KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah imunisasi DPT PENTAVALEN ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada ibu
Maryani yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pengertian DPT PENTAVALEN, Tujuan dari imunisasi, Waktu Pemberian imunisasi, Cara Pemberian imunisasi, Alat dan Bahan imunisasi, Prosedur kerja imunisasi, Efek samping imunisasi, dan Kontraindikasi imunisasi DPT PENTAVALEN. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pengertian DPT PENTAVALEN, Tujuan dari imunisasi, Waktu Pemberian imunisasi, Cara Pemberian imunisasi, Alat dan Bahan imunisasi, Prosedur kerja imunisasi, Efek samping imunisasi, dan Kontraindikasi imunisasi DPT PENTAVALEN. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Jakarta, 31
Oktober 2014
Penyusun
i
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
Latar
Belakang....................................................................................... 1
Rumusan
Masalah.................................................................................. 2
Tujuan
Penelitian .................................................................................. 2
BAB II. PEMBAHASAN
Pengertian
Imunisasi DPT Pentavalen ................................................... 3...........
Tujuan
Imunisasi DPT Pentavalen......................................................... 6
Cara
Pemberian Imunisasi DPT Pentavalen............................................ 7
Waktu
Pemberian Imunisasi DPT Pentavalen......................................... 8
Alat
dan Bahan Imunisasi DPT Pentavalen.......................................... 10
Prosedur
Kerja ..................................................................................................10
Efek
Samping.....................................................................................................10
Kontraindikasi
dan Indikasi Imunisasi DPT Pentavalen....................................11
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................... 14
Saran
.................................................................................................................14
DAFTAR
PUSTAKA
ii
BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
WHO (Global
Immunization Data) tahun 2010 menyebutkan 1.5 juta anak meninggal karena
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan hampir 17% kematian pada anak
< 5 tahun dapat dicegah dengan imunisasi. Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2007,
pneumoni merupakan penyebab kematian no. 2 di Indonesia, 1/3 etiologi pneumoni
disebabkan karena Hib. Meningitis merupakan radang selaput otak dan Hib
merupakan penyebab utama meningitis pada bayi usia ≤ 1 tahun, jika penyakit ini
tidak diobati 90% kasus akan mengalami kematian dan jika disertai pengobatan
adekuat 9-20 % kasus akan mengalami kematian.
Dan berdasarkan rekomendasi dari
SAGE (Strategic Advisory Group Of Expert On Immunnization) dan
berdasarkan kajian dari Regional Review Meeting on Immunization WHO/SEARO di
New Delhi dan Indonesian Technical Advisory Group of Immunization
(ITAGI) pada tahun 2010 maka pemberian imunisasi Hib dikombinasikan
dengan DPT-HB menjadi DPT-HB-Hib (pentavalen) untuk mengurangi jumlah suntikan
pada bayi dan perlunya diintegrasikan ke dalam program imunsiasi nasional
untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi dan balita akibat
pneumonia dan meningitis sehingga dapat tercapai target MDG’s ke-4 ”angka
kematian balita (AKABA) 24/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015”. Tindaklanjut
nyata rekomendasi tersebut adalah terbitnya Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 23/Menkes/SK/I/2013 tentang Pemberian Imunisasi
Difteri Pertusis Tetanus/ Hepatitis B/Haemophilus Influenza type B. Kepmenkes
tersebut menyebutkan pelaksanaan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib di Indonesia
akan dilakukan secara bertahap, tahap 1 meliputi wilayah Jawa Barat, DI
Yogyakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Barat pada Juli 2013, Tahap kedua pada
Maret 2014 di 10 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Banten, Jateng, Jatim, Sumut,
Sumsel, Babel, Jambi, Lampung, dan Sulsel, dan tahap 3 akan
diimplementasikan ke seluruh provinsi di tanah air.
Prinsip
pemberian imunisasi DPT-HB-Hib, yaitu diberikan pada anak dengan usia 18 bulan
atau anak dengan usia 2 bulan yang belum pernah sekalipun
mendapatkan suntikan vaksin DPT-HB. Bagi anak yang sudah mendapatkan imuniasi
DPT-HB dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian imunisasi
DPT-HB sampai dengan dosis ketiga Pemberian vaksin DPT-HB-Hib sebagai booster
diberikan minimal 12 bulan dari DPT-HB-Hib terakhir. Selain itu, pada anak
dengan usia 2 tahun juga mendapatkan suntikan imunisasi Campak
sebagai booster (imunisasi lanjutan). Interval minimum untuk mendapatkan booster
Campak yaitu 6 bulan dari suntikan Campak dosis pertama. Hasil uji klinis
yang dilakukan oleh Bio Farma menyebutkan secara materi, kombinasi DPT-HB-Hib
tidak akan mengurangi tingkat keamanan dan perlindungan vaksin, reaksi
lokal berupa nyeri hanya dialami oleh 14,9 % subyek dan 28% subyek mengalami
demam. Efikasi vaksin 90-99%,
selain itu pada pembuatan vaksin
DPT-HB-Hib, Bio Farma menggunakan agar pepton untuk perkembangbiakan bakteri. Imunisasi
DPT-HB-Hib diberikan dengan pemberian suntikan vaksin DPT-Hb-Hib 0,5 ml secara
intramuskular pada paha anterolateral dan di lengan kanan atas pada batita saat
imunisasi lanjutan.
1
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Pengertian DPT
2.
Tujuan Dari
Imunisasi DPT
3.
Waktu Pemberian Imunisasi DPT
4.
Cara Pemberian Imunisasi DPT
5.
Alat Dan
Bahan Imunisasi DPT
6.
Prosedur
Kerja Imunisasi DPT
7.
Efek Samping Imunisasi DPT
8.
Kontraindikasi
Imunisasi DPT
C. TUJUAN PENULISAN
Beberapa
manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah ini adalah meningkatnya pemahaman
bidan terhadap
Imunisasi DPT. Dengan
demikian, strategi untuk memberikan dampak positif terhadap pengurangan angka
kesakitan dan kematian Bayi dan Balita dapat dipraktikkan secara langsung dalam
pelaksanaan asuhan kebidanan yang secara khusus dapat dilaksanakan dalam
program yang komprehensif.
2
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Imunisasi pada dasarnya merupakan upaya memberikan
kekebalan aktif kepada seseorang dengan cara memberikan vaksin. Dengan
Imunisasi, seseorang akan memiliki kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sebaliknya, jika tidak
diimunisasi, seseorang akan mudah terkena penyakit tersebut.
Beberapa
dasar hukum yang digunakan pada pelaksanaan program imunisasi tersebut antara
lain:
- Permenkes No. 42 tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Imunisasi
- Kepmenkes No. 1626/Menkes/SK/XII/2005 Tentang Pedoman Pemantauan Dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
- Kepmenkes RI, No. 428/MENKES/ SK/ IV/ 2010 tentang Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI 2010 -2014
Sejarah perkembangan imunisasi di
Indonesia terlihat pada tabel di bawah ini:
Tahun
|
Perkembangan Imunisasi
|
1956
|
Imunisasi Cacar
|
1973
|
Imunisasi BCG
|
1974
|
Imunisasi TT pada ibu hamil
|
1976
|
Imunisasi DPT pada bayi
|
1977
|
Imunisasi dijadikan upaya global oleh WHO (EPI =
Expanded Program on Immunization)
|
1980
|
Imunisasi Polio
|
1982
|
Imunisasi Campak
|
1990
|
Indonesia mencapai UCI Nasional
|
1997
|
Imunisasi Hepatitis B
|
2004
|
Introduksi DPT-HB
|
2013
|
Introduksi vaksin DPT/HB/HiB
|
Vaksin DTP diberikan pada bayi umur
2 bulan dengan umur minimal 6 minggu. Total pemberian vaksin DPT adalah 5
kali yaitu usia: 2 bulan , 4 bulan, 6 bulan, 18 – 24 bulan, 5 tahun.
Selanjutnya pada usia 10 – 18 tahun, anak diberikan vaksin Td. Vaksin DPT generik
disediakan di Puskesmas dan diberikan secara gratis. Namun vaksin ini
menyebabkan anak anda demam sekitar 3 hari dan biasanya diberikan penangkal
demam. Anak terkadang menjadi rewel dan menangis terus. Tetapi Anda tidak perlu
khawatir, sekarang sudah ada vaksin DPT yang tidak menyebabkan demam atau jika
demam pun hanya ringan sekali.
3
Tentunya harganya pun lebih mahal. DPT
tanpa demam itu mengandung bakteri pertusis yang aselular, oleh karena itu
singkatannya menjadi DP(a)T.
VAKSIN KOMBINASI/ COMBO
Vaksin kombinasi adalah vaksin yang
terdiri dari bermacam-macam antigen dalam satu kemasan. Manfaat vaksin
kombinasi adalah untuk mempermudah pemberian vaksin, dan mengejar imunisasi
yang terlewatkan. Untuk mengurangi trauma akibat banyaknya jumlah suntikan pada
satu kunjungan, kami menyediakan vaksin yang telah mendapatkan lisesi sesuai
indikasi dan umur anak. Maka lebih dianjurkan vaksin kombinasi daripada vaksin
terpisah. Imunogenitas dan keamanan vaksin kombinasi setara dengan vaksin bila
diberikan terpisah.
DPT dikombinasikan dengan Hib (Hemofilus Influenza)
penyebab radang selaput otak pada bayi dan Polio. Kelebihannya polio ini adaah
vaksin mati sehingga tidak ada efek samping menjadi polio di kemudian hari.
Vaksin kombo
ini ada beberapa jenis :
a. DPT- Hib (4 vaksin dalam 1 suntikan)
dengan merk Tetract Hib & Infanrix Hib
b. DP(a)T – Hib – IPV (5 vaksin dalam 1
suntikan) dengan merk Pediacel & Infanrix-Hib-IPV
Vaksin itu
sendiri merupakan produk biologis yang berasal dari virus, atau bakteri
penyakit yang telah dilemahkan/dimatikan atau rekombinan, yang digunakan untuk
menangkal penyakit. Kehadiran vaksin dalam tubuh manusia akan mendorong reaksi
perlawanan terhadap virus atau bakteri dari penyakit yang bersangkutan. Oleh
karena itu, vaksin diberikan sesuai dengan penyakit yang akan ditangkal.
Walaupun
secara prinsip, imunisasi diperlukan semua orang, namun imunisasi terutama
penting dilakukan pada orang dengan resiko tinggi terkena penyakit; seperti
bayi, anak usia balita, anak sekolah, wanita hamil, wanita usia subur (WUS).
Sampai saat
ini terdapat dua cara pemberian imunisasi, yaitu yang dilakukan secara
oral (melalui mulut), dan melalui penyuntikan dengan menggunakan jarum suntik.
Pemberian imunisasi yang terbaik adalah pemberian yang tepat jadwal.
Vaksin
Pentavalen
Saat ini program pemerintah terbaru terkait pemberian imunisai adalah penggunakaan vaksin kombinasi yang dikenal sebagai Vaksin Pentavalen. Vaksin ini merupakan gabungan vaksin DPT-HB ditambah Hib. Sebelumnya kombinasi ini hanya terdiri dari DPT dan HB (kita kenal sebagai DPT Combo). Sesuai dengan kandungan vaksinnya, vaksin Pentavalen mencegah berberapa jenis penyakit, antara lain Difteri, batuk rejan atau batuk 100 hari, tetanus, hepatitis B, serta radang otak (meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib (Haemophylus influenzae tipe b).
Saat ini program pemerintah terbaru terkait pemberian imunisai adalah penggunakaan vaksin kombinasi yang dikenal sebagai Vaksin Pentavalen. Vaksin ini merupakan gabungan vaksin DPT-HB ditambah Hib. Sebelumnya kombinasi ini hanya terdiri dari DPT dan HB (kita kenal sebagai DPT Combo). Sesuai dengan kandungan vaksinnya, vaksin Pentavalen mencegah berberapa jenis penyakit, antara lain Difteri, batuk rejan atau batuk 100 hari, tetanus, hepatitis B, serta radang otak (meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang disebabkan oleh kuman Hib (Haemophylus influenzae tipe b).
4
Kenapa
Haemophillus Influenzae type b (Hib)? Hal ini antara lain disebabkan beberapa
kenyataan epidemiologi berikut:
- Haemophilus Influenzae tipe b (Hib) merupakan suatu bakteri gram negatif dan hanya ditemukan pada manusia
- Penyebaran melalui percikan ludah (droplet)
- Kelompok usia paling rentan terhadap infeksi Hib adalah usia 4 – 8 bulan
- Sebagian besar orang yg mengalami infeksi tidak menjadi sakit, tetapi menjadi karier
- Prevalensi karier cukup tinggi (>3% ), sehingga kemungkinan kejadian meningitis dan pneumonia akibat Hib, biasanya juga tinggi.
Vaksin
Pentavalen diberikan saat anak berusia 2, 3 dan 4 bulan. Kemudian dilanjutkan
ketika anak berusia 1,5 tahun, yang kita kenal sebagai imunisasi booster
(lanjutan). Sebagaimana imunisasi lainnya, Imunisasi Pentavalen bisa
didapatkan secara gratis di semua Posyandu, Puskesmas atau fasilitas kesehatan pemerintah
lainnya.
Beberapa
pertimbangan penggunaan vaksin Pentavalen tersebut diantaranya:
- Mengurangi “kesakitan” pada anak: Sebagaimana kita ketahui, vaksin DPT, HB, dan Hib jika diberikan secara sendiri-sendiri, berarti masing-masing diberikan 3 kali tiap anak O (keseluruhan taip anak akan menerima 9 kali imunisasi). Sedangkan jika diberikan imunisasi pentavalen, hanya akan membutuhkan 3 kali imunisasi (suntikan)
- Mengurangi kunjungan: Keuntungan pemberian vaksin kombinasi, selain memberikan kekebalan beberapa penyakit sekaligus, juga mempersingkat jadwal imunisasi, yang semula 6 kali ( 3 kali DPT dan 3 kali Hepatitis B ), menjadi hanya butuh 3 kali kunjungan
- Mengurangi risiko 6 penyakit sekaligus: Imunisasi pentavalen (DPT-HB-Hib) merupakan kombinasi dari vaksin DPT, HB, dan Hib. Vaksin DPT untuk mengurangi risiko penyakit difteri, pertusis (batuk 100 hari), dan tetanus, vaksin HB untuk mengurangi risiko penyakit hepatitis B dan vaksin Hib mengurangi risiko penyakit seperti meningitis dan arthritis.
PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH PENTAVALEN:
1. Difteri
- Tetanus
- Hepatitis
- Radang otak (meningitis)
- Batuk rejan / batuk 100 hari
5
B.
TUJUAN IMUNISASI
Salah satu cara
untuk menekan angka kematian bayi yang berumur di bawah lima tahun (balita)
adalah dengan memberikan imunisasi. Tujuan imunisasi adalah untuk membentuk
kekebalan terhadap virus dan penyakit yang umumnya menyerang bayi dan
anak-anak, sehingga mereka memiliki pertahanan terhadap penyakit tersebut.
Indonesia sendiri telah menerapkan imunisasi dasar balita yang wajib
dilengkapi. Sementara saat ini telah diluncurkan program imunisasi dasar
terbaru yaitu imunisasi dengan vaksin pentavalen.
Vaksin
pentavalen merupakan gabungan dari lima vaksin untuk mencegah lima jenis
penyakit. Kelima vaksin yaitu vaksin DPT (untuk Difteri, Pertusis, Tetanus),
vaksin HB (untk Hepatitis B) dan vaksin HIB ini lalu digabungkan menjadi satu
menjadi vaksin pentavalen. Pemberian vaksin baru ini diharapkan akan
mempermudah pemberian vaksin sehingga perlindungan terhadap penyakit menular
pada balita akan meningkat.
Vaksin HIB yang
masuk ke dalam vaksin pentavalen diharapkkan bisa menurunkan angka kematian
balita akibat pneumonia dan radang otak. Menurut Suarjaya, infeksi kuman HIB
sangat berbahaya karena menimbulkan obstruksi saluran napas, septic arthritis
sampai nyeri sendi. Selain itu, menyebabkan infeksi kulit yang biasanya
terdapat pada wajah, kepala atau leher, pneumonia, demam, serta sesak napas.
Adapun tujuan
lain dari imunisasi yaitu:
1. Mencegah penyakit difteri
Difteri
adalah penyakit yang bermula dari infeksi pada hal ini terkadang nyaris tanpa
disertai radang tenggorokan yang menyebabkan saluran pernapasan tersumbat,
kerusakan jantung dan kematian. Serta bisa menyebabkan infeksi paru-paru dan
kerusakan otak .
2. Mencegah terjadinya pertussis
Penyakit
batuk biasanya banyak terjadi pada anak balita. Penyebab penyakit ini adalah
kuman Haemophylus pertusis. Kuman ini biasanya berada di saluran
pernafasan. Bila anak-anak dalam keadaan daya tahan tubuhnya melemah, maka
kuman tersebut mudah sekali menyerang dan menimbulkan penyakit. Penularannya
melalui cairan yang keluar dari hidung yang tersembur keluar waktu batuk atau
bersin. Perawatan dan pencegahan penyakit ini tidak terlalu sulit. Bila anak
tidak begitu menderita dan cuaca cukup baik, boleh ia dibawa keluar agar dapat
menghirup udara segar dan bersih. Makanan sebaiknya diberikan yang
ringan-ringan dan cukup bergizi. Pencegahan penyakit ini dengan imunisasi DPT .
6
3. Mencegah Tetanus
Tetanus
adalah manifestasi sistemik tetanus disebabkan oleh absorbsi eksotoksin sangat
kuat yang dilepaskan oleh clostridiumtetani pada masa pertumbuhan
aktif dalam tubuh manusia. Penyebab penyakit ini adalah clostridiumtetani
yang hidup anaerob, berbentuk spora selama di luar
tubuh manusia, tersebar luas di tanah dan mengeluarkan toksin bila dalam
kondisi baik.
Toksin ini dapat menghancurkan sel
darah merah, merusak leukosit dan merupakan tetanosporasmin yaitu
toksinyang neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme
otot.
4. Mencegah
Hepatitis B
Hepatitis
B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Infeksi ini
dapat mengakibatkan kerusakan pada hati selanjutnya dan menyebabkan
kanker hati. Orang-orang yang
terinfeksi virus ini, tidak menyadari kalau mereka sudah
terinfeksi. Pada umumnya di beberapa negara penyebaran hepatitis B adalah
melalui ibu ke anak.
5. Mencegah HIB
(Haemophilus
influenzae tipe b)
Hib adalah kuman penyebab utama
pneumonia (radang paru) dan meningitis (radang selaput otak) pada anak berumur
<5 tahun. WHO menyatakan bahwa saat ini Hib merupakan penyebab dari 3 juta
kasus di dunia, dengan 400.000 setiap tahunnya. Di Indonesia dilaporkan bahwa
Hib ditemukan pada 33% diantara kasus meningitis dan bertanggung jawab terhadap
5-18% kejadian pneomonia. Anak-anak perlu mendapatkan vaksinasi Hib pada usia
2-6 bulan,12-15 bulan.
C.
CARA PEMBERIAN
IMUNISASI
CARA
PEMBERIAN:
1. Disuntikkan secara intramuskuler di anterolateral
paha atas pada bayi dan lengan kanan pada anak usia 1,5 tahun
- Tidak dianjurkan pada : Bagian bokong anak karena dapat menyebabkan luka saraf siatik.
- Pemberian intrakutan dapat meningkatkan reaksi lokal.
- Satu dosis adalah 0,5 ml
7
D.
WAKTU PEMBERIAN
- Pentavalen TIDAK BOLEH digunakan pada bayi yang baru lahir.
- Pemberian pentavalen merupakan bagian dari imunisasi dasar pada bayi. Diberikan pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan dan pada anak usia 1,5 tahun
- Vaksin ini aman dan efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV atau IPV) dan suplemen vitamin A.
- Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus disuntikkan pada lokasi yang berlainan.
Di negara-negara dimana
pertusis menjadi bahaya tertentu pada bayi, vaksin ini harus dimulai secepat
mungkin dengan dosis pertama pada usia 6 minggu, dan dua dosis berikutnya
diberikan dengan jarak waktu 4 minggu.
Vaksin ini aman dan efektif
diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, campak, polio (OPV atau IPV),yellow
fever dan suplemen vitamin A. Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan
vaksin lain, harus disuntikkan pada lokasi yang berlainan. Vaksin ini tidak
boleh dicampur dalam satu vial atau syringe dengan vaksin lain.
Sasaran
imunisasi untuk anak dikategorikan menjadi 2, yaitu untuk bayi dan batita.
Untuk bayi, imunisasi yang diberikan merupakan imunisasi dasar yang terdiri
atas Hepatitis, BCG, Polio 1-4, Pentavalen (DPT-BH-Hib), dan campak.
Pembagiannya sesuai dengan usia bayi dibagi menjadi sebagai berikut:
Sasaran dan Jadwal Pemberian
Sasaran dan Jadwal Pemberian
Sasaran
- Imunisasi dasar : Bayi
- Imunisasi lanjutan : Batita
8
- Imunisasi DPT: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadapat penyakit Dipteri, Pertusis (batuk rejan) dan tetanus.
- Imunisasi Hib: Mencegah bayi terkena infeksi Haemophils influenza tipe b yang dapat menyebabkan penyakit meningitis, infeksi tenggorokan dan pnemonia. Imunisasi Hib ini sangat mahal, maka belum di wajibkan.
Sedangkan
untuk batita, imunisasi yang diberikan merupakan imunisasi lanjutan. Imunisasi
lanjutan ini tak kalah pentingnya untuk pencegahan penyakit pada anak. Untuk
imunisasi lanjutan, anak akan diberikan DPT-HB-Hib dan campak. Pembagian
imunisasi lanjutan untuk usia batita dibagi menjadi sebagai berikut:
- Batita berusia 18 bulan (1,5 tahun) diberikan imunisasi DPT-HB-Hib (minimum berjarak 12 bulan dari DPT-HB-Hib dosis terakhir)
- Batita berusia 24 bulan (2 tahun) diberikan imunisasi campak (minimum berjarak 6 bulan dari campak dosis pertama)
- Batita berusia 18 bulan (1,5 tahun) diberikan imunisasi DPT-HB-Hib (minimum berjarak 12 bulan dari DPT-HB-Hib dosis terakhir)
- Batita berusia 24 bulan (2 tahun) diberikan imunisasi campak (minimum berjarak 6 bulan dari campak dosis pertama)
9
E.
ALAT DAN BAHAN IMUNISASI
ü Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya
ü Vaksin DPT dan pelarutnya dalam termos es
ü Kapas alcohol
ü Sarung tangan
F.
PROSEDUR KERJA IMUNISASI
1.
Cuci tangan
2.
Gunakan
sarung tangan
3.
Jelaskan
kepada orang tua prosedur yang akan dilakukan
4.
Ambil vaksin
DPT dengan spuit sesuai dengan program /anjuran, yaitu 0,5 ml
5.
Atur posisi
bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul bayi, meyangga kepala
bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri bayi. Tangan kanan bayi melingkar ke
belakang tubuh ibu dan tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat).
6.
Lakukan
desinfeksi 1/3 area tengah paha bagian luar yang akan diinjeksi dengan kapas alcohol
7.
Regangkan
daerah yang akan diinjeksi
8.
Lakukan
injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuskular di daerah femur
9.
Lepaskan
sarung tangan
10. Cuci tangan
11. Catat reaksi yang terjadi
G.
EFEK SAMPING
Jenis dan angka kejadian reaksi
simpang yang berat tidak berbeda secara bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B
dan Hib yang diberikan secara terpisah.
Beberapa reaksi lokal sementara seperti:
Beberapa reaksi lokal sementara seperti:
1.
Bengkak
2.
nyeri
dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah
besar kasus.
10
Kadang-kadang
reaksi berat, seperti:
1.
demam
tinggi,
2.
irritabilitas
(rewel),
3.
menangis
dengan nada tinggi, dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian
H.
KONTRAINDIKASI DAN INDIKASI
KONTRAINDIKASI:
Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah, pernah
menderita kejang atau pada penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imunologik).
Sakit batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan
kontraindikasi yang mutlak. Dokter akan mempertimbangkan pemberian imunisasi,
seandainya anak anda sedang menderita sakit ringan.
- Kontraindikasi absolute dosis berikutnya :
Hipersensitif
terhadap komponen vaksin, atau reaksi berat terhadap dosis vaksin kombinasi
sebelumnya atau bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya.
- Kontraindikasi dosis pertama DPT
Kejang atau
gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius lainnya.
INDIKASI:
Vaksin
digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan),
hepatitis B, dan infeksi Haemophilus influenzae tipe b secara simultan.
PERINGATAN
DAN PERHATIAN
- Vial vaksin harus dikocok sebelum digunakan untuk menghomogenkan suspense.
- Gunakan alat suntik steril untuk setiap kali penyuntikan.
- Vaksin ini tidak boleh dicampur dalam satu vial atau syringe dengan vaksin lain.
- Sebelum vaksin digunakan, informasi pada gambar Vaccine Vial Monitor (VVM) harus diikuti.
11
PENYIMPANAN
- Pentavalen harus disimpan dan ditransportasikan pada suhu antara +2oC sampai dengan +8oC.
- Vaksin DPT-HB-HiB TIDAK BOLEH DIBEKUKAN.
- Vaksin dari kemasan vial dosis ganda yang sudah diambil satu dosis atau lebih dalam satu sesi imunisasi, dapat digunakan untuk sesi imunisasi berikutnya selama maksimal sampai 4 minggu, jika kondisi berikut terpenuhi :
-
Tidak melewati batas kadaluarsa
-
Vaksin disimpan dalam kondisi rantai dingin yang tepat
-
Tutup vial vaksin tidak terendam air
-
Semua dosis diambil secara aseptis
-
VVM (Vaccine Vial Monitor) tidak mencapai discard point
KEMASAN
1 Dus @ 10
vial @ 2,5 ml (5 dosis)
KEUNTUNGAN
PENTAVALEN
Lima
perlindungan satu kemasan
- Mudah digunakan karena vaksin HiB sudah tergabung dalam bentuk cairan
- Efisiensi biaya hingga 66,6% karena menghemat penggunaan jarum suntik (dari 12 menjadi 4 jarum suntik saja)*
- Menurunkan angka drop out
*Dengan asumsi penghematan 3 jarum
suntik (DPT,HB, dan HiB) untuk 4 kali pemberian (3 + 1 booster)
PENTAVALEN
AMAN
Vaksin
pentavalen aman. Sebelum diberikan pada manusia, setiap jenis vaksin sudah
dipastikan keamanannya melalui proses pemeriksaan oleh Badab POM dan lembaga
internasional. Demam setelah imunisasi merupakan reaksi normal yang dapat
diatasi dengan obat penurun panas.
12
KOMPOSISI
Tiap dosis (0,5 mL) mengandung
Zat aktif
Toksoid Difteri murni 20 Lf (k.
30 IU)
Toksoid Tetanus murni 5 Lf 60
IU)
B. pertussis inaktif 12 OU (k
4 IU)
HbsAg 10 mcg
Konjugat Hib 10 mcg
Zat tambahan
sebagai aluminium fosfat 0,33 mg
Thimerosal 0,025 mg
13
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
WHO (Global Immunization Data) tahun 2010
menyebutkan 1.5 juta anak meninggal karena penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dan hampir 17% kematian pada anak < 5 tahun dapat dicegah dengan
imunisasi. Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2007, pneumoni merupakan penyebab
kematian no. 2 di Indonesia, 1/3 etiologi pneumoni disebabkan karena Hib.
Meningitis merupakan radang selaput otak dan Hib merupakan penyebab utama
meningitis pada bayi usia ≤ 1 tahun, jika penyakit ini tidak diobati 90% kasus
akan mengalami kematian dan jika disertai pengobatan adekuat 9-20 % kasus akan
mengalami kematian.
Salah satu cara untuk menekan angka
kematian bayi yang berumur di bawah lima tahun (balita) adalah dengan
memberikan imunisasi. Tujuan imunisasi adalah untuk membentuk kekebalan
terhadap virus dan penyakit yang umumnya menyerang bayi dan anak-anak, sehingga
mereka memiliki pertahanan terhadap penyakit tersebut. Indonesia sendiri telah
menerapkan imunisasi dasar balita yang wajib dilengkapi. Sementara saat ini
telah diluncurkan program imunisasi dasar terbaru yaitu imunisasi dengan vaksin
pentavalen.
Di negara-negara dimana
pertusis menjadi bahaya tertentu pada bayi, vaksin ini harus dimulai secepat
mungkin dengan dosis pertama pada usia 6 minggu, dan dua dosis berikutnya diberikan
dengan jarak waktu 4 minggu.
Imunisasi
DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah, pernah menderita
kejang atau pada penyakit gangguan kekebalan (defisiensi imunologik). Sakit
batuk, pilek, demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan merupakan
kontraindikasi yang mutlak. Dokter akan mempertimbangkan pemberian imunisasi,
seandainya anak anda sedang menderita sakit ringan.
B.
SARAN
Demikian makalah yang dapat kami buat, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Diharapkan pada
seluruh tenaga kesehatan mampu melaksanakan asuhan kebidanan khususnya imunisasi
pada bayi dan balita sehingga dapat mengurangi dan menurunkan angka kematian dan
kesakitan pada bayi dan balita di Indonesia.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan RI, Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, Jakarta : PT Bio Farma
2. Hidayat, aziz Alimul A. 2008.
Buku Saku Praktikum Anak. Jakarta : EGC
3. http://www.artikelkedokteran.com/540/pengertian-dasar-imunisasi.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2012
5. http://www.bayisehat.com/immunization-mainmenu-36/357-imunisasi-pada-anak-i.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2012
6. http://www.smallcrab.com/anak-anak/713-efek-samping-imunisasi. Diakses pada tanggal 21 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar