainan yang bisa
menyerang bayi salah satunya adalah Spina bifida. Pada wanita hamil dianjurkan
untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada
wanita hamil adalah 1mg/hari. Selain
itu, pemeriksaan laboratorium juga diperlukan untuk mendeteksi adanya infeksi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Spina
bifida adalah gagal menutupnya columna vetebralis pada masa perkembangan fetus.
Defek ini berhubungan dengan herniasi jaringan dan gangguan fusi tuba neural.
Gangguan fusi tuba neural terjadi
sekitar minggu ketiga setelah konsepsi, sedangkan penyebabnya belum diketahui
dengan jelas.
Resiko melahirkan anak dengan spina
bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi
pada awal kehamilan. Kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada penderita
spina bifida :
1.
Hidrocephalus
2.
Siringomielia
3.
Dislokasi pinggul
3.2. Saran
Dalam
mempelajari asuhan neonatus, seorang calon bidan diharapkan mengetahui kelainan
kongenital atau cacat bawaan yang biasanya terjadi pada neonatus sehingga mampu
memberikan asuhan neonatus dengan baik dan sesuai dengan kewenangan profesi.
DAFTAR PUSTAKA
Behrmen,
Kligmen, Arvin. Iilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta: EGC
Rukiyah,Yeyeh
dkk. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan anak
balita. Jakarta: CV Trans Info Media
Dewi,
Vivian Nanny. 2010. Asuhan Nneonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Nur
Muslihatun, Wafi. 2010. Asuhan Nneonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar